Blog Dokter Sobri
Toksoplasma gondii ringkas
TOKSOPLASMOSIS
Hospes
definitif T. Gondii adalah kucing dan binatang sejenisya(felidae). Hospes
perantaranya adalah manusia, mamalia lainya dan burung. Parasit ini menyebabkan
toksoplasmosis congenital dan toksoplasmosis akuista.
A.
Epidemiologi
Di Indonesia
prevalensi anti T. Gondii yang
positif pada manusia berkisar 2-63%. Sedangkan di Amerika tengah dan El
Salvador prevalensinya 90%. Prevalensi zat anti T. Gondii pada binatang di
Indonesia adalah sebagai berikut L pada kucing 35-73%, padababi 11-36%, pada
kambing 11-61%, pada anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%. Di
dataran tinggi prevalensi lebih rendahm sedangkan di daerah tropic prevalensi
lebih tinggi. Pada umumnya tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
Keadaan
toksoplasmosis di suatu daerah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kebiasaan makan daging kurang matang, adanya kucing sebagai binatang peliharan,
adanya hospes-hospes perantara, adanya sejumlah vektor seperti lipas atau lalat
yang dapat memindahkan ookista dari lapisan dalam ke permukaan tanah.
B.
Morfologi dan daur hidup
T.
Gondii adalah suatu spesies dari coccidian yang mirip dengan Isospora
. Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsing daur aseksual(skizogoni)
dan daur seksual (gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan ookista yang
dikeluarkan bersama tinja. Ookista yang bentuknya lonjong dengan ukuran 12,5
mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4 sporozoit. Bila
ookista ini tertelan mamalia lain atau burung(hospes perantara), maka pada
berbagai jaringan hopes perantara ini dibentuk kelompok-kelompok trofozoit
yngmemeblah secara akfif dan disebut takizoit(tachyzoit=bentuk yang membelah cepat). Kecepatan takizoi T. Gondii membelah berkurang secra
berangsur dan terbentuklah kista yang mengandung bradizoit(bentuk yang membelah
perlahan), masa ini adalah infeksi klinis menahun yang nerupakan infeksi laten.
Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual, tetapi dibentuk stadium
istirahat, yaitu kista jaringan.Bila kucing sebagai hospes definitive makan
hospes perantara yang terinfeksi, maka terbentuk lagi berbagai stadium seksual
di dalam sel epitel usus kecilnya.
Pada manusia, takizoit ditemukan pada infeksi akut dan
dapat memasuki tiap sle yang berinti. Takizoit berkembangbiak di dalam sel
secara endodiegoni. Bila sel penuh dengan takizoit, maka sel menjadi pecah dan
takizoit memasuki sel-sel disekitarnya atau difagosit oleh makrfoag. Kista
jaringan dibentuk bila takizoit yang memeblah telah membentuk dinding.
C.
Patologi dan gejala klinik
Setelah invasi
yang biasanya terjadi di usus, maka parasit memasuki sel atau difagositosis.
Sebagian parasit mati setelah difagositosis, sebagian lain berkembang biak di
dalam sel, menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang sel lain. Dengan adanya
parasit di dalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara hematogen dan
limfogen ke seluruh badan mudah terjadi. Parasitemia berlangsung selama
beberapa minggu.
T. Gondii dapat
menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes, kecuali sel darah merah(tidak
berinti). Kista jaringan dibentuk bila sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan
di berbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup. Lesi pada susunan
saraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan permanen, oleh karena jaringan
ini tidak mempunyai kemampuan berregenerasi. Kelainan pada susunan saraf pusat
berupa nekrosis yang disertai dengan kalsifikasi. Penyumbatan akuaduktus sylvii
oleh karena ependimitis mengakibatkan hidrosefalus. Pada infeksi akut di retina
ditemukan reaksi peradangan lokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang
dapat menyebabkan kerusakan total dan pada proses penyembuhan menjadi parut.
D.
Diagnosis
diagnosis
toksoplasmosis akut dapat dipastikan bila menemukan takizoit dalam biopsi otak
atau sumsum tulang dan cairan serebrospinal. Isolasi parasit dari cairan badan
menunjukan adanya infeksi akut, tetapi isolasi dari jaringan hanya menunjukan
adanya kista dan tidak memastikan adanya infeksi akut. Tes serologi dapat dapat
menunjang diagnosis toksoplasmosis, antara lain : tes warna Sabin Feldman
(“Sabin-Feldman dye test”), tes hemaglutinasi tidak langsung (IHA), tes zat
anti fluoresen tidak langsung(IFA) dan
ELISA untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM.
utnuk menegakan diagnosis toksoplasmosis akuista tidak
cukup hanya sekali menemukan titer zat anti IgG T.
Gondii yang tinggi, karena titer zat anti yang ditemukan dengan tes-tes
tersebut dapat ditemukan bertahun-tahun dlam tubuh seseorang. Diagnosis
toksoplasmosis akut dapat dibuat bila titer IgG meninggi secara bermakna pada
pemeriksaan kedua kali dengan jangka waktu 3 minggu atau lebih. atau bila ada
konversi dari negatif ke positif. diagnosis juga dapat dipastikan bila
ditemukan zat anti IgM, disamping adanya titer tes warna atau tes IFA yang
tinggi.
E.
Pengobatan
Obat-obat yang
dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoit T. Gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya, sehingga obat-obat
ini dapat membrantas infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi
menahun, yang dapat menjadi aktif kembali. Pirimetamin dan sulfonamide bekerja
secara sinergisitik, maka dipakai sebagai kombinasi selama 3 minggu atau
sebulan. Pirimetamin menekan homopoiesis dan dapat menyebabkan trombositopenia
dan leucopenia. Untuk mencegah efek samping ini, dapat ditambahkan asam
folinik. Pirimetamin bersifat teratogenik, maka obat ini tidak dianjurkan untuk
wanita hamil.
Spiramisin adalah antibiotoka makrolid yang tidak dapat
menembus plasenta. Spiramisin diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama
30-45 hari. Obat ini dapat diberikan pada wanita hamil yang mendapat infeksi
primer sebagai profilasis. Klindamisin efektif untuk pengobatan toksoplasmosis,
tetapi dapat menyebabkan colitis ulserativa, maka tidak dianjurkan untuk
pengobatan rutin pada bayi dan wanita hamil. Kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi peradangan pada mata, tetapi tidak dapat diberikan sebagai obat
tunggal. Obat makrolid lain yang efektif terhadap T. Gondii adalah klaritomisin dan azitromisin yang diberikan
bersama pirimetamin pada penderita AIDS dengan ensefalitis toksoplasmik. Obat yang
baru adalah hidroksinaftokuinon (atovaquone) yang bila dikombinasi dengan
sulfadiazine atau obat lain yang aktif terhadap T. Gondii, dapat membunuh kista jaringan pada mencit, tetapi
penelitan pada manusia masih belum. Toksoplasmosis akuista yang asimptomatik
tidak perlu diobati. Penderita imunokompromais(AIDS, keganasan) yang terjangkit
toksoplamsosis akut harus diberi pengobatan.
Referensi
1.Gandahusada
S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. edisi ke-3. Jakarta : Gaya
Baru. 1998. Hal : 144-149
2.Gandahusada
S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. edisi ke-3. Jakarta : Gaya
Baru. 1998. Hal : 153-161
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih