Blog Dokter Sobri
Diagnosis banding Speech Delayed
Gangguan perkembangan bahasa dan bicara
dapat bersifat primer atau sekunder. Pada kasus primer, gangguan perkembangan bicara dan bahasa tidak disertai disfungsi kognitif
umum atau disfungsi motorik. Gangguan bicara dan bahasa juga
dapat bersifat sekunder
sebagai kondisi komorbid pada
anak dengan gangguan kongitif umum (disabilitas intelektual
atau autisme), anomali struktural pada organ bicara seperti palatoschisis (cleft palate),
atau kondisi neuromortor yang
memengaruhi koordinasi motorik oral seperti disartria akibat palsi
serebral
atau gangguan neuromuskular lainnya
Gangguan perkembangan bahasan dan bicara yang bersifat primer mencakup berbagai kondisi. Asosiasi Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5)
mengelompokan gangguan komunikasi menjadi:20
Gangguan bahasa
(language disorder)
Gangguan suara bicara (speech
sound disorder)
Gangguan kefasihan
awitan kanak-kanak
(childhood-onset fluency
disorder
atau
stuttering)
Gangguan komunikasi pragmatik (sosial)
Gangguan
bahasa (Language disorder) mencakup beberapa kriteria diagnostik:
Kesulitan persisten dalam akuisisi dan penggunaan bahasa pada berbagai modalitas
(misal bahasa lisan, tertulis, isyarat, atau lainnya) akibat defisit komprehensi atau produksi yang mencakup sebagai berikut:
o Berkurangnya kosakata (pengetahuan mengenai kata-kata dan panggunaannya)
o Keterbatasan
struktur kalimat
(keterbatasan
dalam kemampuan menggabungkan kata-kata dan akhiran kata untuk membentuk kalimat-kalimat
berdasarkan
aturan tatabahasan
dan morfologi
o Gangguan
discourse (Kemampuan menggunakan kosakata dan
menghubungkan kalimat-kalimat untuk menjelaskan suatu topik, kejadian, atau untuk terlibat dalam
suatu percakapan.
Kemampua berbahasa secara substansial dan kuantitatif lebih rendah dibanding anak yang seusia, sehinga terjadi hambatan fungsional dalam komunikasi efektif,
partisipasi sosial,
pencapaian akademik,
atau performa kerja.
Awitan
gejala pada periode
awal perkembangan
Kesulitan tersebut tidak terjadi karena gangguan pendengaran atau sensorik lainnya,
disfungsi motorik, atau kondisi medis atau
neurologis, dan bukan terjadi akibat
disabilitas intelektual
atau global developmental delay.
Speech sound disorder mencakup beberapa kriteria diagnostik:
Kesulitan persisten dalam produksi suara bicara yang mengganggu kejelasan bicara
atau mencegah
penyampaian
suatu pesan secara verbal
Gangguan
tersebut
menyebabkan
keterbatasan
dalam komunikasi efektif yang
mengganggu partisipasi sosial,
pencapaian akademik,
dan performa kerja.
Awitan
gejala pada periode
awal perkembangan
Kesulitan tersebut tidak disebabkan oleh kondisi kongenital atau didapat, seperti palsi
serebral, palatoschisis, tuli atau gangguan pendengaran, cidera otak
traumatik, atau kondisi medis atau neurologis
lainnya.
Childhood-Onset Fluency Disorder (Stuttering) atau gagap mencakup berbagai kriteria diagnostik:
Gangguan dalam kefasihan dan time patterning bicara yang tidak pantas untuk usia dan keterampilan bahasa seorang
individu, bersifat persisten, dan dicirikan oleh sering munculnya satu(atau
lebih)
dari beberapa hal:
o Repetisi suara atau suku
kata
o Prolongasi
suara konsonan dan vowel
o Kata-kata terputus
(Terhenti saat
tengah
mengucapkan
suatu kata)
o Blocking berupa diam atau bunyi (Jeda saat bicara yang terisi atau tidak terisi
bunyi)
o Sirkumlokasi (Substitusi kara untuk menghindari
kata-kata yang problematik)
o Kata-kata yang diproduksi
dengan tegangan fisik yang berlebihan
o Repetisi kata mono-silabus
Gangguan tersebut menyebabkan ansietas dalam berbicara atau keterbatasan dalam komunikasi efektif,
partisipasi
sosial, pencapaian akademik, dan
performa kerja
Awitan
gejala pada periode
awal perkembangan
Gangguan
tersebut tidak disebabkan oleh defisit
sensorik atau
motorik bicara,
gangguan kefasihan akibat cidera neurologis(strike, tumor,
atau trauma), atau
kondisi medis lain, dan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan
mental lainnya.
Gangguan
komunikasi
pragmatik (sosial)
mencakup
beberapa kriteria
diagnostik,
yaitu:
Kesulitan persisten dalam penggunaan sosial komunikasi verbal dan nonverbal yang bermanifestasi
sebagai
semua dari berikut:
o Defisit dalam penggunaan komunikasi untuk
tujuan sosial. seperti menyapa dan berbagi informasi secara
tidak
sesuai dengan
konteks
sosial
o Gangguan pada kemampuan dalam mengubah komunikasi untuk menyesuaikan
konteks atau kebutuhan pendengar, seperti membedakan antara bicara di kelas atau
tempat bermain, membedakan antara bicara ke anak dan ke orang dewasa,
dan menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu
formal
o Kesulitan
mengikuti aturan
dalam percakapan dan
mendongeng, seperti
bergantian dalam bicara, mengulangkata-kata(rephrasing)
ketika terdapat
kesalahpahaman, dan mengetahui bagaimana menggunakan tanda verbal atau
nonverbal untuk meregulasi
interaksi
o Kesulitan memahami pernyataan yang tidak eksplisit dan nonliteral atau bahasa
dengan arti ambigu seperti idiom,
metafora, humor, dan kata-kata yang dapat
memiliki berbagai interpretasi sesuai konteks
Defisit tersebut menyebabkan keterbatasan fungsional dalam
komunikasi efektif,
partisipasi sosial, hubungan sosial, pencapaian
akademik, atau
performa kerja
Awitan gejala
sejak periode awal perkembangan(tetapi defisit
mungkin
tidak bermanifestasi secara
penuh hingga
ketika tuntutan
komunikasi sosial melebihi kapasitas pasien yang terbatas)
Gejala tersebut bukan
akibat dari
kondisi
medis atau
neurologis lainnya,
autism
spectrum disorder, disabilitas
intelektual, global developmental delay, atau gangguan mental
lainnya.
Kondisi yang
dicirikan oleh kesenjangan antara
tingkat kognitif keseluruhan seorang
anak dengan tingkat bahasa
fungsionalnya yang rendah disebut
sebagai specific
language impairment (SLI), atau developmental language disorder, atau developmental dyspahasia, atau sebagaimana istilah yang digunakan pada Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa 3
(PPDGJ - III), gangguan perkembangan khas berbicara
dan
berbahasa. Kondisi ini tidak memiliki keterkaitan langsung
dengan kelainan neurologis atau mekanisme bicara, gangguan sensorik, atau retardasi mental. Anak-anak dengan kondisi ini, pola
penguasaan dan
penggunaan bahasa sejak
awal perkembangan terganggu,
sehingga bersifat atipikal.
Pemeriksaan pada anak dengan kondisi
ini dapat menunjukan defisit dalam pemahaman
dan penggunaan makna kata (semantik) dan tatabahasa (syntax). Seringkali, anak dengan gangguan
perkembangan khas
berbicara dan
bahasa mengalami keterlambatan bicara.
Pada PPDGJ-III, gangguan
perkembangan
spesifik berbahasa
dan berbicaa
(F80)
diklasifikasikan menjadi:
Gangguan artikulasi berbicara khas (F80.0)
Gangguan berbahasa ekspresif (F80.1)
Gangguan berbahasa reseptif (F80.2)
Afasia
didapat dengan epilepsi
atau sindrom Landau-Kleffner (F80.3)
Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya (F80.8)
Gangguan perkambangan berbicara dan
berbahasa yang tidak tergolongkan (F80.9)
Disabilitas intelektual
adalah
kondisi
lain
yang
dapat menyebabkan gangguan
perkembangan bahasa dan bicara. Pada
individu dengan disabilitas intelektual ringan, proses
belajar bicara
lebih lambat dari
individu normal, tetapi tetap sesuai dengan pola
penguasaan bahasa yang normal dan pada akhirnya akan menguasai keterampilan komunikasi
dasar. Pada
individu dengan disabilitas intelektual sedang hingga berat, kesulitan yang berat dalam menguasai keterampilan dasar komunikasi dapat terjadi.
Autisme
juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan bahasa
dan
bicara. Pola penguasaan bahasa
pada penderita autisme
terganggu
dan
profil bahasa anak dengan
autisme
seringkali tidak dapat dibedakan dari anak dengan SLI. Beberapa hal yang membedakan autisme dari
SLI
yaitu kurangnya hubungan
sosial resiprokal yang
mencirikan anak dengan
autisme, serta kebutuhan
obsesif akan kesamaan dan resistensi terhadap perubahan. Sekitar 75-80% pasien dengan autisme juga menderita disabilitas intelektual yang juga membatasi kemampuan untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi.
Sindrom Asperger memiliki banyak karakteristik yang
menyerupai autisme. Akan tetapi, pasien
Asperger umumnya menunjukan perkembangan bahasa yang normal pada
periode awal perkembangan. Gangguan perkembangan bahasa yang muncul pada sindroma
Asperger berupa gangguan bahasa sosial(pragmatik)
yang baru tampak ketika tuntutan komunikasi sosial melampaui
kapasitas pasien.
Selective
mutism
merupakan suatu
kondisi
yang didefinisikan sebagai
kegagalan berbicara pada situasi sosial spesifik. Kondisi ini umumnya merupakan gejala dari gangguan ansietas (anxiety disorder). Anak dengan selective mutism dapat berbicaea dengan normal pada
kondisi tertentu, misalnya saat di rumah atau saat sendiri
bersama orang tua.
Gangguan motorik
bicara juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan bicara. Disartria dapat terjadi akibat gangguan neuromotor seperti palsi serebral, distrofi otot, myopati, atau
palsi fasial. Kurangnya kekuatan
dan
kontrol otot bermanifestasi sebagai samarnya
kata-
kata dan distorsi bunyi vokal. Selain memengaruhi fungsi bicara, disarthria
juga juga disertai dengan gangguan fungsi lainnya seperti tersenyum dan mengunyah. Kesulitan makan, mengiler (drooling),
postur mulut terbuka, dan
protrusi
lidah
seringkali menyertai
disartria.
Berbagai gangguan metabolik dan neurodegeneratif dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara dan bahasa. Pada perjalanan berbagai penyakit metabolik, dapat terjadi
kehilangan fungsi neuromotorik yang disertai dengan regresi perkembangan bahasa.
Lysosomal
storage disease (LSD) dan mukopolisakaridosis (penyakit Hunter dan Hurler) adalah dua
contoh penyakit yang dapat menyebabkan regresi
perkembangan
bahasa.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih