Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Tuesday 12 November 2019

Definisi dan Klasifikasi ARDS

Blog Dokter Sobri

Definisi dan Klasifikasi ARDS


Edema paru merupakan akumulasi cairan berlebihan pada kompartemen ekstravaskuler paru.1

Secara umum, edema paru dibagi menjadi edema paru kardiogenik dan edema paru nonkardiogenik. Edema paru kardiogenik terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler akibat peningkatan tekanan pada vena pulmoner.2 Sementara itu, edema paru nonkardiogenik terjadi akibat perubahan pada permeabilitas kapiler dan perubahan pada gradien tekanan di dalam kapiler dan pembuluh darah paru sebagai konsekuensi dari jejas patologi langsung maupun tidak langsung.2,3

Edema paru nonkardiogenik merupakan suatu proses penyakit yang menyebabkan perburukan kondisi sistem pernapasan secara cepat sehingga akhirnya terjadi hipoksia akut sekunder. Penyakit tersebut memiliki beberapa etiologi, yang seluruhnya membutuhkan pengenalan dan intervensi yang tepat. Etiologi yang paling sering ditemukan pada edema paru nonkardiogenik adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS).3

Sindrom distres pernapasan akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan sindrom klinis yang mencakup dispneu berat dengan onset yang cepat, hipoksemia, dan infiltrat paru difus yang menyebabkan gagal napas.4 ARDS memiliki awitan yang akut akibat cedera paru difus yang disebabkan oleh proses inflamasi yang mendasarinya seperti sepsis, pneumonia, aspirasi gastrik, transfusi darah, pankreatitis, trauma multisistem, trauma pada dinding dada, atau overdosis obat.3,4

Berdasarkan American-European Consensus Conference (AECC) tahun 1994, definisi ARDS yaitu mencakup beberapa kriteria antara lain hipoksemia akut (PaO2/FiO2 < 200 mmHg), infiltrat bilateral pada foto polos toraks, dan tidak ada bukti terdapatnya edema paru kardiogenik atau hipertensi atrium kiri. Kriteria tersebut telah cukup banyak digunakan untuk menegakkan diagnosis ARDS, namun masih terdapat beberapa kritik dan keterbatasan pada kriteria tersebut.5

Pada tahun 2011, ekspertise membuat kriteria Berlin dimana terdapat perbedaan pada definisi akut, klasifikasi penurunan oksigenasi, nilai minimum positive end expiratory pressure (PEEP), definisi pencitraan yang baru, dan eksklusi edema paru hidrostatik. Kriteria Berlin memiliki validitas prediktif mortalitas yang lebih baik dibandingkan dengan kriteria AECC. Definisi akut pada kriteria Berlin yaitu periode terjadinya paparan faktor risiko dan terjadinya ARDS yaitu 7 hari. Kriteria penegakkan diagnosis melalui pencitraan pada ARDS didefinisikan sebagai infiltrat bilateral pada foto polos dada yang tidak dapat dijelaskan oleh efusi, paru kolaps, atau nodul paru. Selain itu, pada computed tomography scan (CT-scan), dapat ditemukan infiltrat paru

bilateral heterogen yang utamanya berada pada area paru yang bergantung pada gravitasi. Untuk menyingkirkan edema paru hidrostatik atau edema paru kardiogenik, kriteria Berlin tidak lagi menggunakan pulmonary artery wedge pressure yang perlu diukur melalui kateterisasi karena penilaian klinis dianggap cukup untuk mengeksklusi edema paru hidrostatik jika pasien memiliki faktor risiko ARDS. Jika faktor risiko tersebut tidak dapat diidentifikasi, evaluasi lanjut seperti ekokardiografi diperlukan.5

Berdasarkan konsensus Berlin, ARDS diklasifikasikan menjadi 3 kategori berdasarkan derajat hipoksemia. ARDS derajat ringan yaitu apabila perbandingan tekanan parsial oksigen dengan fraksi oksigen yang dihirup yaitu berada di dalam interval 201-300 mmHg. ARDS derajat sedang yaitu jika perbandingan tekanan parsial oksigen dengan fraksi oksigen yang dihirup yaitu berada di dalam interval 100-200 mmHg. Sementara itu, ARDS derajat berat yaitu jika perbandingan tekanan parsial oksigen dengan fraksi oksigen yang dihirup yaitu bernilai kurang dari 100 mmHg. Pada kriteria Berlin, nilai minimum PEEP yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis ARDS yaitu 5 cmH2O. Nilai tersebut dapat menyingkirkan hipoksemia yang disebabkan oleh atelektasis.5 Derajat ringan, sedang, dan berat dari ARDS berasosiasi dengan risiko mortalitas dan durasi penggunaan ventilasi mekanik pada penderita

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih