Blog Dokter Sobri
Inflammatory Bowel Disease : Ringkas
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE
Inflammatory bowel
disease (IBD)
adalah inflamasi kronik saluran pencernaan yang dimediasi oleh sistem imun.
Tipe utama IBD adalah ulcerative colitis dan crohn’s disease.
LABORATORIUM,
ENDOSKOPI, dan RADIOLOGI
ULCERATIVE
COLITIS1
Pemeriksaan
laboratorium yang paling sensitive dan spesifik untuk menandakan adanya
inflamasi pada saluran intestinal adalah fecal
lactoferrin. Lactoferrin adalah protein yang sekresikan oleh leukosit.
Selain itu juga terdapat tes fecal
calpotectin yang memberikan gambaran inflamasi histologi dan juga dapat
memprediksi kambuhnya penyakit ini.
Sigmoidoscopy adalah
pemeriksaan penunjang pada ulcerative colitis untuk melihat tingkat aktivitas
penyakit. Melalui endoskopi ini akan dilihat eritema, struktur vascular, erosi,
dan kerapuhan pada dinding saluran cerna untuk menentukan tingkat aktivitas
penyakit.
Dengan menggunakan CT scan melalui
metode barium enema dapat dilihat perubahan radiologi pada penderita ulcerative
colitis, mukosa menjadi lebih tebal dan ulkus superfisial terlihat.
CROHN’S
DISESASE1
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapat
meningkatnya ESR (erythrocyte sedimentation rate) dan CRP (C-reactive protein).
Pada beberapa kasus juga ditemukan hipoalbuminemia, anemia, dan leukositosis.
Melalui colonoscopy akan dilihat fistula, rectal sparing, dan skip lesion (luka/inflamasi yang tidak sempurna). Untuk melakuakn
colonoscopy digunakan bantuan alat wireless
capsule endoscopy (WCE) yan memungkinkan visualisasi langsung dari seluruh
mukosa usus. Crohn’s disease yang aktif dapat dilihat dari luasnya lesi yang
ditemukan. Perubahan radiologi pada crohn’s disease adalah adanya lipatan yang
meneba dan aphthous ulcerations. Pada
beberapa kasus juga ditemukan penyempitan, fistula, massa inflamasi, dan abses.
Dengan menggunakan CT enterography keadaan atau gambaran di dalam rongga
abdomen lebih jelas dari pada CT scan yang biasa.
TREATMENT1, 2
1.
5-ASA AGENTS
Terapi IBD dari kalangan obat 5-ASA (5-aminosalicylic
acid) yang paling sering digunakan adalah sulfasalazine. Sulfasalazine
merupakan perpaduan dari anti-bakteri (sulfapyridine) dan anti inflamasi
(5-ASA). Untuk mengatasi ulcerative
ulcers (UC), obat ini cukup efektif, tetapi untuk mengatasi crohn’s disease (CD)
sulfasalazine hanya memiliki peran yang terbatas. Obat-obat lain yang
mengandung 5-ASA yang juga digunakn untuk terapi IBD adalah olsalazine,
balsalazide, dan berbagai bentuk dari mesalamine. Obat-obat yang mengandung
5-ASA ini diikat dengan ikatan azo (N=N). Di kolon terdapat bakteri reduktase
azo yang akan memutus ikatan azo pada obat. Struktur molekul dari obat-obat ini
dapat membawa obat ini hingga bagian distal dari usus dan kolon setelah
absorpsi parsial. Formulasi yang dapat membuat 5-ASA membawa dirinya ke kolon
adalah mesalamine, yang terdiri dari pentasa, asacol, lialda, rowasa, dan
canasa. Setiap mesalamine memiliki kisaran jarak tempuh yang berbeda untuk
membawa 5-ASA.
Mekanisme 5-ASA hingga saat ini masih
belum jelas, namun aksi utamanya adalah memblok sistesis prostaglandin dengan
mengihibibisi siklooksigenase.
2.
GLUKOKORTIKOID
Glukokortikoid biasanya diberikan kepada
pasien dengan IBD, khususnya UC, yang moderat (sedang) hingga berat.
Glukokortikoid yang biasa diberikan untuk UC adalah prednisone yang diberikan
secara oral dan parenteral. Untuk CD keefektifan glukokortikoid adalah 60-70%.
Glukokortiokoid yang diberikan adalah budesonide. Glukokortikoid akan
menghambat produksi sitokin dan kemokin; menekan ekspresi molekul adesi sel
inflamasi; menghambat transkripsi gen nitric oxide, dan siklooksigenase.
3.
ANTIBIOTIK
Antibiotik metronidazole efektif untuk
mengatasi inflamasi, fistula, dan perianal CD dengan dosis 15-20 mg/kg/hari
yang dibagi menjadi tiga dosis dalam beberapa bulan. Antibiotic lain adalah
ciprofloxacin yang memiliki khasiat yang sama dengan metronidazole.
4.
Azathioprine dan
6-Mercaptopurine
Azathioprine dengan bioavailabilitas 80%
akan diserap da dikonversi menjadi 6-mercaptopurine. 6-mercaptopurine adalah
zat aktif yang akan menghasilkan asam thioinosinic yang akan menghambat
sistesis purin dan proliferasi sel serta menekan respon imun. Azathioprine dan
6-Mercaptopurine dapat menyebabkan pankreasitis pada minggu pertama
penggunaannya dan terhenti jika konsumsi obat dihentikan.
5.
METHOTREXATE
Methotrexate diberikan 12-25mg/minggu
secara oral, subkutan, atau intramuscular. Methotrexate akan menginhibibisi
enzim dihidrofolat reduktase yang penting dalam produksi timidin dan purin.
Selain itu, methotrexate juga dapat mengurangi produksi IL-1.
Irritable Bowel Syndrome
Irritable
bowel syndrome (IBS) adalah penyakit fungsional dengan karakteristik nyeri
perut, rasa tidak nyaman, dan tidak ditemukan adanya struktur yang abnormal.
Hingga saat ini belum ada alat diagnostic yang dapat mendiagnosis IBS, sehingga
diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinik-nya.2 Pada tahun
2006, dikeluarkan kriteria Rome II untuk mendiagnosis IBS, yaitu timbulnya
nyeri perut atau rasa tidak nyaman setidaknya selama 3 hari per bulan dimana
pada 3 bulan terakhir terdapat2 :
a.
Peningkatan buang
air besar
b.
Onset terkait
dengan perubahan pada frekuensi tinja
c.
Onset terkait
dengan perubahan dari bentuk tinja
TREATMENT1, 2
1.
Antispasmodics
Antispasmodic
bekerja secara anticholinergic untuk mengurangi nyeri perut atau rasa tidak
enak. Biasanya menggunakan obat dicyclomine dan hyoscyamine. Obat ini akan
menghambat reseptor kolinergik muskarinik di pleksus enteric otot polos.
2.
Reseptor antagonis
dan agonis
Reseptor 5-HT3
pada saluran percernaan aktif untuk menghantarkan sensasi nyeri dari usus ke
sistem saraf pusat. Inhibibisi pada reseptor ini dapat mengurangi sensasi nyeri
perut dan rasa tidak enak. Alosetron adalah contoh antagonis 5-HT3 yang sering
digunakan untuk menterapi IBS dengan diare. Pilihan obat lainnya adalah
ondansetron, granisetron, dolasetron dan palonosetron.
Pada pasien IBS
dengan konstipasi yang lebih dominan diberikan obat yang agonis dengan reseptor
5-HT3, seperti tegaserod. Tegaseord akan menstimulasi gerak peristaltik dan
mempercepat transit makanan di kolon. Tegaserod diberikan 6 mg 2 kali sehari.
3.
Antidiare
Diberikan pada
pasien IBS dengan gejala diare. Pilihan obatya adalah loparamide yang diberikan
sebanyak 2-4 mg setiap 4-6 jam. Obat ini akan memberikan efek meningkatnya
kontraksi persegmen kolon, memperlama transit di kolon, dan meningkatkan
tekanan anus.
4.
Antidepresan
Antideprean akan
memperlambat transit makanan di jejenum, menunda transit makanan di sepanjang
usus, dan memberikan efek menginhibibisi motorik usus. Antidepresan bermanfaat
badi pasien IBS dengan diare. Obat yang dapat digunakan adalah desipramine
dalam dosis yang rendah.
5.
Chloride channel
activator
Untuk pasien IBS
dengan konstipasi yang lebih dominan, chloride channel activator berguna untuk
membuat kondisi lumen usus lebih berair dengan membuka channel klorida tipe 2
(CIC-2) di usus halus. Sekresi klorida ke lumen akan membawa odium dan air.
Pilihan obatnya adalah lubiprostone yang diberikan 8 mg dua kali sehari selama
tiga bulan. Lubiprostone efektif menterapi konstipasi baik dengan IBS maupun
tidak dengan IBS.
Referensi :
1.
Longo D L, Kasper
D L, Jameson J L, Fauci A S, Hauser S L, Loscalzo J, editors. Harrison’s
Principle of Internal Medicine Ed 18th. United States of America: The
McGraw-Hill Companies; 2012
2.
Katzung B G. Basic
& Clinical Pharmacology Ed 11th. China: McGraw-Hill Companies;
2007
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih