Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Sunday, 3 November 2019

Komponen Inti Rehabilitasi kardiovaskular

Blog Dokter Sobri

Komponen Inti Rehabilitasi Kardiovaskular

Komponen inti rehabilitasi kardiovaskular:6
1.      Perubahan perilaku kesehatan dan edukasi6
Perubahan perilaku kesehatan merupakan kunci utama dalam rehabilitasi kardiovaskular. Tenaga kesehatan berperan dalam memotivasi dan membimbing pasien dalam mencapai perilaku hidup sehat yang baik dan benar, serta memberikan pemahaman kepada pasien mengenai penyakitnya.6
Pemberian edukasi pada pasien agar percaya diri dan memiliki kontrol diri yang baik.
Bentuk edukasi yang disarankan adalah dalam bentuk diskusi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor risiko yang dapat dikurangi.6
Penyampaian edukasi dengan teknik yang bervariasi agar pasien mampu mengerti mengenai kondisinya dan cara tatalaksananya. Informasi disampaikan dengan bahasa yang sedeharna dan desain yang jelas. Komponen edukasi pada rehabilitasi kardiovaskular sebaiknya memampukan pasien untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik. Topik edukasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:6
·         Patofisiologi dan gejala
·         Aktivitas fisik, pola makan sehat dan manajemen berat badan
·         Berhenti merokok dan pencegahan untuk merokok kembali
·         Manajemen diri dan perlikau terhadap faktor risiko berupa tekanan darah, lemak dan gula darah
·         Manajemen medis dan farmakologis pada tekanan darah, lemak dan gula darah
·         Manajemen psikologis dan emosional diri
·         Dukungan sosial dan faktor kontekstual lainnya
·         Aktivitas sehari-hari
·         Faktor pekerjaan
·         Mengkaji perilaku seksual dan penanganan masalah disfungsi seksual
·         Pembedahan dan jenis intervensi lainnya
·         Resusitasi kardiopulmunonal
·         Informasi tambahan lainnya yang dibutuhkan pasien
2.      Manajemen faktor risiko gaya hidup6
Kesehatan kardiovaskular yang baik berkaitan dengan aktivitas dan latihan fisik disertai dengan diet sehat dan menghindari obesitas dan pajanan segala bentuk rokok. Berikut manajemen faktor risiko yang dapat dilakukan:6
a.       Aktivitas fisik dan olahraga6
Tenaga kesehatan yang mengerjakan adalah yang kompeten melakukan penilaian baseline dari aktivitas fisik pasien untuk menentukan pengaturan latihan fisik dan mengatur tujuan latihan. Aktivitas mengikuti standar dan panduan aktivitas fisik. Stratifikasi risiko pada pasien berdasarkan penampilan klinis dan baseline latihan dapat digunakan untuk menentukan resep latihan, aktivitas sehari-hari, penentuan tingkat latihan dan penentukan tempat latihan. Rencana aktivitas dan latihan fisik harus memperhatikan komorbid dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan fisik dan psikososial.
b.      Diet sehat dan komposisi tubuh6
Semua pasien harus dilakukan penilaian mengenai pola makan, mengukir berat badan, BMI, dan lingkar pinggang. Fokusnya adalah menyediakan pilihan diet dalam mengurangi risiko kardiovaskular dan memperbaiki komposisi tubuh. Miskonsepsi mengenai nutrisi, diet dan berat pada pasien harus diperbaiki. Edukasi diet juga memperhatikan kebudayaan, kebutuhan dan kemampuan pasien dalam mencapainya. Pasien dengan komorbid sebaiknya dinilai oleh ahli gizi. Manajemen berat badan pada pasien meliputi peningkatan berat badan, penurunan berat badan dan cara mempertahankan berat badan.
c.       Berhenti merokok6
Kebiasaan merokok pasien dan pajanan terhadap asap rokok ditanyakan pada setiap pasien. Pada pasien yang masih merokok, frekuensi dan kuantitas harus diketahui. Selain itu, motivasi untuk berhenti dan ketergantungan nikotin harus dikaji bersamaan dengan penilaian komoorbid psikologis seperti depresi dan perokok lainnya di dalam rumah. Pada penilaian awal, program berhenti merokok pada pasien mengajukan pemberian obat dan follow-up konseling. Preferensi pasien merupakan hal yang diprioritaskan untuk membantu pasien dalam berhenti merokok. Pencegahan agar pasien tidak merokok kembali adalah hal yang penting dan memungkinkan untuk menggunakan terapi non farmakologis ataupun farmakologs. Risiko untuk merokok kembali tinggi pada pasien yang tinggal sendiri, dan memiliki lingkungan sosial yang merokok. Untuk itu, diperlukan keterlibatan keluarga ataupun lingkungan.
3.      Kesehatan psikososial6
Setiap pasien harus diases secara komprehensif dan holistik. Perlu dilakukan skrining
dari segi psikologis, psikososial, dan kesehatan seksual yang dapat memperburuk
kondisi kesehatan. Penilaian yang dilakukan pada pasien meliputi:
·         Distress psikologis seperti kecemasan, depresi
·         Kualitas hidup
·         Stressor psikologis
·         Persepsi penyakit dan kempauan diri dalam perubahan perilaku hidup sehat
·         Keadekuatan dukungan sosial
·         Alkohol dan penyalahgunaan obat 
Edukasi yang diberikan diharapkan dapat membantu meningkatkan kewaspadaan pasien. 
4.      Manajemen risiko medis6
Hal yang perlu dinilai pada pasien adalah:
·         Pengukuran berat badan, lipid, glukosa, laju dan ritme jantung
·         Obat yang sedang dikonsumsi
·         Keyakinan pasien mengenai pengobatan yang berkaitan dengan regimen pengobatan
·         Diskusi mengenai aktivitas seksual
Selama proses rehabilitasi, tekanan darah dan gula darah harus dimonitor secara
teratur. Terapi kardioprotektif disesuaikan dengan kebutuhan pasien
5.      Strategi jangka panjang6
·         Tanggung jawab pasien
Setelah program rehabilitasi berakhir, diharapkan pasien dapat memiliki
kemampuan biopsikososial diri yang baik dan dipersiapkan untuk mandiri. Pemberi layanan dan keluarga berkontribusi dalam membantu dan mendukung pasien dalam mencapai tujuan mereka. Pasien dan keluarga sebaiknya didorong untuk mengikuti kelompok kesehatan jantung, kelompok olahraga pada komunitas, layanan diet dan manajemen berat badan dalam komunitas, dan layanan berhenti merokok.
·         Tanggung jawab layanan
Pasien didukung dalam merencanakan dan mengimplementasikan strategi manajemen diri dalam menyelesaikan program yang sedang dijalankan. Ketika program selesai dikerjakan, perlu dilakukan penilaian formal dari faktor risiko, status kesehatan psikologis dan psikososial, dan penggunaan terapi kardioprotektif. Komunikasi dan kolaborasi antara layanan primer dan sekunder diperlukan agar tujuan tercapai
6.      Audit dan evaluasi6
Setiap program rehabilitasi kardiovaskular perlu diaudit dan dievaluasi secara rutin.
Data yang perlu diaudit:
·         Monitor perkembangan pasien
·         Monitor sumber pelayanan rehabilitasi kardiovaskular
·         Evaluasi program berdasarkan tampilan klinis pasien
·         Menjembatani standar lokal, regional, dan nasional
·         Berkontribusi terhadap audit nasional

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih