Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Friday, 26 April 2019

Pendekatan Klinis Batuk

Blog Dokter Sobri


Pendekatan Klinis Batuk

Pada saat seorang pasien datang dengan keluhan batuk, hal yang perlu diketahui adalah onset terjadinya batuk tersebut. Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui etiologi dari batuk tersebut. Batuk disebut kronik apabila telah berlangsung lebih dari 8 minggu. Batuk kronik umumnya disebabkan oleh bronkitis kronik akibat penggunaan rokok yang diikuti dengan adanya postnasal drip, asma, dan gastroesophageal reflux (GER). Batuk akut umumnya disebabkan infeksi virus maupun bakteri di saluran napas atas yang diikuti oleh pneumonia, aspirasi, edema pulmoner, dan emboli pulmoner. Pasien dengan infeksi saluran napas atas akibat virus umumnya jarang datang untuk berobat karena bersifat self-limited dan mudah terobati.
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai pasien yang datang dengan keluhan utama batuk adalah sebagai berikut:
·         Apakah batuk tersebut merupakan batuk akut, subakut, atau kronik?
·         Ketika terjadinya batuk, apakah gejala lain menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan?
·         Apakah batuk terjadi musiman atau adanya wheezing?
·         Apakah batuk disertai dengan gejala postnasal drip atau GER?
          Apakah terdapat faktor risiko ataupun penyakit lain pada pasien tersebut?
·         Apakah pasien sedang dalam penggunaan ACE inhibitor?
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui etiologi batuk yang sistemik seperti gagal jantung ataupun keganasan. Pemeriksaan orofaring yang dapat ditemukan berupa postnasal drip, mukus atau eritema, ataupun tampilan cobblestone pada mukosa. Pada auskulatasi dada dapat ditemukan adanya stridor inspirasi yang menunjukkan penyakit saluran napas atas ataupun ronki atau wheezing ketika ekspirasi yang menandakan penyakit saluran napas bawah. Apabila pada auskultasi ditemukan adanya crackles ketika inspirasi, maka hal tersebut menandakan adanya keterlibatan parenkim paru seperti pneumonia ataupun edema paru.
Setelah pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiografi seperti foto polos dada juga dapat membantu menentukan penyebab dari batuk. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah adanya massa ataupun lessi di dada, konsolidasi di parenkim paru, ataupun penebalan di parenkim ataupun daerah alveolar. Adanya kista yang ditemukan pada radiografi menunjukkan adanya bronkiekstasis dan adanya adenopati hilar bilateral menunjukkan sarcoidosis.
Sebagian besar batuk akan menghasilkan sputum sehingga adanya sputum tidak dapat langsung menyingkirkan diagnosis banding. Karakteristik dari sputum perlu diketahui untuk mencari etiologi dari batuk tersebut. Sputum yang dihasilkan dapat berupa sputum jernih atau mukoid, purulen, berbau busuk, berdarah, ataupun lainnya. Sputum berwarna jernih umumnya disebabkan oleh iritan yang terhirup dan tidak disebabkan oleh infeksi. Sputum purulen disebabkan oleh adanya bronkitis bakteri ataupun pneumonia sehingga membutuhkan antibiotik dalam pengobatannya. Sputum yang berbau busuk umumnya disebabkan oleh infeksi anaerob seperti abses paru ataupun pneumonia nekrositik. Sputum yang beserta darah (hemoptisis) umumnya berasal dari saluran napas bawah. Pada hemoptisis harus dievaluasi jumlah darah yang keluar dalam 24 jam. Pada hemoptisis perlu dibedakan apakah darah berasal dari orofaring ataupun hidung (pseudohemoptisis). Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan gram, basil tahan asam (BTA), dan kultur untuk menentukan etiologi dari batuk tersebut. Pemeriksaan sitologi dari sputum juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan keganasan pada saluran napas.
Pemeriksaan fungsi paru dapat dilakukan untuk melihat kelainan fungsional yang menyebabkan batuk. Pemeriksaan forced expiratory flow rates dilakukan untuk menilai derajat obstruksi pada asma. Pemeriksaan volume paru dan kapasitasnya dapat dilakukan untuk menilai tingkat restriksi akibat penyakit paru interstitial.


Referensi:
Weinberger SE, Lipson DA. Cough and hemoptysis. In: Loscalzo J. Harrison pulmonary and critical care medicine. 17th edition. New York: McGraw-Hill; 2010

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih