Blog Dokter Sobri
Faktor risiko PJK
1.
Faktor Risiko
A. Secara umum faktor
risiko pada penyakit jantung koroner (PJK) terbagai atas dua yaitu tradisional
(konvensional) atau non tradisional (novel).4,5
1. Tradisional (konvensional)
Faktor risiko tradisonal terbagi atas faktor risiko
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Berikut ini penjalasan dari
faktor risiko tersebut.
1) Tidak dapat
dimodifikasi
a. Usia
Semakin tua usia seseorang maka risiko mengalami
kematian akibat penyakit jantung koroner semakin meningkat. Plak arteri telah
terbentuk sejak dekade ketujuh kehidupan. Seiring bertambahnya usia maka plak
tersebut dapat semakin menumpu, namun demikian sekitar 25 persen yang
menimbulkan manifestasi klinis berupa nyeri dada, serangan jantung. Risko
tersebut akan meningkat pada laki-laki >
45 tahun pada usia sekitar diatas 45 tahun dan diatas >55 tahun pada perempuan.4,5
b. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yaitu penyakit jantung diusia muda
menjadi faktor risiko bermakana dalam perkembangan penyakit kardiovaskular.
Dalam faktor risiko riwayat keluarga
tersebut adalah penyakit jantung pada ayah atau saudara laki-laki yang terdiagnosis sebelum usia 55 tahun
dan pada ibu atau sudara perempuan yang
terdiagnosis sebelum usia 65 tahun.4,5
c. Jenis kelamin
Berdasarkan studi epidemiologi, pada kelompok usia kurang dari 60 tahun, penyakit jantung koroner lebih sering
ditemukan pada pria. Serangan jantung
pada pria juga terjadi di usia lebih muda daripada wanita. Pada wanita usia post-menopouse, risiko
jantung koroner meningkat. Hal ini disebabkan karena pada premenopouse, HDL wanita lebih tinggi daripada pria. Namun,
pada post-menopouse, kadar HDL darah turun. Meskipun begitu, jumlah wanita yang
mengalami serangan jantung pada usia tua tidak lebih tinggi daripada pria.4,5
d. Ras
Berdasarkan studi epidemiologi, penyakit jantung
koroner memiliki prevalensi tinggi pada ras afrika-amerika. Selain itu ras asia
dan asia selatan juga memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskular.4,5
2) Dapat dimodifikasi
a. Kadar kolesterol
tinggi
Berdasarkan Framingham
Heart Study menunjukkan semakin tinggi kolesterol maka semakin tinggi
risiko terkena PJK. Pada studi tersebut disebutkan PJK jarang ditemukan pada
orang dengan kadar kolesterol dibawah 150 mg/dl. Pada studi terbaru melalui uji
klinis didapatkan penurunan kadar kolesterol LDL dapat menurunkan infark
myokard dan kebutuhan akan percutaneus
coronary intervention. 4,5
b. Hipertensi
Berdasarkan Framingham
Heart Study pada hipertensi (tekanan darah sistolik 130-139 mmHg, tekanan darah diastolik 85-89 mmHg atau
keduanya) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 2 kali lipat dibandingkan pada individu
sehat. Hipertensi meningkatkan kerja jantung sehingga menyebabkan otot jantung
tebal dan kaku. Perubahan morfologi jantung ini juga mempengaruhi fungsi
jantung. 4,5
c. Merokok
Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa seseorang yang
merokok sebanyak 20 batang per hari
maka akan meningkatkan penyakit jantung sebesar 2-3 kali lipat. Merokok juga meningkatkan risiko rekurensi serangan
jantung. Nikotin dan karbon monoksida
pada rokok dapat menyebabkan deregulasi
fungsi otonom jantung. Proses tersebut meliputi aktivasi saraf simpatis, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
menyebabkan vasokonstriksi perifer dan koroner, meningkatkan beban miokard,
menstimulasi adrenal, dan melepaskan
katekolamin neuronal. Selain itu, nikotin
juga berhubungan dengan resistensi
insulin sehingga meningkatkan serum lipid, dan inflamasi intravaskular, sehingga menyebabkan atherosklerosis.4,5
d. Diabetes melitus
Diabetes mellitus meningkatkan risiko penyakit jantung
iskemik 2x-3x lipat. Kondisi hiperglikemia menyebabkan banyak perubahan
biokimia seperti peningkatan reduksi
NAD+ menjadi NADH, peningkatan produksi
UDP N-acetyl glucosamine, dan peningkatan
glikosilasi protein sehingga menyebabkan
aterosklerosis diabetik.
Reaksi
nonenzimatik antara glukosa dan protein dinding arteri menghasilkan AGE (advanced glycation end products) sehingga dapat mempercepat aterosklerosis.
Hiperglikemia meningkatkan
pembentukan ROS (reactive oxygen species)
sehingga menghambat produksi nitrit oksida endotel, yang poten dalam
vasodilator dan mengatur aktivasi platelet. ROS juga mencegah migrasi sel otot polos ke plak intima sehingga mencegah
stabilisasi plak koroner dan menyebabkan ruptur. 4,5
e. Overweight/obesitas
Secara tidak langsung overweight dan obesitas berhubungan
dengan intoleransi glukosa, resistensi insulin, hipertensi, inaktivitas fisik,
dan dislipidemia. Pada suatu penelitian yang melibatkan 50.000 pasien
dilaporkan bahwa pasien obesitas (BMI > 40) didapatkan terkena STEMI pada
usia muda. Pada individu obesitas sentral (asia selatan laki-laki > 90 cm,
perempuan > 80) usia lanjut dapat meningkatkan mortalitas akibat PJK.4,5
f.
Inaktvitas
Aktivitas fisik sedang-berat rutin membantu menurunkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah aktivitas fisik dapat membantu
mengontrol kadar kolesterol, diabetes, obesitas, dan dapat membantu menurunkan
tekanan darah. 4,5
g. Alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah,
meningkatkan risiko kardiomiopati dan stroke, kanker, dan penyakit lainnya.
Alkohol menyebabkan peningkatan trigliserida dan dapat menyebabkan irama
jantung ireguler. 4,5
h. Stress
Kondisi stress berubungan kuat dengan PJK. Stress
menyababkan stimulasi adrenergik berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen,
dapat menyebabkan vasokonstriksi dan berhubungan dengan disfungsi endotel dan
platelet. 4,5
i.
Sindrom metabolik
Sindrom metabolik dikarakteristikkan dengan dengan
kumpulan gejala yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes
tipe 2. Berdasarkan American
Heart Association/National Heart, Lung, and Blood Institute (AHA/NHLBI)
Cholesterol Education Program (CEP), seseorang dikatakan
menderita sindrom metabolik apabila ditemukan
3 dari 5 kondisi medis tersebut: 4,5
·
Lingkar perut lebih dari 90 cm
pada laki-laki, lebih dari 80 pada perempuan pada populasi asia selatan.
·
Peningkatan trigliserid
diatas 150 mg/dl atau sedang minum obat penurun trigliserid.
·
Kadar HDL (high-density lipoprotein) yang rendah
yaitu dibawah 40 mg/dl pada laki-laki dan dibawah 50 mg/dl pada perempuan.
·
Peningkatan tekanan
darah yaitu tekanan darah sistolik diatas 130 mmHg, diastolik diatas 85
mmHg atau sedang minum obat penurun tekanan darah.
·
Peningkatan gula
darah puasa yaitu diatas 100 mg/dl atau sedang minum obat penurun gula
darah.
2. Non tradisional
(novel)
a. C-reactive protein
(CRP)
CRP merupakan protein dalam darah yang
mendemonstrasikan terdapatnya proses inflamasi dimana response tubuh pada
cidera atau infeksi. Peningkatan CRP mengindikasikan terdapat inflamasi. Proses
inflamasi berkontribusi pertumbuhan plak
arteri. Pada suatu penelitian dialporkan peningkatan CRP berhubungan dengan
perkembangan PJK dan serangan jantung. 4
b. Lipoprotein (a)
Peningkatan lipoprotein (a) merupakan faktor risiko
independen terjadinya PJK prematur dan secara bermakna merupakan faktor risiko
aterotrombosis premtaur. 4
c. Homosistein
Homosistein merupakan produk hasil pemecahan
protein. Pada populasi umum homosistein ditemukan sedikit meningkat karena
asupan asam folat kurang. Peningkatan homosistein ditemukan pada pasien dengan
risiko sakit jantung. Namun demikian karena agen penurun homosistein yang
efektif belum ada selain itu belum ada studi tidak terdapat manfaat menurunkan
kadar homosistein.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih