Blog Dokter Sobri
Bicara dan bahasa pada anak
Kata bahasa berasal dari bahasa latin “lingua” yang berarti
lidah. Awalnya pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya
digunakan sebagai suatu sistem lambang konvensional yang kompleks dan dinamis
yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan berkomunikasi.1 Bahasa
bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal. Selain itu
bahasa dapat diekspresikan melalui tulisan, dan musik. Bahasa juga dapat
mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural dan ekspresi wajah.
Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu
saja. 2 Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu
proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara
adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara
dalam suatu kata. Sedangkan bahasa berarti menerima atau menyampaikan informasi
dalam cara tertentu.3 Bahasa merupakan salah satu cara
berkomunikasi. Bahasa terbagi menjadi dua, bahasa reseptif yakni kemampuan
untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar dan bahasa ekspresif yaitu
kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual atau auditorik.4
Sebenarnya masalah bicara dan bahasa berbeda tetapi keduanya
sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa dapat berupa masalah
artikulasi, suara, kelancaran bicara, afasia serta keterlambatan dalam bicara
atau bahasa. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain
yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi
pendengaran.5
Neurolinguistik
Pemahaman
bahasa serta pembentukan bicara pada manusia melibatkan berbagai area di otak
yang sangat kompleks. Untuk dapat berkomunikasi, terdapat dua aspek yang harus
dipenuhi yakni aspek sensorik dan aspek motorik. Aspek sensorik (input bahas)
melibatkan telinga, mata, dan rasa raba. Sedangkan aspek motorik (output
bahasa) melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.6,7
Aspek Sensorik Komunikasi6,7
Area
asosiasi somatik, visual, dan auditorik berapan penting dalam input bahasa.
Area asosiasi ini saling bertemu satu sama lain di bagian parietal-temporal-oksipital korteks. Area ini
dimanakan Wernicke’s area yang terutama berkembang pada sisi otak yang dominan
(95% pada sisi kiri). Area ini sangat berperan dalam fungsi otak yang lebih
tinggi yaitu fungsi intelegensia, karena pada daerah inilah interpretasi dan
pemahaman bahasa berlangsung. Selain itu Wernicke’s area juga berperan dalam
memformulasikan buah pikiran untuk dikomunikasikan.
Wernicke’s
area menerima input dari korteks visual yang berada di lobus oksipital. Jalur
ini sangat penting untuk kemampuan membaca dan mendeskribsikan objek yang
diihat. Wernicke’s area juga menerima input dari kortek auditori pada lobus
temporal. Jalur ini berperan dalam pemahaman kata-kata yang didengan. Selain
input visual dan auditori, Wernicke’s area juga mendapat input dari korteks
somatosensori.
Apabila Wernicke’s area mengalami kerusakan yang
sangat parah, penderita masih dapat mendengar sempurna dan bahkan masih dapat
mengenali kata-kata namun tak mampu menyusun kata-kata tersebut menjadi suatu
pikiran yang logis. Penderita juga masih mampu membaca kata-kata tertulis namun
ia tak mampu memahami gagasan yang disampaikan dalam bacaan yang ia baca. Hal
ini dinamakan sebagai afasia wernicke yang menyebabkan reseptif auditorik dan
afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata
(disleksia).
Bila lesi pada Wernicke’s area tak begitu parah, maka
penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun
kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan
pikirannya. Sedangkan jika lesinya meluas dan menyebar ke belakang ke regio
girus angular, ke inferior ke area bawah lobus temporalis, dan ke superior ke
tepi superior fissura sylvii, maka dinamakan afasia global. Penderita tampak
benar-benar terbelakang dan tak mampu memahami bahasa atau berkomunikasi.
Anak-anak dengan afasia wernicke
didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki
onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).
Aspek motorik komunikasi6,7
Proses output bahasa atau bicara
melibatkan dua proses utama. Proses pertama adalah membentuk buah pikiran untuk
diekspresikan serta memilih kata-kata yang akan digunakan, hal ini terjadi dalam
Wernicke’s
area. Kemudian proses yang kedua adalah mengatur motorik vokalisasi dan kerja
yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Proses kedua ini berlangsung di Broca’s
area. Wernicke’s area dan Broca’s area dihubungkan oleh fasikulus arkutus.
Broca’s
area merupakan regio khusus pada korteks frontal yang bertanggung jawab terhadap aspek
motorik bicara. Disinilah rencana dan pola-pola motorik untuk menyatakan
kata-kata dicetuskan dan dilaksanankan. Area ini memiliki asosiasi dengan
korteks motorik yang mengontrol laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan
otot-otot yang dipakai untuk bicara/artikulasi. Proses
bicara sendiri dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu
oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir,
lidah dan palatum (langit-langit).
Kerusakan
pada area bicara Broca menyebabkan afasia motorik. Penderita mampu menentukan
apa yang ingin dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur
sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata yang jelas. Biasanya menyebabkan
gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu atau
beberapa huruf. Selain itu juga mungkin terjadi gangguan dalam pitch, volume, dan kualitas suara.
18
Artikulasi berarti gerakan otot-otot
mulut, lidah, laring, pita suara yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu,
dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial dan
laringeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum, ganglia
basalis, serta korteks sensorik berperan dalam membantu mengatur urutan dan
intensitas kontraksi otot. Kerusakan setiap regio ini dapat menyebabkan
ketidakmampuan parsial atau total untuk berbicara dengan jelas.
Perkembangan bicara dan bahasa anak
Perkembangan bahasa sangat
berhubungan erat dengan maturasi otak. Diferensiasi otak fetus dimulai pada
minggu ke-16 gestasi. Selama masa prenatal, batang otak, korteks primer dan
korteks somatosensori tumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer
serebri tumbuh semakin cepat terutama pada area reseptor visual. Hal ini
menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan
auditori. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Babbling
yang biasanya dimulai pada usia
1,5 bulan menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks
motor. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur
sampai periode akhir usia pra sekolah, sehingga terjadi keterbatasan dalam
intonasi bunyi dan bicara. 8
Lundsteen membagi perkembangan
bahasa dalam 3 tahap: 6
1. Tahap pralinguistik
0-3 bulan : Suara bayi baru berupa menangis,
tertawa, menjerit. Suara
tersebut merupakan tanda-tanda akustik bayi
dan tanda bahwa
mereka mampu menggerakkan alat-alat
bicaranya.
3-12 bulan : Anak mulai memakai bibir dan langit-langit untuk artikulasi,
mengucapkan kata misalnya ma, da, ba.
Kata-kata yang
diucapkan tanpa makna
2. Tahap protolinguitik
1-2 tahun : Anak
mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat
mencapai 200-300).
3. Tahap linguistik
2-6 tahun : Anak mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
Referensi
1. Chaer A, Psiokolinguistik Kajian
Teoritik. Jakarta: Rineka Abdi.. 2003
2. Segal C, Smith M, Jaffe J. Nonverbal Communication [internet].
September 2012 [dikutip pada 25 September 2012]. Dinduh dari: http://www.helpguide.org/mental/eq6_nonverbal_communication.htm
3. Alwi H, Sugono D, Adiwinata SS.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka; 2005.
4. Owens RE. Language Development an
Introduction. 5th edition. New York: Allyn and Bacon; 2001.
5. Virginia W, Meredith G, Dalam: Adam, boeis highler. Gangguan bicara dan bahasa.
Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997.
6. Guyton AC, Hall JE. Textbook
of Medical Physiology. Edisi 11. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.
7. Sherwood
8. Ranuh IG. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih