Blog Dokter Sobri
Farmakokinetik Kortikosteroid
Kortisol
dan analog sintetiknya pada pemberian oral dapat diabsorbsi cukup baik. Untuk
menapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol dan
derivat sintetiknya diberikan dengan cara IV.
Sementara untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan sintetiknya
diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan
absorbsi, mula kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas reseptor
dan ikatan protein. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi
prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid
dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial.
Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek
sistemik antara lain supresi korteks adrenal. Pada keadaan normal, 90% kortisol
terikat pada 2 jenis protein plasma yaitu CBG (Corticosteroid Binding Globulin) dan albumin. Afinitas globulin
tinggi tetapi kapasitas ikatannya rendah. Sebaliknya afinitas albumin rendah
tetapi kapasitasnya tinggi. Maka, pada kondisi normal kortikosteroid berikatan
dengan globulin. Kortisol memiliki afinitas tinggi terhadap globulin sedangkan
aldosteron memiliki afinitas rendah.
Biotransformasi
steroid terjadi di dalam dan di luar hati. Metabolitnya merupakan senyawa
inaktif atau berpotensi rendah. Semua kortikosteroid yang aktif memiliki ikatan
rangkap pada atom C-4,5 dan gugus keton pada C-3. Reduksi ikatan rangkap C-4,5
terjadi di dalam hati dan jaringan ekstrahepatik serta menghasilkan senyawa
inaktif. Perubahan gugus keton menjadi hidroksil hanya terjadi di hati.
Sebagian besar hasil reduksi gugus keton secara enzimatik bergabung dengan asam
sulfat atau asam glukoronat membentuk ester mudah larut dan kemudian
diekskresi. Reaksi ini terutama terjadi di hati dan sebagian kecil di ginjal.
Untuk
aktivitas biologiknya kortikosteroid dengan gugus keton pada C-11 harus
direduksi menjadi senyawa 11 hidroksil, sedangkan reduksi gugus keton pada C-20
hanya memberikan senyawa dengan aktivitas lemah. Kortikosteroid dengan gugus
hidroksil pada atom C-17 akan dioksidasi menjadi 17-ketosteroid yang tidak
memiliki aktivitas kortikosteroid tetapi bersifat androgenik. Adanya sekresi 17-ketosteroid
dalam urin dapat dipakai sebagai ukuran aktivitas hormon kortikosteroid dalam
tubuh.
Setelah
penyuntikan IV steroid radioaktif sebagian besar dalam 72 jam diekskresi dalam
urin, sedangkan di feses dan empedu hampir tidak ada. Paling sedikit sekitar 70%
kortisol yang disekresi di urin mengalami metabolisme di hati. Masa paruh
eliminasi kortisol sekitar 1,5 jam. Adanya ikatan rangkap dan atom C 1-2 atau
subsitusi atom F dapat memperlambat proses metabolisme dan karenanya dapat
memperpanjang masa paruh.
Referensi:
1.
Katzung,
Betram G. Basic and Clinical Pharmacology. 8th ed. USA : McGraw
Hill. 2004.
Suharti K dan Purwantyastuti A.
Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog sintetik, dan Antagonisnya
dalam Farmakologi dan Terapi. Ed.5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal :
499-513.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih