Blog Dokter Sobri
Nefropati Diabetik
Pendahuluan
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien
diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam
atau >200 ig/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3
sampai 6 bulan. Di Amerika dan Eropa nefropati diabetik merupakan penyebab
utama gagal ginjal terminal. Angka kejadian nefropati diabetik pada diabetes
melitus tipe 1 dan 2 sebanding, tapi insidens pada tipe 2 sering lebih besar daripada
tipe 1.
Klasifikasi
Tahap
|
Kondisi Ginjal
|
AER
|
LFG
|
TD
|
Prognosis
|
1
|
Hipertrofi
Hiperfungsi
|
N
|
↑
|
N
|
Reversibel
|
2
|
Kelainan struktur
|
N
|
↑
|
↑/N
|
Mungkin reversibel
|
3
|
Mikroalbuminuria
persisten
|
20-200 mg/men
|
↑/N
|
↑
|
Mungkin reversibel
|
4
|
Makroalbuminuria proteinuria
|
>200 mg/men
|
Rendah
|
Hipertensi
|
Mungkin bisa stabilisasi
|
5
|
Uremia
|
Tinggi/rendah
|
<10 ml/menit
|
Hipertensi
|
Kesintasan 2 tahun+50%
|
*AER: albumin exretion rate, LFG:
Laju filtrasi glomerulus, TD: tekanan darah, N: Normal
Mikroalbuminuria
Mikroalbuminuria didefenisikan sebagai ekskresi albumin lebih
dari 30 mg perhari dan dianggap sebagai prediktor penting untuk timbulnya
nefropati diabetik. Berikut tabel laju ekskresi albumin urin.
Kondisi
|
Laju ekskresi albumin urin
|
Perbandingan albumin urin
–kreatinin
|
|
24
jam (mg/hari)
|
Sewaktu
(µg/menit)
|
||
Normoalbuminuria
|
<30
|
<20
|
<30
|
Mikroalbuminuria
|
30-300
|
20-200
|
30-300
|
Makroalbuminuria
|
>300
|
>200
|
>300
|
Namun, yang perlu diperhatikan adalah ada banyak hal yang
dapat menyebabkan mikroalbuminuria di samping diabetes. Contohnya: tekanan
darah tinggi, umur lanjut, stress, infeksi sistemik atau saluran kemih, dan
lain-lain. Diagnosis dapat ditegakkan jika 2 dari 3 pemeriksaan berturut-turut
dalam 3 bulan menunjukkan adanya mikroalbuminuira.
Patofisiologi
Mekanisme terjadi nefropati diabetik disebabkan oleh
hiperfiltrasi. Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan peningkatan rangsangan
hipertrofi sel, sintesis matriks ekstraseluler, serta produksi TGF-β. Hal ini diperantarai oleh aktivasi protein kinase C dan
glikasi advanced glycation end product
(AGEs) yang irreversibel. Mekanismenya mirip dengan mekanisme pada komplikasi
retinopati diabetik.
Patologi
Nefropati diabetik juga merupakan salah satu komplikasi
tersering pada penderita diabetes melitus. Pada kondisi ini ditemukan tiga
kelainan penting yaitu: (1) lesi glomerulus, (2) lesi vaskuler ginjal, terutama
arterosklerosis, (3) pielonefritis, termasuk papilitis nekrotikans.
Lesi glomerulus dapat berupa penebalan basal kapiler,
glomerulosklerosis difus, dan glomerulosklerosis nodular. Glomerulosklerosis
difusi terdiri atas peningkatan diufs matriks mesangium disertai proliferasi
sel mesangium dan hampir selalu disertai penebalan membran basal. Kelainan ini
biasanya muncul 10 tahun setelah pasien mengidap DM. Setelah glomerulosklerosis
menjadi semakin jelas pasien dapat memperlihatkan gejala sindrom nefrotik yang
ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, dan edema.
Lesi juga dapat berupa glomerulosklerosis nodular. Lesi ini
merupakan lesi glomerulus yang memperlihatkan gambaran khas berupa endapan
mirip bola-bola matriks berlapis di dalam inti mesangium lobulus. Nodulus ini
sering muncul di bagian perifer glomerulus. Nodulus ini mendorong gelungan
kapiler glomerulus semakin ke tepi. Pada tahap yang lebih lanjut semua lobulus
dapat terkena dan memperberat penyakit.
Pada lesi vaskular dapat terjadi aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Mekanisme terjadi aterosklerosis dan arterioslerosis di
ginjal sama dengan yang terjadi di bagian tubuh lain. Di ginjal
arteriosklerosis dapat terjadi baik pada arteriol aferen maupun eferen. Selain
itu dapat juga timbul lesi berupa pielonefritis. Pieolonefritis biasanya berupa
perdangan akut atau kronis ginjal yang biasanya berawal di jaringan
interstisium, kemudian menyebar untuk mempengaruhi tubulus dan glomerulus. Salah
satu pola khusus pielonefritis akut adalah pipilitis nekrotikans. Papilitis
nekrotikans merupakan nekrosis akut pada papila ginjal. Gambaran makroskopik
pada papilitis nekrotikans adalah nekrosis berwarna abu-abu putih sampai kuning
yang berbatas tedas di dua pertiga apeks piramid. Kemudian secara mikroskopik
dapat ditemukan adanya nekrosis koagulatif khas disertai infiltrat neutrofilik
di sekitarnya.
Tatalaksana
Pada saat diagnosis DM ditegakkan, kemungkianan adanya
penurunan fungsi ginjal juga harus diperiksa. Pemantauan yang dianjurkan oleh American Diabetes Association (ADA)
adalah pemeriksan terhadap mikroalbuminuria serta penentuan kretinin serum dan
klirens kreatinin.
Tes
|
Evaluasi awal
|
Follow up
|
Penentuan
mikroalbuminuria
|
Sesudah pengendalian
gula darah awal (dalam 3 bulan diagnosis ditegakkan)
|
DM tipe 1: tiap tahun
setelah 5 tahun
DM tipe 2: tiap tahun
setelah diagnosis ditegalkkan
|
Klirens kreatinin
|
Saat awal diagnosis
ditegakkan
|
Tiap 1-2 tahun sampai
LFG <100 ml/men/1.73m2, kemudian tiap tahun atau lebih sering
|
Kreatinins serum
|
Saat awal diagnosis
ditegakkan
|
Tiap tahun atau lebih
sering tergantung dari laju penurunan fungsi ginjal
|
Referensi
1. Kumar.
Abbas. Fausto. Aster. Pathologic Basic of Disease. 8ed. 2010.
Philadelphia
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih