Blog Dokter Sobri
Catatanku: Manifestasi dan diagnosis tuberkulosis
Manifestasi dan klinis tuberkulosis
Gejala dan Tanda awal penyakit
tuberculosis bersifat non-spesifik, antara lain demam sepanjang hari,
berkeringat di malam hari walau tidak beraktivitas, penurunan berat badan,
anorexia, malaise, dan lemas. Pada 90% kasus, disertai gejala batuk pada pagi
hari dengan sputum yang bersifat purulent dan pada 20-30% kasus disertai dengan
hemoptysis. Hemoptysis disebabkan oleh
rupturnya pembuluh darah di sekitar kavitas yang terbentuk dari jaringan yang mengalami nekrosis. Rasa sakit
di dada dapat disebabkan oleh lesi parenkim disekitar pleura. Pada pemeriksaan
darah sering didapatkan adanya leukocytosis, trombositosis, anemia ringan ,
peningkatan laju endap darah dan C-reactive
protein. Namun, tidak semua hal tersebut dapat terjadi pada infeksi TB. Secara
umum manifestasi tuberkulosis dapat dibedakan menjadi manifestasi intrapulmoner dan manifestasi
ekstrapulmoner.
Manifestasi Pulmoner
Tuberkulosis (TB) Paru dapat
dikategorikan menjadi TB primer dan TB post-primer. TB paru primer muncul setelah infeksi
bakteri tuberkulosis pertama kali. Gejala yang muncul dapat berupa asimptomatik
atau demam dengan sakit di dada. Bagian paru yang sering terkena TB primer
adalah bagian paru tengah dan bawah karena pada bagian inilah kebanyakan volume
udara terdistribusi. Setelah infeksi, biasanya akan terbentuk kompleks Ghon pada daerah perifer
disertai dengan pembesaran kelenjar limfe disekitar trakea dan hilus. Pada 2/3
kasus, efusi pleura dapat terjadi karena bakteri melakukan penetrasi kedalam
ronggga pleura. Proses lebih lanjut menyebabkan cairan pleura masuk kedalam
paru-paru dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan.
TB post-primer disebut juga TB reaktivasi atau TB sekunder timbul karena
reaktivasi endogen pada infeksi laten TB. TB sekunder sering terjadi pada
bagian apeks posterior dari lobus paru. Hal ini disebabkan karena tingginya
tekanan oksigen pada pada bagian apeks paru sehingga banyak mycobacterium yang
dapat hidup disana. Manifestasi klinis yang sering disebabkan bervariasi, mulai
dari infiltrat kecil sampai terbentuknya kavitas yang besar. Kavitas akan mengalami terbentuknya jaringan parut
dan mengalami kalsifikasi. Terbentuknya kavitas akan menyebabkan semakin banyak
jaringan paru yang mengalami nekrosis, hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan
terjadinya pneumonia kaseosa.
Manifestasi Extrapulmoner
TB paru dapat bermanifestasi klinis
pada bagian tubuh manusia lainnya. Tempat tersering yang dijangkiti oleh TB
antara lain Kelenjar getah bening,
pleura, saluran urogenital, tulang, dan sendi.
Tuberkulosis Kelenjar Getah
Bening (Tuberculosis Lymphadenitis)
TB kelenjar getah bening adalah
manifestasi extrapulmoner paling sering (>40% dari kasus TB di Amerika) dan
prevalensinya lebih besar pada penderita HIV dan anak-anak. Penyebab terbanyak
TB kelenjar getah bening adalah M. Tuberculosis. Tanda dari manifestasi ini
berupa pembengkakan kelenjar getah bening dengan atau tanpa rasa sakit.
Kelenjar getah bening yang paling sering terkena adalah di cervical posterior
dan supraklavikula. Pembengkakan kelenjar getah bening disebabkan ole abses
yang merupakan campuran antara sel-sel radang dan nekrosis kaseosa. Diagnosis
dapat ditentukan dengan menggunakan biopsi jarum atau eksisi. Pada 70-80%
kasus, didapatkan hasil kultur positif.
Tuberkulosis Pleura
TB pleura mencakup sekitar 20% dari
manifestasi TB extrapulmoner di Amerika Serikat. Manifestasi TB yang berdampak
pada pleura berupa efusi pleura, dan banyak ditemukan pada kasus TB sekunder.
Gejala yang ditimbulkan berupa demam, sakit dada, dan dyspnea. Pada pemeriksaan
fisik biasanya ditemukan perkusi redup pada sela iga, dan hilangnya suara
pernapasan pada auskultasi. Pada pemeriksaan foto polos dapat ditemukan adanya
efusi pleura dan lesi parenkim paru.
Diagnosis dapat ditentukan dengan
Thoracentesis untuk mengetahui komposisi cairan efusi. Dengan demikian, dapat
dianalisa etiologi atau penyebab efusi pleura tersebut. Cairan efusi
dikategorikan sebagai eksudat apabila berdasarkan analisis laboratorium
didapatkan kadar protein > 50%, pH > 7.3, dan Leukocytosis. Neutrofil
banyak ditemukan pada respon inflamasi cepat, sedangkan limfosit lebih banyak
ditemukan pada respon inflamasi lambat. Sekitar 25-75% kultur M.Tuberculosis
didapatkan hasil positif.
Pada infeksi TB kronis dapat terjadi
Tuberculosis empyema. Pada kasus ini, kavitas yang berdekatan dengan pleura
mengalami ruptur dan menyebabkan banyaknya M. Tuberculosis masuk kedalam cairan
pleura. Komplikasi dari hal tersebut adalah terbentuknya fistula antara bronkus
dengan pleura. Sehingga pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya
udara didalam rongga pleura. Pada kasus ini, kultur cairan pleura selalu
positif.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih