Blog Dokter Sobri
Penatalaksanaan obesitas non farmakologi
Penatalaksanaan pasien obesitas
dilakukan dengan menangani obesitas dan kondisi komorbid serta mengurangi
risiko bertambah parahnya faktor komorbid. Tingkat penatalaksanaan yang akan
diberikan bergantung pada riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik, dan tes
diagnosis. Penatalaksaan pasien obesitas selalu diawali dengan perubahan gaya
hidup. Setelah itu diberikan farmakoterapi atau pembedahan. Berikut alogaritma
penatalaksaan pasien obesitas
Penanganan obesitas berhubungan dengan
tiga hal penting yaitu pola makan, aktivitas fisik, dan modifikasi
prilaku. Karena obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan
energi yang masuk dan keluar maka pasien harus belajar dan mengerti bagaimana dan kapan energi harus dikonsumsi,
bagaimana dan kapan energi harus dikeluarkan, dan bagaimana mengaplikasikan hal
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pola
makan
Fokus primer untuk terapi obesitas adalah
mengurangi konsumsi kalori. NHLBI merekomendasikan bahwa pasien obesitas sebaiknya mengurangi kalori sebanyak 500-1000
kcal/d dibandingkan dengan kebiasaan makan pasien sehari-hari. Hal ini harus
dilakukan secara konsisten dengan target pengurangan 1-2 lb per minggu.
Pengurangan kalori itu dapat dilakukan dengan makanan pengganti contoh: makan
dengan porsi kecil, makan banyak buah-buahan dan sayur-sayuran, mengurangi
konsumsi makanan yang berminyak, dan lain-lain. Hal ini penting karena sebaiknya
pasien yang harus aktif melakukannya sendiri.
Komposisi makronutrien bervariasi
bergantung pada pilihan pasien dan kondisi keseehatan pasien. Pada tahun 2005 Departement of Agricultural Dietary
Guidelines For America memberikan penyuluhan dan mengurangi risiko kejadian
overweight dan obesitas. Rekomendasi yang diberikan adalah mengonsumsi banyak
makanan seperti padi-padian,
buah-buahan, sayur-sayuran, dan serat. Selain itu disarankan juga untuk
mengonsumsi ikan yang kaya omega 3 setiap minggunya, mengurangi konsumsi
natrium sampai <2300 mg/d, mengonsumsi 3 cangkir susu per hari, membatasi
konsumsi kolesterol sampai kurang dari 300 mg/d, dan menjaga lemak total antara
20-35% dari konsumsi kalori setiap harinya. Kemudian direkomendasikan juga
untuk mengonsumsi serat sebanyak 38 g pada laki laki dan 25 g pada perempuan
pada usia lebih dari 50 tahun. Kemudian disarankan untuk mengonsumsi serat
sebanyak 30 g untuk laki-laki dan 21 g untuk perempuan pada usia di bawah 50
tahun.
Ada juga anggapan untuk mengonsumsi
karbohidrat yang rendah dan protein yang tinggi untuk mengurangi berat badan.
Konsep ini berdasar pada fungsi karbohidrat sebagai penyebab utama obesitas dan
menyebabkan resistensi insulin. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat menyebabkan pengurangan
berat badan pada bulan ke 6 dengan kemungkinan risiko seperti peningkatan
kolesterol HDL, dan penurunan trigliserida.
Konsep diet selanjutnya adalah konsep
kepadatan energi. Hal ini mengacu pada jumlah kalori (energi) yang dapat dikonsumsi
disesuaikan dengan beratnya. Hal ini penting karena orang-orang biasanya
mengonsumsi makanan tanpa memperhatikan kalori makanan yang dikonsumsi. Untuk
mengurangi kepadatan energi makanan dapat ditambhakan dengan air atau serat.
Contoh makanan dengan kepadatan energi rendah: sup, buah-buahan, sayuran,
daging tanpa lemak, dll. Sedangkan makanan yang tinggi lemak seperti keju,
kuning telur, kripik kentang, dan daging mereah memiliki kepadatan energi
tinggi. Diet dengan kepadatan energi rendah telah terbukti dapat mengontrol
rasa lapar dan mengakibatkan penurunan asupan kalori dan penurunan berat badan.
Selain itu dapat juga diberikan terapi
diet agresif. Pada terapi ini pasien diberikan very low calorie diets (VLCDs). Tujuan utama VLCDs adalah untuk
menurunkan berat badan sebanyak 13-23 kg dalam waktu 3-6 bulan. Pemberian biasanya berupa 800 kkal, protein
50-80 g, dan 100% dar asupan harian yang direkomendasikan adalah vitamin dan
mineral. Menurut the National Task Force on the Prevention and Treatment of
Obesity, indikasi untuk memulai VLCDs adalah pada orang dengan BMI > 30. Indikasi lain adalah gagalnya
pendekatan yang lebih konservatif untuk menurunkan berat badan dan memiliki
kondisi medis yang akan segera diperbaiki dengan penurunan berat badan yang
cepat. Kondisi termasuk tipe 2 DM tidak terkontrol, hipertrigliseridemia, dan lain-lain.
Aktivitas
fisik
Penangan selanjutnya dapat dilakukan
dengan aktivitas fisk yang teratur. Aktifitas
fisik harusnya dilakukan bersamaan dengan diet makanan. Kombinasi aktivitas
fisik yang teratur dan diet makanan merupakan pendekatan prilaku yang paling
efektif untuk pengobatan obesitas. Saat ini direkomendasikan untuk melakukan
aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari. Aktifitas fisik dapat berupa
rekreasi, wisata, dan pekerjaan rumah tangga sangat disarankan. Contohnya
menggunakan tangga, berkebun di halaman rumah, dan lain-lain. The Dietary Guidelines for Americans
pada tahun 2005 melaporkan bahwa aktivitas fisik sekitar 60-90 menit intensitas sedang setiap harinya diperlukan untuk mempertahankan
berat badan. Selain itu The American College of Sports Medicine juga
merekomendasikan untuk aktifitas fisik intesitas sedang selama 150 menit per minggu. Namun untuk
jangka panjang penurunan berat badan,
latihan yang lebih sering (misalnya 200-300 menit atau 2000 kkal per
minggu) sangat diperlukan. Rekomendasi ini harus dilakukan secara bertahap pada
pasien. Selain itu pasien juga dapat melakukan konsultasi dengan ahli fisiologi
olahraga atau pelatih pribadi akan sangat membantu.
Terapi
prilaku kognitif
Terapi ini berfungsi untuk memperkuat
kemauan pasien obesitas untuk melakukan berbagai kebiasaan baru seperti pola
makan dan aktivitas fisk yang teratur dan terkontrol. Strategi yang dapat
dilakukan meliputi memberikan pasien penjelasan tentang managemen stres,
dukungan sosial, memberikan penjelasan kepada pasien untuk bisa berpikir
positif tentang perubahan kebiasan yang dia lakukan. Selain itu agar pasien
dapat dievaluasi pasien diminta untuk membuat catatan kecil tentang perubahan
kebiasaan yang telah disarankan sebelumnya. Hal ini penting agar kita dapat
mengontrol perubahan kebiasaan pasien tersebut.
Dokter
Keluarga Dalam Kasus Metabolik Endokrin
Dokter keluarga adalah dokter praktik
umum sebagai pemberi layanan primer yang holistic,
comprehensive, integrative, dan continuum. Holistic maksudnya dokter keluarga harus bisa memandang pasien
secara utuh dan sebagai bagian dari keluarganya. Comprehensive maksudnya dokter keluarga memberikan pelayanan
berbasiskan pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Integrative artinya dokter keluarga
harus bisa berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan pihak terkait. Continuum artinya dokter keluarga harus
bisa melakukan follow up dan pencatatan serta pelaporan yang sahih. Dokter
keluarga memberikan pelayanan melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di
tingkat primer sebagai bagian dari suatu jaringan pelayanan kesehatan terapdu
yang melibatkan dokter spesialis si tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit
sebagai tempat pelayanan rawat inap.
Pencegahan dapat dilakukan secara
primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer tujuannya untuk mencegah
pergeseran penyakit ke kelompok yang berisiko. Contoh pencegahan primer adalah
promosi kesehatan dan lingkungan sehat serta proteksi dini dengan imunisasi. Kemudian
pencegahan sekunder tujuannya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan
hospitalisasi. Contohnya pencegahan sekunder seperti skrining, penemuan kasus,
pemeriksaan kesehatan berkala, kontrol faktor risiko, dan perubuahan
prilaku. Kemudian pencegahan tersier
tujuannya untuk mencegah komplikasi dari penyakit. Contoh pencegahan tersier
seperti pemeliharaan kesehatan dan paliatif care..
Dalam memberikan penanganan keluarga
pasien juga harus dilibatkan. Hal ini karena ketika seorang pasien sakit maka orang
yang paling dekat adalah keluarganya. Untuk itu dapat dibentuk “family conference”. Jadi family conference dapat dilakukan dengan
tiga tahap yaitu pre-conference,
conference, dan post conference.
Pada pre conference kegiatan yang
dilakukan seperti menyiapkan ruangan, mempersiapkan genogram, memikirkan
hipotesis. Kemudian pada conference
ada 5 hal yang dapat dilakukan yaitu: 1) sosialisasi, 2) menentukan sasaran
yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut, 3) mendiskusikan masalah, 4)
Mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki untuk memecahkan masalah, 5)
Menentukan rencana pemecahan masalah. Setelah itu post conference, yang dilakukan adalah meninjau kembali genogram
dan hipotesis, serta menuliskan hasil pertemuan dan memberikannya kepada pasien
dan keluarganya.
Referensi
1. Fauci.
Braunwald. Kasper. Hauster. Longo. Jameson. et al. Harrison’s Principal of
Internal Medicine. 17 ed. 2008. Endocrinology and metabolism.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih