Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Wednesday, 22 May 2019

Nefropati Diabetik

Blog Dokter Sobri

Nefropati Diabetik

Pendahuluan
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 ig/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Di Amerika dan Eropa nefropati diabetik merupakan penyebab utama gagal ginjal terminal. Angka kejadian nefropati diabetik pada diabetes melitus tipe 1 dan 2 sebanding, tapi insidens pada tipe 2 sering lebih besar daripada tipe 1.

Klasifikasi
Tahap
Kondisi Ginjal
AER
LFG
TD
Prognosis
1
Hipertrofi
Hiperfungsi
N
N
Reversibel
2
Kelainan struktur
N
↑/N
Mungkin reversibel
3
Mikroalbuminuria persisten
20-200 mg/men
↑/N
Mungkin reversibel
4
Makroalbuminuria proteinuria
>200 mg/men
Rendah
Hipertensi
Mungkin bisa stabilisasi
5
Uremia
Tinggi/rendah
<10 ml/menit
Hipertensi
Kesintasan 2 tahun+50%
*AER: albumin exretion rate, LFG: Laju filtrasi glomerulus, TD: tekanan darah, N: Normal

Mikroalbuminuria
Mikroalbuminuria didefenisikan sebagai ekskresi albumin lebih dari 30 mg perhari dan dianggap sebagai prediktor penting untuk timbulnya nefropati diabetik. Berikut tabel laju ekskresi albumin urin.
Kondisi
Laju ekskresi albumin urin
Perbandingan albumin urin –kreatinin
24 jam (mg/hari)
Sewaktu (µg/menit)
Normoalbuminuria
<30
<20
<30
Mikroalbuminuria
30-300
20-200
30-300
Makroalbuminuria
>300
>200
>300

Namun, yang perlu diperhatikan adalah ada banyak hal yang dapat menyebabkan mikroalbuminuria di samping diabetes. Contohnya: tekanan darah tinggi, umur lanjut, stress, infeksi sistemik atau saluran kemih, dan lain-lain. Diagnosis dapat ditegakkan jika 2 dari 3 pemeriksaan berturut-turut dalam 3 bulan menunjukkan adanya mikroalbuminuira.

Patofisiologi
Mekanisme terjadi nefropati diabetik disebabkan oleh hiperfiltrasi. Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan peningkatan rangsangan hipertrofi sel, sintesis matriks ekstraseluler, serta produksi TGF-β. Hal ini diperantarai oleh aktivasi protein kinase C dan glikasi advanced glycation end product (AGEs) yang irreversibel. Mekanismenya mirip dengan mekanisme pada komplikasi retinopati diabetik.

Patologi
Nefropati diabetik juga merupakan salah satu komplikasi tersering pada penderita diabetes melitus. Pada kondisi ini ditemukan tiga kelainan penting yaitu: (1) lesi glomerulus, (2) lesi vaskuler ginjal, terutama arterosklerosis, (3) pielonefritis, termasuk papilitis nekrotikans.
Lesi glomerulus dapat berupa penebalan basal kapiler, glomerulosklerosis difus, dan glomerulosklerosis nodular. Glomerulosklerosis difusi terdiri atas peningkatan diufs matriks mesangium disertai proliferasi sel mesangium dan hampir selalu disertai penebalan membran basal. Kelainan ini biasanya muncul 10 tahun setelah pasien mengidap DM. Setelah glomerulosklerosis menjadi semakin jelas pasien dapat memperlihatkan gejala sindrom nefrotik yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, dan edema.
Lesi juga dapat berupa glomerulosklerosis nodular. Lesi ini merupakan lesi glomerulus yang memperlihatkan gambaran khas berupa endapan mirip bola-bola matriks berlapis di dalam inti mesangium lobulus. Nodulus ini sering muncul di bagian perifer glomerulus. Nodulus ini mendorong gelungan kapiler glomerulus semakin ke tepi. Pada tahap yang lebih lanjut semua lobulus dapat terkena dan memperberat penyakit.
Pada lesi vaskular dapat terjadi aterosklerosis dan arteriosklerosis. Mekanisme terjadi aterosklerosis dan arterioslerosis di ginjal sama dengan yang terjadi di bagian tubuh lain. Di ginjal arteriosklerosis dapat terjadi baik pada arteriol aferen maupun eferen. Selain itu dapat juga timbul lesi berupa pielonefritis. Pieolonefritis biasanya berupa perdangan akut atau kronis ginjal yang biasanya berawal di jaringan interstisium, kemudian menyebar untuk mempengaruhi tubulus dan glomerulus. Salah satu pola khusus pielonefritis akut adalah pipilitis nekrotikans. Papilitis nekrotikans merupakan nekrosis akut pada papila ginjal. Gambaran makroskopik pada papilitis nekrotikans adalah nekrosis berwarna abu-abu putih sampai kuning yang berbatas tedas di dua pertiga apeks piramid. Kemudian secara mikroskopik dapat ditemukan adanya nekrosis koagulatif khas disertai infiltrat neutrofilik di sekitarnya.

Tatalaksana
Pada saat diagnosis DM ditegakkan, kemungkianan adanya penurunan fungsi ginjal juga harus diperiksa. Pemantauan yang dianjurkan oleh American Diabetes Association (ADA) adalah pemeriksan terhadap mikroalbuminuria serta penentuan kretinin serum dan klirens kreatinin.
Tes
Evaluasi awal
Follow up
Penentuan mikroalbuminuria
Sesudah pengendalian gula darah awal (dalam 3 bulan diagnosis ditegakkan)
DM tipe 1: tiap tahun setelah 5 tahun
DM tipe 2: tiap tahun setelah diagnosis ditegalkkan
Klirens kreatinin
Saat awal diagnosis ditegakkan
Tiap 1-2 tahun sampai LFG <100 ml/men/1.73m2, kemudian tiap tahun atau lebih sering
Kreatinins serum
Saat awal diagnosis ditegakkan
Tiap tahun atau lebih sering tergantung dari laju penurunan fungsi ginjal

Referensi
1.      Kumar. Abbas. Fausto. Aster. Pathologic Basic of Disease. 8ed. 2010. Philadelphia

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih