Blog Dokter Sobri
Kaki Diabetik
Kaki diabetes menjadi salah satu komplikasi kronik yang
sering dialami pendeirita DM. Kaki diabetes merupakan perubahan patologis pada
ekstremitas bawah sebagai akibat komplikasi diabetes yang tidak terkontrol. Sampai
saat ini kaki diabetes masih merupakan masalah yang serius yang ditangani oleh
dokter-dokter di Indoensia. Angka kematian dan amputasi akibat kaki diabetes
masih cukup tinggi. Data RSUPNCM tahun 2003 didapatkan presentasi terjadinya
kematian akibat kaki diabaetes adalah sebesar 16%. Sedangkan presentasi orang
yang mengalami amputasi adalah sebesar 25%. Nasib para pasien setelah amputasi
pun cukup buruk. Didapatkan data bahwa sebersasr 14,3% akan meninggal dalam
setahun dan sebanyak 37% akan meninggal dalam 3 tahun pasca amputasi
Patofisiologi
Kaki diabetes terjadi karena adanya kondisi hiperglikemik
pada pasien DM. Hal ini kemudian menyebabkan neuropati dan kelaian pada
pembuluh darah. Kemudian neuropati menyebabkan berbagai perubahan pada kulit
dan otot. Akibatnya terjadi perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang
kemudian mempermudah terjadinya ulkus dan rentan infeksi.
Pasien dengan kaki diabetik dapat mengalami gangguan motorik.
Hal ini terjadi karena atrofi otot-otot intrinsik, kelemahan otot, dan
keterbatasan lingkup gerak sendi. Sebagai akibatnya terjadi deformitas fleksi
atau biasa juga disebut dengan claw toes..
Pada kondisi ini pasien akan mengalami peningkatan tekanan pada metatarsal dan
ujung jari. Akibatnya timbul kallus dan memudahkan terjadinya infeksi dan
membentuk ulkus. Pada keadaan yang sangat serius pasien harus menjalani
amputasi.
Kaki diabetik biasanya terjadi karena adanya tekanan rendah
yang terus-menerus, seperti memakai sepatu yang sempti, tekanan berulang
seperti berjalan, luka tusuk, memotong kuku yang mengikis kallus. Pasien
biasnaya tidak merasakan sakit karena daerah kaki telah mengalami neuropati
sehingga pasien akan terus melakukan kegiatan tersebut hingga akhirnya kaki
menjadi luka dan sulit disembuhkan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan kaki diabetik dapat dilakukan dengan inspeksi,
pemeriksaan sensoris, pemeriksaan vaskularisasi kaki, dan pemeriksaan
muskuloskeletal. Pada inspeksi dapat kita lihat danya kalus, kulit kering, claw
toes, dll. Pemeriksaan sensoris dapat dilakukan dengan semmes weintein
monofilamen, sensasi raba ringan. Pemeriksaan vaskularisasi dilakukan dengan meraba
pulsasi a. Poplitea dan a. Doraslis pedis. Kemudian pemeriksaan muskuloskeletal
dilakukan dengan pemeriksaan pergerakan
sendi kaki dan tungkai, dan pemeriksaan kekuatan otot kaki dan tungkai.
Klasifikasi
Klasifikasi penting untuk menentukan menentukan rencana
terapi yang akan diberikan. Berikut klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner:
Grade 0 : kulit tidak luka / deformitas
Grade 1 : ulkus superfisial, terlokalisisr
Grade 2 : ulkus sampai tendon, ligamen & sendi
Grade 3 : osteomyelitis
Grade 4 : gangren pada satu atau dua kaki/kaki depan
Grade 5 : gangren pada seluruh kaki
Untuk stage 1 dan 2 peran pencegahan primer sangat penting
dan semuanya dapat dikerjakan di pelayanan kesehatan primer baik oleh podiatrist
ataupun dokter keluarga. Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan memerlukan perawatan di
tingkat lebih memadai dan memerlukan pelayanan dokter spesialis. Kemudian pada
stage 5 dan 6 sudah merupakan kasus rawat inap dan perawatan intensif.
Pengelolaan
Pengelolaan kaki diabetes dibagi menjadi dua kelompok besar
yatiu pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus dan pencegahan
agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah. Pada pencegahan primer
penyuluhan tentang kaki diabetes merupakan hal yang sangat utama. Pasien harus
selalu diingatkan tentang kemungkinan komplikasi kaki diabetes. Selain itu
harus diingatkan juga tentang cara merawat kaki yang baik. Pasien harus
diberikan penjelasan tentang cara memotong kuku yang baik, penjelasan tetang
senam kaki, dan pembuatan sepatu khusus untuk mengurangi tekanan.
Pada pencegahan skeunder
ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal tersebut adalah
·
Kontrol
metabolik
·
Kontrol
vaskuler
·
Kotrol
luka
·
Kontrol
mikrobiologi
·
Edukasi
Kontrol metabolik
Keadaan umum pasien
harus diperhatikan dan diperbaiki. Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar
selalu dalam kondisi normal. Hal ini untuk memperbaiki barbagai faktor terkait
hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Selain itu status nutrisi
juga harus diperhatikan. Hal ini juga akan membantu kesembuhan luka.
Kontrol vaskuler
Keadan vaskuler yang
buruk tentunya akan memperlabat proses penyembuhan luka pasien. Oleh karena
kondisi vaskuler harus diketahui dan diperbaiki jika mengalami gangguan.
Perbaikan dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk melakukan modifikasi
faktor risiko seperti merokok, hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia.
Selain itu jika perlu dapat dilakukan tindakan revaskularisasi dengan cara
pembedahan.
Kontrol luka
Sejak pertama kali
pasien datang untuk berobat kontrol luka harus diperhatian dengan baik. setelah
kita melihat luka pada kaki pasien dapat dilakukan debriment terlebih dahulu.
Setelah itu luka dapat dibalut sesuai dengan keadaan dan letak luka.
Kontrol mikrobiologi
Data mengenai pola
kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda. Di
RSUPNCM didapatkan bahwa pasien yang datang dari luar umumnya didapatkan
infeksi bakteri yang multipel anaerob dan aerob. Antiobiotik yang digunakan
harus disesuaikan dengan hasil biakan kuman resistensinya.
Referensi:
1. Sudoyo
AW. Setiyohadi B. Alwi I. Simadibrata M. Setiati S. Buku Ajar ilmu Penyakit
Dalam . Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. 2009. p. 1942-46
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih