Blog Dokter Sobri
Pendekatan Klinis Kanker Tiroid
Benjolan pada leher merupakan hal yang sering ditemukan pada praktik klinik sehari-hari. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik, diagnosis dari benjolan pada leher dapat ditemukan. Perlu diketahui bahwa benjolan pada leher pada orang dewasa selalu dicurigai ganas hingga terbukti sebaliknya. Benjolan pada leher dapat dibedakan dari durasi pembesaran dari benjolan yang bersifat akut, subakut, atau kronik.
Pada umumnya benjolan yang bersifat cepat biasanya simptomatik dimana salah satu yang paling cepat adalah hematom. Oleh karena itu perlu ditanyakan pada pasien apakah terdapat riwayat trauma sebelumnya baik tumpul atau tajam. Hematom yang kecil biasanya dapat diobservasi saja dan akan membaik dengan sendirinya tetapi hematom yang besar membutuhkan intervensi segera dan memerlukan eksplorasi secara bedah. Selanjutnya trauma juga dapat menyebabkan adanya pseudoaneurisma dan fistula arterivena yang ditandai dengan adanya denyutan atau bruit.
Infeksi merupakan salah satu penyebab paling sering dari benjolan pada leher yang akut. Biasanya inflamasi disebabkan karena prosedural gigi, masalah pada kelenjar saliva, virus, dan bakteri. Kelenjar getah bening akibat inflamasi akan terlihat bengkak, nyeri pada penekanan, dan dapat bergerak. Kelenjar ini juga dapat terlihat merah dan hangat. Infeksi saluran napas atas yang disebabkan oleh virus dapat dialami hingga 1-2 minggu dimana kelenjar yang membengkak tersebut dapat kembali mengecil setelah 3-6 minggu. Harus dicurigai bila setelah enam minggu kelenjar tidak mengecil atau malah membesar dan terdapat penurunan berat badan, keringat pada malam hari, dan dan demam. Infeksi juga dapat disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, kelenjar getah bening tersebut biasanya akan terletak di posterior dan bilateral. Ciri-ciri dari kelenjar getah bening tersebut keras dan terfiksasi dan tidak nyeri pada penekanan. Inflamasi dari kelenjar ludah juga dapat menyebabkan benjolan dengan gejala biasanya pada orang tua yang terbatas pergerakannya pada keadaan dehidrasi atau sesudah menjalankan prosedur operasi gigi dan mulut. Pembesaran biasanya akan bengkak dan kemerahan kemudian terdapat rasa nyeri juga. Bila terdapat abses, penekanan secara bimanual dapat menyebabkan pus keluar di rongga mulut.
Massa dengan durasi subacute disadarai oleh pasien dari mingguan hingga bulanan, karena tidak memiliki gejala pasien akan lebih lama menyadarinya. Yang paling sering dari traktus aerodigestivus adalah metastasis dari karsinoma sel skuamosa. Metastasi akan ke arah kelenjar getah bening servikal dengan gejala seperti sariawan yang tidak membaik, bicara yang tidak jelas, sulit menelan, nyeri menelan, gigi yang tanggal atau berbelok, rasa terganggu saat menelan, suara menjadi serak, dan batuk berdarah. Faktor risiko dapat ditanyakan kepada pasien seperti merokok, meminum minuman keras, atau memiliki kebiasaan mengunyah tembakau.
Tumor juga bisa terdapat pada kelenjar ludah dimana 80 persennya adalah jinak dan memiliki karakteristik yang lebih lambat dalam bertumbuh dan mobile. Inflamasi kronik pada kelenjar ludah karena obstruksi batu dapat menyebabkan massa di leher.
Melanoma, kanker serviks, paru-paru, payudara, pankreas, ovarium, dan kanker daerah gastroesofageal dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening pada daerah servikal. Melanoma dapat terdapat pada mukosa hidung, mukosa bibir dan sinus paranasal.
Pada pembesaran pada waktu yang kronik penyakit kongenital dapat dipikirkan menjadi diagnosis. Penyakit ini lambat untuk dikenali atau dirasakan. Yang sering dialami oleh pasien adalah kista duktus thyroglossal, kista celah branchial, dan kista dermoid. Kista duktus thyroglossal terletak di tengah dan bergerak pada saat gerakan menelan. Kista yang terinfeksi inilah yang menyebabkan biasanya pasien datang ke dokter.
Massa pada anterior dari leher juga dapat disebabkan oleh kelenjar thyroid. Penyakit yang diasosiasikan dengan kelenjar thyroid antara lain penyakit graves, tiroiditis hashimoto, dan defisiensi yodium. Dapat juga terjadi nodule dan keganasan pada kelenjar tiroid.
Pekerjaan seperti batuk berulang yang keras dan pekerjaan meniup alat musik dapat menyebabkan hernia dari divertikulum laring yang dapat menyebabkan laringocele. Pembesaran pada leher lateral dapat dipikirkan paraganglioma dari kemoreseptor pada badan karotis, vena jugular, atau nervus vagus. Biasanya massa tidak dapat digerakkan secara vertikal. Gejala yang menyertai dapat berupa kemerahan pada wajah, berdebar-debar, dan hipertensi karena peningkatan katekolamin. Lipoma juga dapat terletak pada leher dimana massanya akan lembut, mudah digerakkan, diskrit, dan subkutan.
American College of Radiology Appropriateness Criteria menyarankan CT scan dengan kontras sebagai alat diagnostik massa pada leher. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi mengenai ukuran, luas, lokasi, dan konten atau konsistensi dari massa tersebut. Informasi berharga lain seperti kelenjar getah bening yang ganas tetapi tidak membesar juga merupakan keuntungan pemeriksaan ini. USG diindikasikan ketika ingin melihat perbedaan dari lesi kistik atau solid, mengukur ukuran kelenjar, dan mendeteksi adanya malformasi dengan aliran tinggi atau aliran rendah. USG juga dapat digunakan untuk melakukan biopsi jarum halus. Kontraindikasi dari FNAP adalah massa yang berdenyut atau pulsatil dan massa yang terlihat berasal dari vaskular.
Referensi
Haynes J, Arnold KR, Aguirre-Oskins C, Chandra S. Evaluation of Neck Masses in Adults. Am Acad Fam Physicians [Internet]. 2015 May 15 [cited 2017 May 24];91(10):698–706. Available from: http://www.aafp.org/afp/2015/0515/p698.html
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih