Blog Dokter Sobri
Perkembangan bahasa anak
Dasar
dari
kemampuan berbicara
dan berbahasa dimulai
di dalam uterus, berupa
pertumbuhan struktur anatomi
dan proses fisiologis yang
selanjutnya akan mendukung kemampuan sensorik,
motorik, atensi, memori, dan belajar. Adanya gangguan dalam perkembangan fetus prenatal mulai dari abnormalitas genetik, defisiensi nutrisi, sampai dengan toksin lingkungan dapat meningkatkan risiko
terjadinya gangguan bicara atau bahasa. Sebelum akhir periode prenatal, fetus memiliki kemampuan untuk mendengar suara walaupun
tidak sempurna. Pada masa tersebut janin dalam kandungan telah dapat memberikan respons terhadap
suara yang ada di sekitarnya, tetapi
reaksi janin masih bersifat refleks.
Setelah lahir,
bayi menunjukkan atensi spesial terhadap wajah dan suara manusia. Dari
sinilah proses belajar bicara terjadi. Adanya ketertarikan pada orang
lain ini menunjukkan mulainya tahapan pembentukan hubungan dengan pengasuhnya
yang membentuk rangka perkembangan kemampuan bayi untuk mengantisipasi,
menginisiasi, serta berpartisipasi di rutinitas sosial. Pengalaman dan kemampuan sosial yang terbentuk selama bulan-bulan awal
kehidupan merupakan suatu prekursor penting dalam kemampuan bahasa pragmatik di mana bayi belajar untuk turut serta dalam interaksi timbal balik dan untuk menyampaikan intensi komunikatifnya melalui aksi nonlingual berupa gestur dan bentuk bahasa
seperti kata-kata awal. Pada
bulan-bulan pertama inilah bayi menunjukkan perkembangan kemampuannya
dalam mengenali pola bicara yang
semakin rinci, dan menghubungkan kata-kata yang diucapkan dengan artinya. Selain itu, pada masa ini, bayi juga mulai menggunakan mekanisme
oralnya untuk menghasilkan suara seperti cooing atau squealing,
seiring dengan perkembangan kontrol otot dan gerakannya. Dengan demikian, mereka mampu menghasilkan kombinasi suara dan suku kata yang semakin konsisten seperti bicara (babbling) untuk mengartikulasikan kata- kata yang dapat dikenali. Perkembangan kemampuan bicara
ini berkaitan erat dengan
perkembangan auditorik yang
proses maturasinya terjadi bersamaan, dan perkembangan auditorik berhubungan dengan perkembangan otak.
Neuron di bagian korteks mengalami proses pematangan
dalam waktu 3
tahun pertama kehidupan, dan perkembangan
otak terjadi sangat
cepat dalam
12 bulan pertama kehidupan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak mulai dapat mengenali pola bicara yang terjadi di lingkungannya dalam satu tahun
pertama kehidupan. Kebanyakan anak usia 12-18 bulan
menunjukkan bahwa mereka mampu memahami beberapa kata tanpa bantuan gestur atau
isyarat. Selain itu, pada usia ini mereka juga mampu menghasilkan beberapa kata yang dapat
dimengerti, menunjukkan bahwa mereka sudah
mempunyai kemampuan dalam berbahasa dan
berbicara. Kemampuan berbicara anak kemudian akan berkembang secara sistematik dalam
beberapa tahun kemudian, di mana mereka mulai belajar untuk membunyikan konsonan mudah
(“m”,”d”,”n”) dan lanjut ke konsonan yang lebih sulit (“s”,”th”,”sh”) serta kluster konsonan
(“bl”,”tr”,”st”). Bahasa repetitif, bahasa ekspresif, dan kemampuan berbicara akan berkembang secara cepat pada masa pre-sekolah di mana
anak belajar untuk memahami dan mengatakan
berbagai kata serta susunan kata yang tepat serta memungkinkan mereka untuk memahami dan
membentuk suatu kombinasi kata dalam frase atau kalimat yang
dapat diterima. Kemampuan
berbahasa dan berbicara ini memungkinkan anak untuk dapat berkomunikasi secara aktif dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berbahasa dan berbicara pada anak berhubungan pada nilai dan ekspektasi
budaya, komunitas, dan
keluarganya. Selain itu, bahasa
yang disampaikan ke anak juga mempengaruhi kemampuan berbahasanya dan beberapa
aspek bahasa berkaitan dengan
kondisi sosioekonomi dan pendidikan orang tua.
Tabel 3.1 Tahapan perkembangan bicara
Usia
|
Kemampuan
|
Neonatus
|
Menangis (reflex vocalization)
Mengeluarkan suara mendengkur seperti
burung (cooing)
Suara seperti berkumur (gurgles)
|
2-3 bulan
|
Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling)
|
4-6 bulan
|
Mengeluarkan suara kombinasi huruf vocal
dan konsonan
Suara berupa ocehan bermakna (lalling)
|
7-11 bulan
|
Dapat mengabungkan kata/suku kata tanpa
arti, Bahasa asing
Meniru suara sendiri (echolalia)
Memahami arti kata “tidak” dan
mengucapkan salam
Perhatian pada nyanyian atau music
Dapat mengekspresikan “bye-bye” berupa
lambaian tangan
|
12-18 bulan
|
Menggabungkan kata atau kalimat pendek
Mengucapkan kata pertama dengan arti (true speech)
Mengerti instruksi sederhana, bagian tubuh
dan nama mainan
Mengucapkan 6-10 kata
|
24-36 bulan
|
Menggabungkan kata, menunjuk 1-2 gambar
Menunjuk 6 bagian tubuh
Mengikut instruksi yang lebih rumit (two-step command)
Setengah dari perkataannya sudah dapat
dimengerti
|
3-4 tahun
|
Mengerti kata-kata sifat mengucapkan 5
kata
Seluruh perkataan sudah dapat dimengerti
|
Perkembangan kemampuan bicara
dan bahasa terjadi
bersamaan dengan perkembangan organ auditorik. Adapun
tahapan perkembangan
bicara terangkum
dalam tabel 1. Perkembangan bicara dan bahasa sudah dimulai sejak masa kandungan, yaitu perkembangan struktur
anatomi dan fungsi,
yang akan mendukung sensorik, motorik, atensi,
memori, dan kemampuan belajar.
Adapun faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan dalam proses perkembangan tersebut (misalnya
adalah
defisiensi
nutrisi dan toksin dari lingkungan dapat menyebabkan
gangguan
dalam
perkembangan bicara dan bahasa). Setelah
lahir,
bayi
menunjukkan atensi terhadap
wajah
dan suara manusia yang merupakan penanda dimulainya pembentukan hubungan dengan pengasuhnya untuk
mengantisipasi,
menginisiasi,
dan berpartisipasi dalam
rutinitas sosial. Pada bulan-bulan
pertama, bayi mulai menggunakan mekanisme oralnya untuk menghasilkan
suara seperti burung (cooing) sesuai dengan perkembangan kontrol dan pergerakan ototnya. Seiring berjalannya waktu, bayi mulai menghasilkan kombinasi suku kata (babbling) untuk mengartikulasikan kata yang sudah dapat dikenali. Pada tahun pertama kehidupan,
anak cenderung mengenali kata-kata yang sering
diucapkan oleh daerah sekitarnya. Selanjutnya, perkembangan huruf konsonan dimulai dari yang mudah
ke kombinasi yang
lebih sulit (misalnya “m/d/n”
menjadi “s/th.sh/bl/tr/st”). Perkembangan
bicara dan bahasa terus berlanjut
pada tahap kosakata individu anak semakin lama menjadi lebih banyak sehingga kemudian
anak dapat berkomunikasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dan menceritakan sebuah cerita yang dapat
dimengerti pada usia prasekolah.
Pada usia tertentu, penting untuk
mempertimbangkan adanya gangguan pendengaran apabila anak masih belum dapat berbicara, misalnya pada
usia 12 bulan apabila anak belum dapat
mengoceh atau
meniru bunyi, pada
usia 18 bulan apabila anak tidak dapat menyebutkan
minimal 1 kata yang
memiliki arti, pada usia 24 bulan apabila perbendaharaan kata belum
mencapai 10 kata, serta pada usia 30
bulan apabila anak
belum dapat
merangkai 2 kata.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih