Blog Dokter Sobri
Spermatozoa dan Oogenesis
Organ reproduksi primer atau
gonad, terdiri dari sepasang testis pada pria dan sepasang ovarium pada wanita.
Pada kedua jenis kelamin, gonad matang melaksanakan fungsi ganda, yaitu :
1)menghasilkan gamet(gemetogenesis), yaitu spermatozoa(sperma) sebagai hasil
spermatogenesis dan ovum sebagai hasil oogenesis dan 2) mengeluarkan
hormone-hormon seks.1 Pada pembahasan kali ini, kita akan lebih
mendalami tentang gamtogenesisnya.
II.1
SPERMATOGENESIS
Selama pembentukan
embrio, sel germinal primordial bermigrasi ke dalam testis dan menjadi sel
germinal imatur yang disebut spermatogonia yang berada di dua atau tiga lapis
lapisan permukaan dalam tubuhlus seminiferus. Spermatogonia mulai mengalami
pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan
berdiferensisasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma
Spermatogenesis
terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual aktif akibat stimulasi oleh
hormon gonadotropik hipofisis anterior, yang dimulai pada masa pubertas
yaitu rata-rata pada umur 13 tahun dan
terus berlanjut hampir seluruh di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun
pada usia tua, dimana efisiensi testis secara bertahap menurun setelah usia
empat puluh sampai lima puluh tahun.1,2
Pada
setiap spermatogonium, satu dari ke-23 pasang kromosom mengandung informasi
genetic yang menentukan jenis kelamin masing-masing anak. pasangan ini terdiri
atas satu kromosm X(kromosom wanita) dan satu kromosom Y(kromososm pria).
Selama pembelahan miosis, kromosom Y pria menuju sebuah spermatid yang kemudian
menjadi sebuah sperma jantan, dan kromosom X wanita menuju spermatid lain yang
akan menjadi sperma betina. Jenis kelamin anak ditentukan oleh kedua jenis
sperma tersebut.
Spermatogonia
yang terletak di lapisan paling luar tubulus secara terus menerus membelah
dengan cara mitosis, dengan semua sel baru membawa empat puluh enam kromosom
yang identik dengan sel induk. Proliferasi ini menghasilkan pasokan kontinu
sel-sel germinativum baru. Setelah pembelahan mitosis spermatogonia, salah satu
anak tetap berada di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium yang tidak
berdiferesnsiasi, dengan demikian mempertahankan lapisan sel germinativum.
Sementara itu, sel-sel anak lainnya mulai bergerak kearah lumen sementara
mengalami berbagai tahapan yang
diperlukan untuk membentuk sperma, yang akan dikeluarkan dari lumen. Pada
manuisa, sel anak yang menghasilkan sperma membelah diri secara mitosis dua
kali untuk membentuk empat spermatosit primer yang identik. Setelah pembelahan
mitosis yang terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat selama
kromosom mengalami duplikasi dan untai-untai ganda tetap bersatu sebagai
persiapan untuk pembelahan meiosis pertama.
2.
Meiosis
è Selama
meiosis, setiap spermatosit primer(dengan 46 kromosom ganda) membentuk dua
spermatosit sekunder(masing-masing dengan 23 kromosom ganda) selama pembelahan
meiosis pertama, yang akhirnya menghasilkan
emapt spermatid(masing-masing dengan 23 kromosom tunggal) sebagai hasil
pembelahan meiosis kedua.
è Setelah
tahapan spermatogenesis ini tidak lagi terjadi pembelahan sel. Setiap spermatid
mengalami modifikasi menjadi spermatozoa. Karena setiap spermatogonia penghasil
sperma secara mitosis menghasilkan empat spermatosist primer dan setiap
spermatosit primer secara meiosis menghasilkan empat spermatid(bakal
spermatozoa), rangkaian spermatogonik pada manusia secara teoritis menghasilkan
enam belas spermatozoa setiap kali spermatogonium memulai proses ini. Namun,
biasanya sebagain sel lenyap di berbagai tahapan perkembangan, sehingga
efisiensi produktifitas jarang setinggi angka tersebut.
3.
Pengemasan
è Bahkan
setelah meiosis, seara struktural spermatid masih mirip dengan spermatogonia
yang belum berdiferensiasi, kecuali jumlah kromosomnya. Pembentukan spermatozoa
yang dapat bergerak dan bersifat spesifik dari spermatid memerlukan remodeling
ekstensif atau pengemasan(packaging), unsur-unsur sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis. Sperma pada dasarnya adalah
se-sel yang “dilucuti” dengan sebagain besar sitosol dan organel tidak
diperlukan untuk tugas penyaluran informasi genetic sperma ke ovum
disingkirkan.
Serangkaian perubahan yang menyebabkan transformasi
spermatid menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.5
Perubahan-perubahan ini mencakup5 :
A)
Pembentukan yang menutupi separuh permukaan nucleus dan mengandung enzim untuk
membantu penetrasi telur dan lapisannya disekitarnya sewaktu fertilisasi
B)
Pemadatan Nuklues
C)
Pembentukan leher, bagain tengah dan ekor
D)
Pembuangan sebagain besar sitoplasma
Sturktur
spermatozoa
Masing–masing
spermatozoa terdiri dari kepala , bagian tengah dan ekor. Kepala terdiri dari
atas inti sel(nukleus) yang mengandung informasi genetik sperma dan akrosom,
selubung kepala yang terletak di bagian
luar, dua pertiga anterior kepala.1,2 Akrosom ini mengandung
sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom dari sel-sel
yang khas, meliputi hialuronidase(yang dapat mencerna filament proteoglikan
jaringan) dan enzim proteolitik yang sangat kuat(yang dapat mencerna protein).
Enzim ini memainkan peranan yang penting sehingga memungkinkan sperma untuk
memasuki ovum dan membuahinya.2
Ekor
sperma (disebut juga dengan flagelum) yang keluar dari salah satu sentriol,
memiliki tiga komponen utama, yaitu : 1) kerangka pusat yang dibentuk dari 11
mikrotubulus, yang secara keselurhan disebut aksonema, 2) membran sel tipis
yang menutupi aksonema, dan 3) sekelompok mitokondria yang mengelilingi
aksonema si bagian proksimal ekor( yang disebut badan ekor).1 Mobilitas
spermatozoa dihasilkan oleh ekor yang
terjadi akibat pergeseran ralatif mikrotubulus-mikrotubulus konstituennya, dijalankan
oleh energi yang dihasilkan oleh mitokondria yang terkonsentrasi di bagian
tengah. Energi untuk proses ini disuplai dalam bentuk adenosine trifosfat yang
disintesis oleh mitokondria. Sperma normal bergerak dalam medium cair dengan
kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Keepatan ini akan memungkinkan sperma untuk
bergerak melalui traktus genitalia wanita untuk mencapai ovum.2
Faktor-Faktor
Hormonal Yang merangsang Spermatogenesis
Hormon memainkan peranan yang penting dalam
spermatogenesis. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Testosteronà disekresikan oleh
sel leydig yang terletak di interstisium testis, penting bagi pertumbuhan dan
pembelahan sel-sel germinal testis, yang merupakan tahap pertama pembentukan
sperma.
2. Luteinezing Hormonei(LH)Ã disekresikan
oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel leydig untuk
menyekresikan testosteron
3. Hormon
perangsang folikel(FSH)Ã juga disekresikan oleh kelenjar hipofisis
anterior merangsang sel-sel sertoli, tanpa rangsangan ini pengubahan spermatid
menjadi sperma tidak akan terjadi.
4. EstrogenÃ
dibentuk dari testosterone oleh sel sertoli ketika sel sertoli dirangsang oleh
FSH, mungkin juga penting untuk spermiogenesis
5. Hormon
pertumbuhanà (dan
sebagian hormone tubuh lainnya) diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara spesifik meningkatkan pembelahan
awal spermatogonia itu sendiri, bila tidak terdapat hormone pertumbuhan,
seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak
ada sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas.
Pematang
Sperma di Epididimis
Setelah
terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membtuhkan waktu beberapa hari untuk
melewati tubulus epididimis yang panjangnya
6 meter. Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian
awal epididimis merupakan sperma yang tidak motil, dan tidak dapat membuahi
ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis selama 18-24 jam,
sperma memiliki kemampuan motilitas, walaupun beberapa inhibitor protein dalam
cairan epidididmis masih mencegah motilitas akhir sampai setelah ejakulasi.2
Penyimpanan
Sperma
Dua testis orang dewasa membentuk sperma dengan jumlah
mencapai 120 juta perhari. Sejumlah kecil sperma ini dapat disimpan dalam
epididimis, namun sebagian besar disimpan di vas deferens. Sperma tersebut
dapat tetap disimpan sehingga fertilitasnya dapat dipertahankan paling tidak
selama sebulan. Selama waktu tersebut, sperma-sperma itu dijaga pada keadaan
yang sangat inaktif oleh berbagai zat inhibitor yang terdapat dalam sekresi
duktus. Sebaliknya, pada aktivitas seksual dan ejakulasi yang tinggi,
penyimpanan dapat berlangsung tidak lebih dari beberapa hari.2
Setelah ejakulasi, sperma menjadi motil, dan juga mampu
membuahi ovum, suatu proses yang disebut pematangan. Sel-sel sertoli dan epitel
epididimis menyekresikan suatu cairan nutrisi khusus yang diejakulasikan
bersama dengan sperma. Cairan ini mengandung hormon(meliputi testosterone dan
estrogen). Enzim-enzim, dan nutrisi khusus yang sangat penting untuk pematangan
sperma.2
Fisiologi
Sperma yang Matang
Sperma yang normal dan motil dan infertile, mampu
menggerakan flagel melalui medium cair dengan kecepatan kira-kira 1-4 mm/menit.
Aktivitas sperma sangat meningkat dalam suatu medium yang netral dan sedikit
basa, seperti yang terdapat di dalam semen yang diejakulasi, namun sangat
menurun dalam medium yang sedikit asam. Suatu medium yang sangat asam dapat
mematikan sperma yang cepat.2
Aktivitas sperma meningkat nyata bersamaan dengan
peningkatan suhu, namun kecepatan metabolismenya juga ikut meningkat, sehingga
umur sperma berkurang. Walaupun sperma dapat hidup selama beberapa minggu dalam
duktus genetalia testis pada keadaan inaktif, harapan hidup sperma dalam
ejakulat di traktus genetalia wanita hanya 1-2 hari.2
II.2
OOGENESIS
Pematangan
Oosit Dimulai Sebelum Lahir
Pada
wanita genetik, setelah tiba di gonad sel germinativum primotdial
berdiferensiasi menjadi oogonia. Perhatikan gambar di bawah ini
Sel-sel oogonia mengalami sejumlah pembelahan mitotik,
dan pada akhir bulan ketiga sel-sel ini tersusun dalam kelompok-kelompok yang
dikelilingi oleh suatu lapisan sel epitel gepeng. Sementara semua oogonia dalam
satu kelompok mungkin berasal dari satu sel, sel epitel gepeng yang dikenal
sebagai sel folikular, berasal dari sipetl permukaan yang menutupi ovarium.5
Sebagian besar oogonia terus membelah dengan mitosis,
tetapi sebagian diantaranya terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I
dan membentuk oosit primer selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia
meningkat pesat, dan pada akhir bulan kelima perkembangan prenatal, jumlah
total sel germinativum di ovarium mencapai maksimal, diperkirakan berjumlah 7
juta. Pada waktu ini, sel-sel mulai mati, dan banyak oogonia serta oosit pimer
menjadi atretik. Pada bulan ketujuh sebagian besar oogonia telah mengalami
degenerasi kecuali beberapa yang terletak dekat permukaan. Ssemua oosit perimer
yang bertahan hidup telah masuk ketahap profase meiosis I, dan sebagian besar
diantaranya masing-masing dibungkus oleh satu lapisan sel epitel gepeng. Oosit
primer bersama dengan sel epitel gepeng di sekitarnya, dikenal sebagai folikel
primordial.5
Pematangan
Oosit Berlanjut Saat Pubertas
Menjelang kelahiran, semua oosti primer telah memulai
profase meiosis I, tetapi sel-sel tidak melanjutkan pembelahan ke tahap
metaphase namun masuk ke stadium diploten, suatu tahap istirahat selama profase
yang ditandai oleh adanya jala-jala kormatin. Oosit primer tetap tertahan di
profase dan tidak menuntaskan pembelahan meiotic pertama mereka sebelum
pubertas tercapai. Keadaan tertahan ini ditimbulkan oleh oocyte maturation inhibition(OMI), suatu peptide kecil yang
dikeluarkan oleh sel folikular. Jumlah total oosit primer saat lahir
diperkirakan bervariasi dai 600.000 sampai 800.000. Selama masa anak-anak,
sebagian besar oosit menjadi atretik, hanya sekitar 400.000 yang ada pada
permukaan pubertas, dan kurang dari 500.000 yang akan diovulasikan. Sebagian
oosit yang mencapai kematanggan pada tahap kehidupan lanjut telah erada dalam
keadaan dorman pada stadium diploten pembelajan meiotic I selama 40 tahun atau
lebih sebelum ovulasi.5
Saat pubertas, terbentuk cadangan folikel yang terus
tumbuh dan dipertahankan oleh pasokan folikel primordial. Setiap bulan, 15-20
folikel yang terpilih dari cadangan tersebut memulai proses pematangan,
melewati 3 stadium : 1) primer atau preantral, 2) sekunder atau antral, dan 3)
preovulsi(folikel de Graaf).
Sewaktu oosit primer mulai tumbuh, sel-sel folkel
disekitar berubah dari gepeng menjadi kuboid dan berproliferasi untuk membentuk
epitel berlapis, yaitu sel granulose. Sel granulose terletak pada membrane
basalis yang memisahkan sel ini dari sel stroma di sekitarnya yang membentuk
teka folikuli. Sel-sel granulose juga mengeluarkan satu lapisan glikoprotein
dipermukaan oosit, membentuk zona pelusida. Sewaktu folikel terus tumbuh,
sel-sel teka folikuli tersusun membentuk satu lapisan dalam sel sekretorik, teka
interna, dan kapsul fibrosa di bagian luar, teka eksterna.
Seiring dengan berlanjutnya perkembangan, muncul
rongga-rongga terisi cairan di antara sel-sel granulose. Penyatuan
ruangan-ruangan ini menghasilkan antrum, dan folikel ini dinamai folikel sekunder.
Pada awalnya antrum berbentuk bulan sabit, tetapi seiring dengan waktu, ruangan
ini membesar. Sel granulose yang mengelilingi oosit tetap utuh dan membentuk
cumulus ooforus. Setelah matang folikel dapat mencapai garis tengah 25 mm atau lebih.
Pada setipa siklus ovarium, sejumlah folike lmulai
berkembang, tapi biasanya hanya satu yang mencapai kematangan sempurna. Yang
lain berdegenerasi menjadi atretik. Ketika folikel telah matang, lonjakan LH akan memicu fase
pertumbuhan preovulasi. Sesaat sebelum ovulasi(preovulasi), Meiosis I
tertuntaskan sehingga terbentuk dua sel anak dengan ukuran berbeda,
masing-masing dengan 23 kromosom ganda. Satu sel, oosit sekunder mendapat
sebagian besar besar sitoplasma, yang lain ,badan polar pertama, hampir tidak
mendapat sitoplasma sama sekali. Badan polar pertama terletak dianatara zona
pelusida dan membrane sel oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian
masuk ke meiosis II tetapi terhenti pada tahap metaphase sekita 3 jam sebelum
ovulasi. Meiosis II diselesaikan hanya
jika oosit dibuahi, jika tidak sel akan mengalami degenerasi sekitar 24
jam setelah ovulasi. Badan polar petama juga akan mengalami pembelahan kedua,
Dapat kita
simpulkan bahwa gametogensis merupakan tahapan yang harus dilalui sel
germinativum primordial untuk manjadi matang sebagai persiapan untuk
fertilisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Sherwood,
L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta; EGC.
2001.Hal: 699-702
2. Guyton AC, Hall CE. Fungsi
Reproduksi dan Hormonal Pria. In : Hall CE, editor. Textbook of Medical Physiology. 11th edition. Philadelphia : Elsevier Saunders,
2006. P1048-1051
3. Griffith WF. William’s Gynecology. United State: McGraw-Hill
company, Inc;2008.(ebook)
4. Padubidri VG, Daftary SN. Shaw’s Textbook of
Gynecology. 15th Ed. (ebook)
5. Sadler TW. Langman;s Medical Embriology, 10thEd.
USA:Lippincot Williams & Wilikins;2006. P: 28-35
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih