Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Friday, 30 August 2019

Diagnosis banding Speech Delayed

Blog Dokter Sobri

Diagnosis banding Speech Delayed

Gangguan perkembangan bahasa dan bicara dapat bersifat primer atau sekunder. Pada kasus primer, gangguan perkembangan bicara dan bahasa tidak disertai disfungsi kognitif umum atau disfungsi motorik. Gangguan bicara dan bahasa juga dapat bersifat sekunder sebagai kondisi komorbid pada anak dengan gangguan kongitif umum (disabilitas intelektual atau autisme), anomali struktural pada organ bicara seperti palatoschisis (cleft palate), atau kondisi neuromortor yang memengaruhi koordinasi motorik oral seperti disartria akibat palsi serebral atau gangguan neuromuskular lainnya
Gangguan perkembangan bahasan dan bicara yang bersifat primer mencakup berbagai kondisi. Asosiasi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) mengelompokan gangguan komunikasi menjadi:20

    Gangguan bahasa (language disorder)

    Gangguan suara bicara (speech sound disorder)

    Gangguan  kefasihan  awitan  kanak-kanak  (childhood-onset  fluency  disorder  atau

stuttering)

    Gangguan komunikasi pragmatik (sosial)

Gangguan bahasa (Language disorder) mencakup beberapa kriteria diagnostik:

      Kesulitan persisten dalam akuisisi dan penggunaan bahasa pada berbagai modalitas (misal bahasa lisan, tertulis, isyarat, atau lainnya) akibat defisit komprehensi atau produksi yang mencakup sebagai berikut:
o Berkurangnya kosakata (pengetahuan mengenai kata-kata dan panggunaannya) o Keterbatasan      struktur      kalimat      (keterbatasan      dalam      kemampuan menggabungkan kata-kata dan akhiran kata untuk membentuk kalimat-kalimat
berdasarkan aturan tatabahasan dan morfologi

o Gangguan      discourse      (Kemampuan      menggunakan      kosakata      dan menghubungkan kalimat-kalimat untuk menjelaskan suatu topik, kejadian, atau untuk terlibat dalam suatu percakapan.
      Kemampua berbahasa secara substansial dan kuantitatif lebih rendah dibanding anak yang seusia, sehinga terjadi hambatan fungsional dalam komunikasi efektif, partisipasi sosial, pencapaian akademik, atau performa kerja.
    Awitan gejala pada periode awal perkembangan

      Kesulitan tersebut tidak terjadi karena gangguan pendengaran atau sensorik lainnya, disfungsi motorik, atau kondisi medis atau neurologis, dan bukan terjadi akibat disabilitas intelektual atau global developmental delay.
Speech sound disorder mencakup beberapa kriteria diagnostik:

      Kesulitan persisten dalam produksi suara bicara yang mengganggu kejelasan bicara atau mencegah penyampaian suatu pesan secara verbal
      Gangguan  tersebut  menyebabkan  keterbatasan  dalam  komunikasi  efektif  yang mengganggu partisipasi sosial, pencapaian akademik, dan performa kerja.
    Awitan gejala pada periode awal perkembangan

      Kesulitan tersebut tidak disebabkan oleh kondisi kongenital atau didapat, seperti palsi serebral, palatoschisis, tuli atau gangguan pendengaran, cidera otak traumatik, atau kondisi medis atau neurologis lainnya.
Childhood-Onset Fluency Disorder (Stuttering) atau gagap mencakup berbagai kriteria diagnostik:
      Gangguan dalam kefasihan dan time patterning bicara yang tidak pantas untuk usia dan keterampilan bahasa seorang individu, bersifat persisten, dan dicirikan oleh sering munculnya satu(atau lebih) dari beberapa hal:
o Repetisi suara atau suku kata

o Prolongasi suara konsonan dan vowel

o Kata-kata terputus (Terhenti saat tengah mengucapkan suatu kata)

o Blocking berupa diam atau bunyi (Jeda saat bicara yang terisi atau tidak terisi bunyi)
o Sirkumlokasi (Substitusi kara untuk menghindari kata-kata yang problematik)

o Kata-kata yang diproduksi dengan tegangan fisik yang berlebihan

o Repetisi kata mono-silabus

      Gangguan tersebut menyebabkan ansietas dalam berbicara atau keterbatasan dalam komunikasi efektif, partisipasi sosial, pencapaian akademik, dan performa kerja
    Awitan gejala pada periode awal perkembangan

      Gangguan  tersebut  tidak  disebabkan  oleh  defisit  sensorik  atau  motorik  bicara, gangguan kefasihan akibat cidera neurologis(strike, tumor, atau trauma), atau kondisi medis lain, dan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental lainnya.
Gangguan  komunikasi  pragmatik  (sosial)  mencakup  beberapa  kriteria  diagnostik, yaitu:
      Kesulitan persisten dalam penggunaan sosial komunikasi verbal dan nonverbal yang bermanifestasi sebagai semua dari berikut:
o Defisit dalam penggunaan komunikasi untuk tujuan sosial. seperti menyapa dan berbagi informasi secara tidak sesuai dengan konteks sosial
o Gangguan pada kemampuan dalam mengubah komunikasi untuk menyesuaikan konteks atau kebutuhan pendengar, seperti membedakan antara bicara di kelas atau tempat bermain, membedakan antara bicara ke anak dan ke orang dewasa, dan menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu formal
o Kesulitan  mengikuti  aturan  dalam  percakapan  dan  mendongeng,  seperti bergantian dalam bicara, mengulangkata-kata(rephrasing) ketika terdapat kesalahpahaman, dan mengetahui bagaimana menggunakan tanda verbal atau nonverbal untuk meregulasi interaksi
o Kesulitan memahami pernyataan yang tidak eksplisit dan nonliteral atau bahasa dengan arti ambigu seperti idiom, metafora, humor, dan kata-kata yang dapat memiliki berbagai interpretasi sesuai konteks
      Defisit  tersebut  menyebabkan  keterbatasan  fungsional  dalam  komunikasi  efektif, partisipasi sosial, hubungan sosial, pencapaian akademik, atau performa kerja
      Awitan  gejala  sejak  periode  awal  perkembangan(tetapi  defisit  mungkin   tidak bermanifestasi secara penuh hingga ketika tuntutan komunikasi sosial melebihi kapasitas pasien yang terbatas)
      Gejala  tersebut  bukan  akibat  dari  kondisi  medis  atau  neurologis  lainnya,  autism spectrum disorder, disabilitas intelektual, global developmental delay, atau gangguan mental lainnya.
Kondisi yang dicirikan oleh kesenjangan antara tingkat kognitif keseluruhan seorang anak dengan tingkat bahasa fungsionalnya yang rendah disebut sebagai specific language impairment (SLI), atau developmental language disorder, atau developmental dyspahasia, atau sebagaimana istilah yang digunakan pada Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa 3 (PPDGJ - III), gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa. Kondisi ini tidak memiliki keterkaitan langsung dengan kelainan neurologis atau mekanisme bicara, gangguan sensorik, atau retardasi mental. Anak-anak dengan kondisi ini, pola penguasaan dan penggunaan bahasa sejak awal perkembangan terganggu, sehingga bersifat atipikal. Pemeriksaan pada anak dengan kondisi ini dapat menunjukan defisit dalam pemahaman dan penggunaan makna kata (semantik) dan tatabahasa (syntax). Seringkali, anak dengan gangguan perkembangan khas berbicara dan bahasa mengalami keterlambatan bicara.
Pada  PPDGJ-III,  gangguan  perkembangan  spesifik  berbahasa  dan  berbicaa  (F80)

diklasifikasikan menjadi:

    Gangguan artikulasi berbicara khas (F80.0)

    Gangguan berbahasa ekspresif (F80.1)

    Gangguan berbahasa reseptif (F80.2)

    Afasia didapat dengan epilepsi atau sindrom Landau-Kleffner (F80.3)

    Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya (F80.8)

      Gangguan perkambangan berbicara dan berbahasa yang tidak tergolongkan (F80.9) Disabilitas  intelektual  adalah  kondisi  lain  yang  dapat  menyebabkan  gangguan
perkembangan bahasa dan bicara. Pada individu dengan disabilitas intelektual ringan, proses belajar bicara lebih lambat dari individu normal, tetapi tetap sesuai dengan pola penguasaan bahasa yang normal dan pada akhirnya akan menguasai keterampilan komunikasi dasar. Pada individu dengan disabilitas intelektual sedang hingga berat, kesulitan yang berat dalam menguasai keterampilan dasar komunikasi dapat terjadi.
Autisme juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan bahasa dan bicara. Pola penguasaan bahasa pada penderita autisme terganggu dan profil bahasa anak dengan autisme seringkali tidak dapat dibedakan dari anak dengan SLI. Beberapa hal yang membedakan autisme dari SLI yaitu kurangnya hubungan sosial resiprokal yang mencirikan anak dengan autisme, serta kebutuhan obsesif akan kesamaan dan resistensi terhadap perubahan. Sekitar 75-80% pasien dengan autisme juga menderita disabilitas intelektual yang juga membatasi kemampuan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi.
Sindrom Asperger memiliki banyak karakteristik yang menyerupai autisme. Akan tetapi, pasien Asperger umumnya menunjukan perkembangan bahasa yang normal pada periode awal perkembangan. Gangguan perkembangan bahasa yang muncul pada sindroma Asperger berupa gangguan bahasa sosial(pragmatik) yang baru tampak ketika tuntutan komunikasi sosial melampaui kapasitas pasien.
Selective  mutism  merupakan  suatu  kondisi  yang  didefinisikan  sebagai kegagalan berbicara pada situasi sosial spesifik. Kondisi ini umumnya merupakan gejala dari gangguan ansietas (anxiety disorder). Anak dengan selective mutism dapat berbicaea dengan normal pada kondisi tertentu, misalnya saat di rumah atau saat sendiri bersama orang tua.
Gangguan motorik bicara juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan bicara. Disartria dapat terjadi akibat gangguan neuromotor seperti palsi serebral, distrofi otot, myopati, atau palsi fasial. Kurangnya kekuatan dan kontrol otot bermanifestasi sebagai samarnya kata- kata dan distorsi bunyi vokal. Selain memengaruhi fungsi bicara, disarthria juga juga disertai dengan gangguan fungsi lainnya seperti tersenyum dan mengunyah. Kesulitan makan, mengiler (drooling), postur mulut terbuka, dan protrusi lidah seringkali menyertai disartria.
Berbagai gangguan metabolik dan neurodegeneratif dapat menimbulkan gangguaperkembangan bicara dan bahasa. Pada perjalanan berbagai penyakit metabolik, dapat terjadi kehilangan fungsi neuromotorik yang disertai dengan regresi perkembangan bahasa. Lysosomal storage disease (LSD) dan mukopolisakaridosis (penyakit Hunter dan Hurler) adalah dua contoh penyakit yang dapat menyebabkan regresi perkembangan bahasa.

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih