Blog Dokter Sobri
Fertilisasi
Fertilisasi dapat terjadi jika terdapat pertemuan antara gamet dari
wanita(ovum) serta pria (sperma). Pembentukan gamet itu sendiri terangkum dalam
proses oogenesis sera spermatogenesis. Pada oogensis akan terjadi proses
mitotik serta meiosis pertama yang akan menghasilkan oosit sekunder(haploid)
serta badan polar. Selanjutnya, meiosis kedua akan terjadi ketika telah terjadi
fertilisasi. Pada pria, spermatogenesis juga akan dimulai dengan mitosis hingga
meiosis II yang mengasilkan 4 sperma (haploid). Secara umum kedua proses ini
dapat dilihat dari gambar disamping ini.
Fertilisasi merupakan penyatuan antara gamet pada wanita (ovum) dan pria
(sperma yang terjadi pada daerah ampulla yaitu 1/3 distal tuba uterina. Ovum
dan sperma akan berjalan dari tempat produksinya ke daerah ampulla tersebut.
a. Fertilisasi
Pada wanita, oosit sekunder yang dilepaskan saat ovulasi akan ditangkap
oleh fimbriae dan ditransport oleh sel silia (diaktivasi oleh esterogen) menuju
ke ampula. Ketika ovum gagal di transportasikan kedalam tuba uterina maka ovum
akan tetap berada dalam kavitas peritoneal dan ada kemungkinan terjadi
pembuahan sehingga menyebabkan kehamilan ektopik abdomen. Kehamilan tipe ini
dapat menyebabkan kematian akibat perdarahan karena vaskularisasi pada organ
pencernaan tidak dipersiapkan untuk melakukan implantasi seperti pada
endometrium.
Pada pria, sperma yang masuk kedalam vagina saat ejakulasi harus melewati kanalis
servikalis, rahim hingga ke bagian distal dari tuba uterina untuk mencapai
tempat ovum. Pada kanalis servikalis, sperma dibantu oleh kondisi mukus serviks
yang lebih encer dan tingggi elastisitasnya, sehinga memudakan penetrasi dari
sperma. Perubahan mukus serviks ini diakibatkan oleh kadar esterogen yang
tinggi. Selanjutnya sperma berpindah ke kanalis servikalis dekat uterus dengan
kekuatannya sendiri. Pada kanal uterus, sperma dibantu perpidahannya dengan
gerakan miometrium yang membuat sperma tersebar di kavitas uterus. Kemudian
sperma masuk kedalam tuba uterina dan menuju tempat fertilisasi dengan bantuan
dari kontraksi otot polos tuba uterina. Kontraksi miometrium berserta tuba uterina
ini diinduksi oleh kadar esterogen yang tinggi tepat sebelum terjadinya
ovulasi.
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa terdapat kemoatraktan yang
dikeluarkan oleh ovum, yaitu alurin. Kemotraktan tersebutlah yang dapat
menyebabkan sperma bergerak menuju ovum. Selain itu, ditemukan pula reseptor
sperma yang berhasil mendeteksi dan merespon kemoatraktan dari ovum, yaitu
hOR17-4.
Ovum dapat bertahan hidup dari 12-24 jam sebelum difagosit. Oleh karenanya,
fertilisasi harus terjadi dalam 24 jam setelah ovulasi. Namun, sperma dapat
bertahan di dalam saluran reproduksi wanita selama 2-5 hari, tetapi waktu ini
sangat bervariasi pada setiap individu.
Untuk dapat
membuahi ovum, maka sperma harus melewati sawar protektif yang dibentuk oleh ovum,
yaitu korona radiata dan zona pelusida. Berikut adalah tahapan dalam proses
fertilisasi
1.
Sperma
mampu berpenetrasi kedalam korona radiata yang merupakan sel-sel granulosa
dengan menggunakan enzim hialuronidase dan enzim proteolitik pda tudung kepala
sperma
2.
Sperma
mampu berpenetrasi ke dalam zona pelusida setalah berikatan dengan reseptor
spesifik pada permukaan ovum. Pada membran sperma terdapat protein “fertilin”
sedangkan pada permukaan luar zona pelusida terdapat glikoprotein “ZP3”.
Pengikatan ini menyebabkan reaksi akrosom, yaitu membran akrosom rusak dan
mengeluarkan enzim-enzim akrosomal
3.
Enzim
akrosomal merusak zona pelusida sehingga mampu membuat jalan masuk kedalam
membran plasma ovum.
4.
Sperma
pertama yang mencapai ovum kemudian berfusi dengan membran plasma ovum dan
kepala sperma masuk kedalam sitoplasma ovum
5.
Ekor
plasma akan tertinggal dalam proses ini. Penyatuan antara sperma dan ovum akan
memicu terjadinya perubahan kimiawi disekitar permukaan ovum yang membuat
lapisannya tidak dapat ditembus lagi oleh sperma lain, fenomena ini sering
disebut sebagai “penghambatan terhadap polispermia”.
Sperma diketahui
mengeluarkan nitrat oksida yang mampu memicu pelepasan ion-ion kalisum yang
berguna untuk memic pembelahan meitotik akhir oosit sekunder. Dalam satu jam
terjadi penyatuan dari nukleus sperma dan ovum, dimana sperma menyumbang
setengah kromosom pada ovum yang dibuahi, yang saat ini disebut dengan zigot.
Selain itu, sperma menyebabkan pengaktifan dari enzim-enzim pada ovum yang
penting untuk perkembangan awal embrionik.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih