Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Wednesday, 8 April 2020

Komplikasi Lepra

Blog Dokter Sobri
Hasil gambar untuk lepra
Komplikasi Lepra

Komplikasi
A.  Reaksi Kusta
            Reaksi kusta merupakan interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit kusta kronik. Reaksi kusta diklasifikasikan menjadi reaksi tipe1 (reaksi reversal) dan reaksi tipe 2 (eritema nodosum leprosum/ENL).
            Reaksi ENL timbul pada kusta tipe lepromatosa polar hingga borderline. Hal ini memunjukkan makin tinggi multibasilernya makin besar kemungkinan timbul ENL. Reaksi ENL merupakan respon imunologik humoral, akibat terbentuknya kompleks imun antigen M. leprae dengan antibodi (IgG, IgM) dan komplemen. Gambaran klinis reaksi ENL pada kulit dapat timbul nodus eritema dan nyeri dengan predileksi tempat dilengan dan tungkai. Bila mengenai tempat lain dapat menimbulkan gejala seperti iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis, artritis, orkitis, dan nefritis.4,5
            Reaksi reversal terjadi terutama oleh peningkatan mendadak pada SIS (sistem imun sistemik). Reaksi ini termasuk reaksi tipe lambat. Reaksi umumnya terjadi pada 6 bulan pertama pengobatan. Neuritis akut dapat terjadi dan menyebabkan kerusakan saraf secara mendadak, sehingga memerlukan pengobatan adekuat segera. Manifestasi lain dari reaksi reversal adalah sebagian atau seluruh lesi yang sudah ada menjadi bertambah aktif atau timbul lesi baru dalam waktu yang relative singkat. Lesi hipopigmentasi dapat berubah menjadi eritema, lesi eritema menjadi lesi eritematosa, lesi macula menjadi lesi infiltrate, lesi lama menjadi lebih luas. Satu gejala diatas yang muncul dapat dikatakan terjadi reaksi reversal.4,5
Tabel 10. Perbedaan reaksi tipe 1 dan tipe 24,5
Gejala/tanda
Reaksi tipe 1
Reaksei tipe 2
Tipe kusta
Tipe PB maupun MB
Hanya pada kusta tipe MB
Onset timbul
Biasanya dalam 6 bulan pertama pengobatan
Biasanya setelah mendapatkan pengobatan yang lama (>6 bulan)
Keadaan umum
Umumnya baik, demam ringan (subfebris) atau tanpa demam
Ringan hingga berat disertai kelemahan umum dan demam tinggi
Peradangan dikulit
Bercak kulit lama menjadi meradang, bengkak, mengkilat, hangat. Kadang-kadang pada sebagian lesi. Dapat timbul bercak baru
Timbul nodul kemerahan, lunak, disertai nyeri tekan. Umumnya pada lengan dan tungkai. Nodus dapat pecah dan ulserasi
Neuritis
Sering terjadi berupa nyeri tekan saraf dan/atau gengguan fungsi saraf. Silent neuritis (-)
Dapat terjadi
Radang pada mata
Pada kutsa tipe PB maupun MB
Hanya pada kusta tipe MB
Edema ekstermitas
(+)
(-)
Peradangan pada organ lain
Hampir tidak ada
Terjadi pada mata, KGB, sendi, ginjal, testis, dll

Tabel 11. Faktor risiko terjadinya reaksi kusta5
Reaksi Reversal (tipe 1)
Reaksi ENL (tipe 2)
·         Tipe borderline terutama BL dan BB
·         Reaksi dapat timbul sebelum, selama, dan setelah pengobatan (RFT)
·         Usia tua
·         Lesi dan keterlibatan saraf multiple
·         Lesi pada wajah dan dekat mata, yang berisiko lagofthalmus
·         Infeksi penyerta : hepatitis B atau C
·         Saat puerpurium
·         LL dengan infiltrasi kulit
·         Reaksi timbul tahun pertama MDT
·         Usia muda
·         Obat MDT kecuali klofazimin
·         Indeks bakteri (IB) >4+
·         Dipengaruhi stress fisik dan mental
·         Infeksi penyerta: Streptococcus, virus, parasite intestinal, filarial, malaria
·         Kebanyakan pada trimester-3
·         Lain-lain seperti trauma, operasi, imunisasi protektif, tes mantoux positif kuat
B.  Cacat Kusta
Cacat kusta disebabkan oleh kerusakan saraf tepi. Cacat kusta dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni1:
·         Tahap I, kelainan saraf berupa oenebalan saraf, nyeri, tanpa gangguan fungsi motorik, namun telah terjadi ganguan fungsi sensorik
·         Tahap II, kerusakan saraf berupa paralisis tidak lengkap termasuk pada otot kelopak mata, otot jari tangan, dan otot kaki. Pemulihan kekuatan otot masih dapat terjadi pada stadium ini
·         Tahap III, destruksi saraf. Pada stadium ini, kelumpuhan menetap dan dapat terjadi infeksi progresif disertai destruksi tulang dan gangguan penglihatan
WHO membagi cacat kusta menjadi tiga tingkat kecacatan menurut organ vital dalam kualitas hidup sehari-hari yakni mata, tangan, dan kaki.1
Cacat pada tangan dan kaki
·         Tingkat 0 à tidak terdapat anestesi dan kelainan anatomis
·         Tingkat 1 à terdapat anestesi tanpa kelainan anatomis
·         Tingkat 2 à terdapat kelainan anatomis
Cacat pada mata
·         Tingkat 0 à tidak terdapat kelainan pada mata
·         Tingkat 1 à terdapat kelainan pada mata (visus berkurang)
·         Tingkat 2 à terdapat lagofthalmus dan visus sangat terganggu

C.  Tatalaksana Reaksi Kusta
Prinsip pengobatan reaksi tipe ringan4:
·         Berobat jalan, istirahat dirumah (tirah baring)
·         Pemberian obat-obatan simtopatik (analgesic, antipiretik, obat penenang)
·         MDT tetap diberikan dengan dosis tetap
·         Menghindari/menghilangkan faktor pencetus
            Pada pengobatan reaksi tipe berat, sama dengan reaksi tipe ringan ditambah pemberian obat anti reaksi (prednisone, lampren). Prednisone harus diberikan dalam pengawasan ketat dan dicatat pada formulir pengobatan kusta reaksi berat. Pasien dengan kontraindikasi pemberian prednisone seperti TB, DM, ulkus peptikus, dan infeksi sekunder yang memburuk harus segera dirujuk.  Prednisone memiliki efek samping gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, mudah infeksi, mudah pendarahan, ulkus peptikus, osteoporosis, dan cushing syndrome. Penggunaan yang diberhentikan tiba-tiba dapat menimbulkan rebound phenomenon seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, dan malaise. Apabila dalam pengobatan kondisi pasien membaik maka dosis prednisone dapat diturunkan 1 tingkat, apabila menetap maka dilanjutkan hingga 1 minggu, dan apabila memburuk dinaikkan dosis prednisone 1 tingkat. Lampren dapat diberikan pada reaksi kusta tipe 2 yang berulang (>2 episode) dan diberikan dalam dosis tunggal di pagi hari setelah makan.4
Tabel 12. Skema pemberian prednisone4
2 minggu ke-
Dosis
1
40 mg/hari (8x5 tab)
2
30 mg/hari (6x5 tab)
3
20 mg/hari (4x5 tab)
4
15 mg/hari (3x5 tab)
5
10 mg/hari (2x5 tab)
6
5 mg/hari (1x5 tab)

Tabel 13. Skema pemberian lampren4
300 mg/hari
atau
3x100 mg/hari
selama 2 bulan
200 mg/hari
atau
2x100 mg/hari
selama 2 bulan
100 mg/hari


selama 2 bulan

Indikasi pasien dirujuk ke rumah sakit4:
·         ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis
·         Reaksi tipe I disertai bercak ulserasi atau neuritis
·         Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat (hepatitis, DM, hipertensi, ulkus peptikus)

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih