Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Thursday, 6 June 2019

Bicara dan bahasa pada anak

Blog Dokter Sobri
Bicara dan bahasa pada anak

Kata bahasa berasal dari bahasa latin “lingua” yang berarti lidah. Awalnya pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya digunakan sebagai suatu sistem lambang konvensional yang kompleks dan dinamis yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan berkomunikasi.1 Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat diekspresikan melalui  tulisan, dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural dan ekspresi wajah. Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. 2 Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Sedangkan bahasa berarti menerima atau menyampaikan informasi dalam cara tertentu.3 Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa terbagi menjadi dua, bahasa reseptif yakni kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar dan bahasa ekspresif yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual atau auditorik.4
Sebenarnya masalah bicara dan bahasa berbeda tetapi keduanya sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa dapat berupa masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara, afasia serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.5

Neurolinguistik         
Pemahaman bahasa serta pembentukan bicara pada manusia melibatkan berbagai area di otak yang sangat kompleks. Untuk dapat berkomunikasi, terdapat dua aspek yang harus dipenuhi yakni aspek sensorik dan aspek motorik. Aspek sensorik (input bahas) melibatkan telinga, mata, dan rasa raba. Sedangkan aspek motorik (output bahasa) melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.6,7 
Aspek Sensorik Komunikasi6,7
Area asosiasi somatik, visual, dan auditorik berapan penting dalam input bahasa. Area asosiasi ini saling bertemu satu sama lain di bagian  parietal-temporal-oksipital korteks. Area ini dimanakan Wernicke’s area yang terutama berkembang pada sisi otak yang dominan (95% pada sisi kiri). Area ini sangat berperan dalam fungsi otak yang lebih tinggi yaitu fungsi intelegensia, karena pada daerah inilah interpretasi dan pemahaman bahasa berlangsung. Selain itu Wernicke’s area juga berperan dalam memformulasikan buah pikiran untuk dikomunikasikan.
Wernicke’s area menerima input dari korteks visual yang berada di lobus oksipital. Jalur ini sangat penting untuk kemampuan membaca dan mendeskribsikan objek yang diihat. Wernicke’s area juga menerima input dari kortek auditori pada lobus temporal. Jalur ini berperan dalam pemahaman kata-kata yang didengan. Selain input visual dan auditori, Wernicke’s area juga mendapat input dari korteks somatosensori.
            Apabila Wernicke’s area mengalami kerusakan yang sangat parah, penderita masih dapat mendengar sempurna dan bahkan masih dapat mengenali kata-kata namun tak mampu menyusun kata-kata tersebut menjadi suatu pikiran yang logis. Penderita juga masih mampu membaca kata-kata tertulis namun ia tak mampu memahami gagasan yang disampaikan dalam bacaan yang ia baca. Hal ini dinamakan sebagai afasia wernicke yang menyebabkan reseptif auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata (disleksia).
            Bila lesi pada Wernicke’s area tak begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. Sedangkan jika lesinya meluas dan menyebar ke belakang ke regio girus angular, ke inferior ke area bawah lobus temporalis, dan ke superior ke tepi superior fissura sylvii, maka dinamakan afasia global. Penderita tampak benar-benar terbelakang dan tak mampu memahami bahasa atau berkomunikasi.
Anak-anak dengan afasia wernicke didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).
Aspek motorik komunikasi6,7
            Proses output bahasa atau bicara melibatkan dua proses utama. Proses pertama adalah membentuk buah pikiran untuk diekspresikan serta memilih kata-kata yang akan digunakan, hal ini terjadi dalam Wernicke’s area. Kemudian proses yang kedua adalah mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Proses kedua ini berlangsung di Broca’s area. Wernicke’s area dan Broca’s area dihubungkan oleh fasikulus arkutus.
Broca’s area merupakan regio khusus pada korteks frontal yang bertanggung jawab terhadap aspek motorik bicara. Disinilah rencana dan pola-pola motorik untuk menyatakan kata-kata dicetuskan dan dilaksanankan. Area ini memiliki asosiasi dengan korteks motorik yang mengontrol laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot yang dipakai untuk bicara/artikulasi. Proses bicara sendiri dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit).
            Kerusakan pada area bicara Broca menyebabkan afasia motorik. Penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata yang jelas. Biasanya menyebabkan gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu atau beberapa huruf. Selain itu juga mungkin terjadi gangguan dalam pitch, volume, dan kualitas suara. 18
            Artikulasi berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial dan laringeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum, ganglia basalis, serta korteks sensorik berperan dalam membantu mengatur urutan dan intensitas kontraksi otot. Kerusakan setiap regio ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atau total untuk berbicara dengan jelas.

Perkembangan bicara dan bahasa anak
Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selama masa prenatal, batang otak, korteks primer dan korteks somatosensori tumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer serebri tumbuh semakin cepat terutama pada area reseptor visual. Hal ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Babbling yang biasanya dimulai pada usia 1,5 bulan menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah, sehingga terjadi keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara. 8
Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap: 6
1.      Tahap pralinguistik
 0-3 bulan        : Suara bayi baru berupa menangis, tertawa, menjerit. Suara
                          tersebut merupakan tanda-tanda akustik bayi dan tanda bahwa
                          mereka mampu menggerakkan alat-alat bicaranya.
3-12 bulan       : Anak mulai memakai bibir dan langit-langit untuk artikulasi,
                          mengucapkan kata misalnya ma, da, ba. Kata-kata yang
                          diucapkan tanpa makna
2.      Tahap protolinguitik
1-2 tahun         : Anak mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat
  mencapai 200-300).
3.      Tahap linguistik
2-6  tahun         : Anak mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa                               katanya mencapai 3000 buah.

Referensi
1.      Chaer A, Psiokolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Abdi.. 2003
2.      Segal C, Smith M, Jaffe J. Nonverbal Communication [internet]. September 2012 [dikutip pada 25 September 2012]. Dinduh dari: http://www.helpguide.org/mental/eq6_nonverbal_communication.htm
3.      Alwi H, Sugono D, Adiwinata SS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka; 2005.
4.      Owens RE. Language Development an Introduction. 5th edition. New York: Allyn and Bacon; 2001.
5.      Virginia W, Meredith G, Dalam: Adam, boeis highler. Gangguan bicara dan bahasa. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997.
6.      Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi 11. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.
7.      Sherwood
8.      Ranuh IG. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002.


Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih