Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Saturday, 17 August 2019

Patofisiologi dan Patogenesis Katarak

Blog Dokter Sobri

Patofisiologi dan patogenesis Katarak

Patofisiologi katarak senilis tergolong kompleks dan belum dipahami sepenuhnya. Patogenesis yang mendasarinya melibatkan berbagai faktor dengan interaksi yang kompleks antara berbagai proses fisiologis yang diatur oleh faktor-faktor lingkungan, genetik, nutrisi, serta sistemik. Dengan proses penuaan, berat lensa bertambah dan begitu juga ketebalannya, sementara kekuatan akomodasinya cenderung berkurang. Dengan penambahan lapisan korteks dengan pola konsentrik, nukleus sentral terkompresi dan mengeras dalam proses yang disebut dengan sklerosis nuklear.
Berbagai mekanisme berkontribusi terhadap kehilangan transparensi progresif dari lensa. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan terkait-usia (age-related changes), terutama berkurangnya densitas sel epitel dan diferensiasi aberan sel-sel serat lensa. Meskipun epitel dari lensa yang katarak terjadi proses apoptosis dengna laju yang rendah, yang mana cenderung tidak mungkin menyebabkan pengurangan signifikan dari densitas sel, akumulasi dari kehilangan epitel dalam skala kecil pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan pada pembentukan serat-serat lensa dan homeostasis, berujung kepada hilangnya transparensi lensa. Lebih lanjut, dengan proses penuanaan, berkurangnya laju di mana air dan metabolit-metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki nukleus lensa melalui epitel dan korteks terjadi diikuti berkurangnya laju perpindahan air, nutrien, dan antioksidan. Akibatnya, kerusakan oksidatif progresif pada lensa dengan proses penuaan terjadi, berujung kepada berkembangnya katarak senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan produk-produk oskidasi dan berkurangnya vitamin antioksidan dan enzim superoksida dismutasi menggarisbawahi pentingnya peran proses oksidatif dalam patogenesis katarak.
Terdapat perbedaan antara mekanisme yang terjadi pada katalaks senilis nuklear dan kortikal. Pada katarak senilis kortikal terjadi perubahan biokimiawi berupa berkurangnya jumlah total protein, asam amino, dan kalium yang berhubungan dengan meningkatnya kadar natrium serta kadar hidrasi lensa, diikuti oleh koagulasi protein. Diagram berikut menunjukkan hipotesis terjadinya rangkaian yang mengakibatkan opasifikasi korteks pada katarak senilis kortikal.

Pada katarak senilis nuklear, perubahan degeratif yang terjadi merupakan intensifikasi dari age-related sklerosis nuklear yang berhubungan dengan dehidrasi dan compaction dari nukleus yang berujung kepada katarak keras. Terjadi pula peningkatan yang signifikan dari protein-protein tidak larut air. Meskipun demikian, jumlah total protein dan distribusi kation tetap normal. Bisa didapatkan pigmen urokrom dan/atau melanin yang merupakan turunan dari asam amino pada lensa.
Katarak senilis mengalami proses perubahan maturitas dengan tahapan sebagai berikut:
        Separasi lamelar
Perubahan paling awal yang terjadi pada katarak senilis adalah demarkasi dari serat-serat korteks karena dipisahkan oleh cairan. Fenomena pemisahan lamellar ini hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan slit-lamp. Perubahan ini masih reversibel.
        Katarak insipien
Pada tahapan ini dapat teridentifikasi area-area opak dengan daerah yang jernih di antaranya. Terdapat dua jenis katarak senilis kortikal yang bisa dibedakan dalam tahapan ini:
-          Katarak senilis kortikal kuneiform, memiliki ciri-ciri opasitas wedge-shaped dengan area jernih di antaranya. Opasitas ini didapatkan dari equator hingga ke area sentral, pada tahapan awal hanya dapat dilihat setelah dilakukan dilatasi pupil. Dapat dilihat pertama kali pada kuadran nasal bawah. Kekeruhan yang tampak terdapat baik pada korteks anterior maupun posterior dengan apeks mengarah ke pupil. Pada iluminasi secara oblik dapat terlihat pola spoke-like radial dengan kekeruhan warna putih keabu-abuan. Dengan funduskopi direk, kekeruhan ini tampak sebagai garis-garis gelap di atas refleks fndus kemera
 Katarak senilis kortikal cupuliform, dicirikan dengan kekeruhan yang saucer-shaped yang berkembang tepat di bawah kapsul, biasanya di daerah sentral dari korteks posterior, yang berangsur-angsur meluas ke arah luar. Biasanya terdapat demarkasi nyata antara katarak dan korteks jernih di sekelilingnya. Katarak cupuliform terletak tepat di jalur sinar aksial penglihatan sehingga menyebabkan hilangnya penglihatan dari awal (early loss of visual acuity).

        Katarak senilis imatur
Pada tahapan ini, kekeruhan bertambah lebih lanjut. Pada awalnya, pola cuneiform dan cupuliform masih dapat dibedakan hingga akhirnya mencapai katarak imatur tahap lanjut di mana opasifikasi menjadi lebih difus dan ireguler. Lensa tampak putih keabu-abuan, namun korteks yang jernih masih tersisa sehingga bayangan iris masih dapat terlihat. Pada beberapa pasien, tahapan ini diiringi dengan lensa yang membengkak akibat hidrasi yang terus-menerus. Kondisi ini disebut katarak intumescen. Bilik mata anterior menjadi dangkal pada kondisi ini.

        Katarak senilis matur
Pada tahapan ini, terjadi opasifikasi sepenuhnya; seluruh korteks telah menjadi keruh. Lensa menjadi berwarna seperti putih pir (pearly white).

        Katarak senilis hipermatur
Tahapan selanjutnya dari katarak matur yang tidak ditatalaksana adalah katarak hipermatur. Tahapan ini dapat terjadi dalam 2 bentuk yang berbeda, yaitu katarak hipermatur tipe Morgagnian dan katarak hipermatur tipe Sklerotik. Pada katarak Morgagnian, terjadi liquefikiasi seluruh korteks dan lensa berubah menjadi kantung cairan bersusu (milky fluid). Nukleus berwarna kecoklatan akan terletak di bagian bawah, berubah posisi dengan perubahan posisi kepala. Dalam tahap ini, terkadang dapat terlihat deposit kalsium pada kapsul lensa. Katarak tipe Sklerotik terjadi ketika setelah tahapan katarak matur, korteks menjadi terdisintegrasi sehingga lensa menjadi menyusut akibat kebocoran air. Kapsul anterior mengerut dan menebal akibat proliferasi sel-sel anterior dan katarak kapsular yang putih padat bisa terbentuk. Akibat pengerutan (shrinkeage) lensa ini,  bilik anterior menjadi dalam dan iris menjadi tremulous (dapat sedikit bergerak/bergetar).

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih