Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Friday, 24 May 2019

Penatalaksanaan obesitas non obesitas

Blog Dokter Sobri

Penatalaksanaan obesitas non farmakologi

Penatalaksanaan pasien obesitas dilakukan dengan menangani obesitas dan kondisi komorbid serta mengurangi risiko bertambah parahnya faktor komorbid. Tingkat penatalaksanaan yang akan diberikan bergantung pada riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik, dan tes diagnosis. Penatalaksaan pasien obesitas selalu diawali dengan perubahan gaya hidup. Setelah itu diberikan farmakoterapi atau pembedahan. Berikut alogaritma penatalaksaan pasien obesitas

Penanganan obesitas berhubungan dengan tiga hal penting yaitu pola makan, aktivitas fisik, dan modifikasi prilaku.  Karena obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar maka pasien harus belajar dan mengerti  bagaimana dan kapan energi harus dikonsumsi, bagaimana dan kapan energi harus dikeluarkan, dan bagaimana mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pola makan
Fokus primer untuk terapi obesitas adalah mengurangi konsumsi kalori. NHLBI merekomendasikan bahwa pasien obesitas  sebaiknya mengurangi kalori sebanyak 500-1000 kcal/d dibandingkan dengan kebiasaan makan pasien sehari-hari. Hal ini harus dilakukan secara konsisten dengan target pengurangan 1-2 lb per minggu. Pengurangan kalori itu dapat dilakukan dengan makanan pengganti contoh: makan dengan porsi kecil, makan banyak buah-buahan dan sayur-sayuran, mengurangi konsumsi makanan yang berminyak, dan lain-lain. Hal ini penting karena sebaiknya pasien yang harus aktif melakukannya sendiri.

Komposisi makronutrien bervariasi bergantung pada pilihan pasien dan kondisi keseehatan pasien. Pada tahun 2005 Departement of Agricultural Dietary Guidelines For America memberikan penyuluhan dan mengurangi risiko kejadian overweight dan obesitas. Rekomendasi yang diberikan adalah mengonsumsi banyak makanan seperti padi-padian,  buah-buahan, sayur-sayuran, dan serat. Selain itu disarankan juga untuk mengonsumsi ikan yang kaya omega 3 setiap minggunya, mengurangi konsumsi natrium sampai <2300 mg/d, mengonsumsi 3 cangkir susu per hari, membatasi konsumsi kolesterol sampai kurang dari 300 mg/d, dan menjaga lemak total antara 20-35% dari konsumsi kalori setiap harinya. Kemudian direkomendasikan juga untuk mengonsumsi serat sebanyak 38 g pada laki laki dan 25 g pada perempuan pada usia lebih dari 50 tahun. Kemudian disarankan untuk mengonsumsi serat sebanyak 30 g untuk laki-laki dan 21 g untuk perempuan pada usia di bawah 50 tahun.

Ada juga anggapan untuk mengonsumsi karbohidrat yang rendah dan protein yang tinggi untuk mengurangi berat badan. Konsep ini berdasar pada fungsi karbohidrat sebagai penyebab utama obesitas dan menyebabkan resistensi insulin.  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat menyebabkan pengurangan berat badan pada bulan ke 6 dengan kemungkinan risiko seperti peningkatan kolesterol HDL, dan penurunan trigliserida.

Konsep diet selanjutnya adalah konsep kepadatan energi. Hal ini mengacu pada jumlah kalori (energi) yang dapat dikonsumsi disesuaikan dengan beratnya. Hal ini penting karena orang-orang biasanya mengonsumsi makanan tanpa memperhatikan kalori makanan yang dikonsumsi. Untuk mengurangi kepadatan energi makanan dapat ditambhakan dengan air atau serat. Contoh makanan dengan kepadatan energi rendah: sup, buah-buahan, sayuran, daging tanpa lemak, dll. Sedangkan makanan yang tinggi lemak seperti keju, kuning telur, kripik kentang, dan daging mereah memiliki kepadatan energi tinggi. Diet dengan kepadatan energi rendah telah terbukti dapat mengontrol rasa lapar dan mengakibatkan penurunan asupan kalori dan penurunan berat badan.

Selain itu dapat juga diberikan terapi diet agresif. Pada terapi ini pasien diberikan very low calorie diets (VLCDs). Tujuan utama VLCDs adalah untuk menurunkan berat badan sebanyak 13-23 kg dalam waktu 3-6 bulan.  Pemberian biasanya berupa 800 kkal, protein 50-80 g, dan 100% dar asupan harian yang direkomendasikan adalah vitamin dan mineral. Menurut the National Task Force on the Prevention and Treatment of Obesity, indikasi untuk memulai VLCDs adalah pada orang dengan  BMI > 30. Indikasi lain adalah gagalnya pendekatan yang lebih konservatif untuk menurunkan berat badan dan memiliki kondisi medis yang akan segera diperbaiki dengan penurunan berat badan yang cepat. Kondisi termasuk tipe 2 DM tidak terkontrol, hipertrigliseridemia,  dan lain-lain.

Aktivitas fisik
Penangan selanjutnya dapat dilakukan dengan aktivitas fisk yang teratur.  Aktifitas fisik harusnya dilakukan bersamaan dengan diet makanan. Kombinasi aktivitas fisik yang teratur dan diet makanan merupakan pendekatan prilaku yang paling efektif untuk pengobatan obesitas. Saat ini direkomendasikan untuk melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari. Aktifitas fisik dapat berupa rekreasi, wisata, dan pekerjaan rumah tangga sangat disarankan. Contohnya menggunakan tangga, berkebun di halaman rumah, dan lain-lain. The Dietary Guidelines for Americans pada tahun 2005 melaporkan bahwa aktivitas fisik sekitar  60-90 menit intensitas sedang  setiap harinya diperlukan untuk mempertahankan berat badan.  Selain itu The American College of Sports Medicine juga merekomendasikan untuk aktifitas fisik intesitas sedang  selama 150 menit per minggu. Namun untuk jangka panjang penurunan berat badan,  latihan yang lebih sering (misalnya 200-300 menit atau 2000 kkal per minggu) sangat diperlukan. Rekomendasi ini harus dilakukan secara bertahap pada pasien. Selain itu pasien juga dapat melakukan konsultasi dengan ahli fisiologi olahraga atau pelatih pribadi akan sangat membantu.

Terapi prilaku kognitif
Terapi ini berfungsi untuk memperkuat kemauan pasien obesitas untuk melakukan berbagai kebiasaan baru seperti pola makan dan aktivitas fisk yang teratur dan terkontrol. Strategi yang dapat dilakukan meliputi memberikan pasien penjelasan tentang managemen stres, dukungan sosial, memberikan penjelasan kepada pasien untuk bisa berpikir positif tentang perubahan kebiasan yang dia lakukan. Selain itu agar pasien dapat dievaluasi pasien diminta untuk membuat catatan kecil tentang perubahan kebiasaan yang telah disarankan sebelumnya. Hal ini penting agar kita dapat mengontrol perubahan kebiasaan pasien tersebut.

Dokter Keluarga Dalam Kasus Metabolik Endokrin
Dokter keluarga adalah dokter praktik umum sebagai pemberi layanan primer yang holistic, comprehensive, integrative, dan continuum. Holistic maksudnya dokter keluarga harus bisa memandang pasien secara utuh dan sebagai bagian dari keluarganya. Comprehensive maksudnya dokter keluarga memberikan pelayanan berbasiskan pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Integrative artinya dokter keluarga harus bisa berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan pihak terkait. Continuum artinya dokter keluarga harus bisa melakukan follow up dan pencatatan serta pelaporan yang sahih. Dokter keluarga memberikan pelayanan melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian dari suatu jaringan pelayanan kesehatan terapdu yang melibatkan dokter spesialis si tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit sebagai tempat pelayanan rawat inap.

Pencegahan dapat dilakukan secara primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer tujuannya untuk mencegah pergeseran penyakit ke kelompok yang berisiko. Contoh pencegahan primer adalah promosi kesehatan dan lingkungan sehat serta proteksi dini dengan imunisasi. Kemudian pencegahan sekunder tujuannya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan hospitalisasi. Contohnya pencegahan sekunder seperti skrining, penemuan kasus, pemeriksaan kesehatan berkala, kontrol faktor risiko, dan perubuahan prilaku.  Kemudian pencegahan tersier tujuannya untuk mencegah komplikasi dari penyakit. Contoh pencegahan tersier seperti pemeliharaan kesehatan dan paliatif care..

Dalam memberikan penanganan keluarga pasien juga harus dilibatkan. Hal ini karena ketika seorang pasien sakit maka orang yang paling dekat adalah keluarganya. Untuk itu dapat dibentuk “family conference”. Jadi family conference dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu pre-conference, conference, dan post conference. Pada pre conference kegiatan yang dilakukan seperti menyiapkan ruangan, mempersiapkan genogram, memikirkan hipotesis. Kemudian pada conference ada 5 hal yang dapat dilakukan yaitu: 1) sosialisasi, 2) menentukan sasaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut, 3) mendiskusikan masalah, 4) Mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki untuk memecahkan masalah, 5) Menentukan rencana pemecahan masalah. Setelah itu post conference, yang dilakukan adalah meninjau kembali genogram dan hipotesis, serta menuliskan hasil pertemuan dan memberikannya kepada pasien dan keluarganya. 

Referensi
1.      Fauci. Braunwald. Kasper. Hauster. Longo. Jameson. et al. Harrison’s Principal of Internal Medicine. 17 ed. 2008. Endocrinology and metabolism.

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih