Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Friday, 1 November 2019

Faktor risiko PJK

Blog Dokter Sobri

Faktor risiko PJK

1.      Faktor Risiko
A.    Secara umum faktor risiko pada penyakit jantung koroner (PJK) terbagai atas dua yaitu tradisional (konvensional) atau non tradisional (novel).4,5
1.      Tradisional (konvensional)
Faktor risiko tradisonal terbagi atas faktor risiko tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Berikut ini penjalasan dari faktor risiko tersebut.
1)      Tidak dapat dimodifikasi
a.       Usia
Semakin tua usia seseorang maka risiko mengalami kematian akibat penyakit jantung koroner semakin meningkat. Plak arteri telah terbentuk sejak dekade ketujuh kehidupan. Seiring bertambahnya usia maka plak tersebut dapat semakin menumpu, namun demikian sekitar 25 persen yang menimbulkan manifestasi klinis berupa nyeri dada, serangan jantung. Risko tersebut akan meningkat pada laki-laki > 45 tahun pada usia sekitar diatas 45 tahun dan diatas >55 tahun pada perempuan.4,5
b.      Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yaitu penyakit jantung diusia muda menjadi faktor risiko bermakana dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Dalam faktor risiko riwayat keluarga  tersebut adalah penyakit jantung pada ayah atau saudara laki-laki yang terdiagnosis sebelum usia 55 tahun dan pada ibu atau sudara perempuan yang terdiagnosis sebelum usia 65 tahun.4,5
c.       Jenis kelamin
Berdasarkan studi epidemiologi, pada kelompok usia kurang dari 60 tahun, penyakit jantung koroner lebih sering ditemukan pada pria. Serangan jantung pada pria juga terjadi di usia lebih muda daripada wanita. Pada wanita usia post-menopouse, risiko jantung koroner meningkat. Hal ini disebabkan karena pada premenopouse, HDL wanita lebih tinggi daripada pria. Namun, pada post-menopouse, kadar HDL darah turun. Meskipun begitu, jumlah wanita yang mengalami serangan jantung pada usia tua tidak lebih tinggi daripada pria.4,5
d.      Ras
Berdasarkan studi epidemiologi, penyakit jantung koroner memiliki prevalensi tinggi pada ras afrika-amerika. Selain itu ras asia dan asia selatan juga memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskular.4,5
2)      Dapat dimodifikasi
a.       Kadar kolesterol tinggi
Berdasarkan Framingham Heart Study menunjukkan semakin tinggi kolesterol maka semakin tinggi risiko terkena PJK. Pada studi tersebut disebutkan PJK jarang ditemukan pada orang dengan kadar kolesterol dibawah 150 mg/dl. Pada studi terbaru melalui uji klinis didapatkan penurunan kadar kolesterol LDL dapat menurunkan infark myokard dan kebutuhan akan percutaneus coronary intervention. 4,5
b.      Hipertensi
Berdasarkan Framingham Heart Study pada hipertensi (tekanan darah sistolik 130-139 mmHg, tekanan darah diastolik 85-89 mmHg atau keduanya) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 2 kali lipat dibandingkan pada individu sehat. Hipertensi meningkatkan kerja jantung sehingga menyebabkan otot jantung tebal dan kaku. Perubahan morfologi jantung ini juga mempengaruhi fungsi jantung. 4,5
c.       Merokok
Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa seseorang yang merokok sebanyak 20 batang per hari maka akan meningkatkan penyakit jantung sebesar 2-3 kali lipat. Merokok juga meningkatkan risiko rekurensi serangan jantung. Nikotin dan karbon monoksida pada rokok dapat menyebabkan deregulasi fungsi otonom jantung. Proses tersebut meliputi aktivasi saraf simpatis, meningkatkan frekuensi denyut jantung, menyebabkan vasokonstriksi perifer dan koroner, meningkatkan beban miokard, menstimulasi adrenal, dan melepaskan katekolamin neuronal. Selain itu, nikotin juga berhubungan dengan resistensi insulin sehingga meningkatkan serum lipid, dan inflamasi intravaskular, sehingga menyebabkan atherosklerosis.4,5
d.      Diabetes melitus
Diabetes mellitus meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik 2x-3x lipat. Kondisi hiperglikemia menyebabkan banyak perubahan biokimia seperti peningkatan reduksi NAD+ menjadi NADH, peningkatan produksi UDP N-acetyl glucosamine, dan peningkatan glikosilasi protein sehingga menyebabkan aterosklerosis diabetik.
Reaksi nonenzimatik antara glukosa dan protein dinding arteri menghasilkan AGE (advanced glycation end products) sehingga dapat mempercepat aterosklerosis.
Hiperglikemia meningkatkan pembentukan ROS (reactive oxygen species) sehingga menghambat produksi nitrit oksida endotel, yang poten dalam vasodilator dan mengatur aktivasi platelet. ROS juga mencegah migrasi sel otot polos ke plak intima sehingga mencegah stabilisasi plak koroner dan menyebabkan ruptur. 4,5
e.       Overweight/obesitas
Secara tidak langsung overweight dan obesitas berhubungan dengan intoleransi glukosa, resistensi insulin, hipertensi, inaktivitas fisik, dan dislipidemia. Pada suatu penelitian yang melibatkan 50.000 pasien dilaporkan bahwa pasien obesitas (BMI > 40) didapatkan terkena STEMI pada usia muda. Pada individu obesitas sentral (asia selatan laki-laki > 90 cm, perempuan > 80) usia lanjut dapat meningkatkan mortalitas akibat PJK.4,5
f.        Inaktvitas
Aktivitas fisik sedang-berat rutin membantu menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah aktivitas fisik dapat membantu mengontrol kadar kolesterol, diabetes, obesitas, dan dapat membantu menurunkan tekanan darah. 4,5
g.      Alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan risiko kardiomiopati dan stroke, kanker, dan penyakit lainnya. Alkohol menyebabkan peningkatan trigliserida dan dapat menyebabkan irama jantung ireguler. 4,5
h.      Stress
Kondisi stress berubungan kuat dengan PJK. Stress menyababkan stimulasi adrenergik berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen, dapat menyebabkan vasokonstriksi dan berhubungan dengan disfungsi endotel dan platelet. 4,5
i.        Sindrom metabolik
Sindrom metabolik dikarakteristikkan dengan dengan kumpulan gejala yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2. Berdasarkan American Heart Association/National Heart, Lung, and Blood Institute (AHA/NHLBI) Cholesterol Education Program (CEP), seseorang dikatakan menderita sindrom metabolik apabila ditemukan 3 dari 5 kondisi medis tersebut: 4,5
·         Lingkar perut lebih dari 90 cm pada laki-laki, lebih dari 80 pada perempuan pada populasi asia selatan.
·         Peningkatan trigliserid diatas 150 mg/dl atau sedang minum obat penurun trigliserid.
·         Kadar HDL (high-density lipoprotein) yang rendah yaitu dibawah 40 mg/dl pada laki-laki dan dibawah 50 mg/dl pada perempuan.
·         Peningkatan tekanan darah yaitu tekanan darah sistolik diatas 130 mmHg, diastolik diatas 85 mmHg atau sedang minum obat penurun tekanan darah.
·         Peningkatan gula darah puasa yaitu diatas 100 mg/dl atau sedang minum obat penurun gula darah.        
2.      Non tradisional (novel)
a.       C-reactive protein (CRP)
CRP merupakan protein dalam darah yang mendemonstrasikan terdapatnya proses inflamasi dimana response tubuh pada cidera atau infeksi. Peningkatan CRP mengindikasikan terdapat inflamasi. Proses inflamasi berkontribusi  pertumbuhan plak arteri. Pada suatu penelitian dialporkan peningkatan CRP berhubungan dengan perkembangan PJK dan serangan jantung. 4
b.      Lipoprotein (a)
Peningkatan lipoprotein (a) merupakan faktor risiko independen terjadinya PJK prematur dan secara bermakna merupakan faktor risiko aterotrombosis premtaur. 4
c.       Homosistein
Homosistein merupakan produk hasil pemecahan protein. Pada populasi umum homosistein ditemukan sedikit meningkat karena asupan asam folat kurang. Peningkatan homosistein ditemukan pada pasien dengan risiko sakit jantung. Namun demikian karena agen penurun homosistein yang efektif belum ada selain itu belum ada studi tidak terdapat manfaat menurunkan kadar homosistein.

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih