Blog Dokter Sobri
Manifestasi Klinisi Konjungtivitis Bakteri
Manifestasi klinis dari konjungtivitis bakterialis memiliki perbedaan
dari konjungtivitis jenis lainnya, Pada infeksi bakteri, gatal terasa minimal
dibandingkan konjungtivitis alergi, hiperemis secara menyeluruh, dan keluarnya
air mata dalam jumlah sedang. Keluarnya eksudat jauh lebih banyak hingga membuat
kelopak mata sulit dibuka saat bangunt tidur, tetapi jarang disertai adenopati
preaurikular. Jika dilakukan pemeriksaan pada spesimen dari konjungtiva atau
eksudat, didapatkan bakteri dan polimorfonuklear. Dan, terkadang disertai nyeri
tenggorokan dan demam. Iritasi yang terjadi umumnya bersifat bilateral, dengan
infeksi dimulai dari satu mata, lalu menyebar ke sisi kontralateral melalui
kontak langsung dengan tangan, atau tersebar dari satu orang ke lainnya melalui
benda terinfeksi lainnya. Jadi, manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah
adanya sekret purulen, edema kelopak, injeksi konjungtiva, erosi epitel
permukaan, dan limfadenopati.
Konjungtivitis
bakterialis dapat terbagi berdasarkan waktu, yaitu :
a.
Konjungtivitis bakterial hiperakut
Infeksi ini menghasilkan sekret eksudat purulen dengan kuman penyebab
adalah N gonorrhoeae, N kochii ,atau N meningitides. Konjungtivitis dengan
eksudat dalam jumlah banyak memerlukan pemeriksaan laboratorium segera karena
keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan lapisan kornea, atau
hilangnya mata, atau sepsis, atau meningitis karena persebaran hematogen.
Penyakit ini berkaitan erat dengan okulogenital, pada populasi ang aktif secara
seksual dan neonatus. Gejala dapat muncul dalam 24 jam pertama, berupa eksudat
hijau kekuningan, nyeri dan hiperemis, kemosis konjungtiva, dan adenopati
preaurikula.
b.
Konjungtivitis bakterial akut
c.
Konjungtivitis bakterial subakut
Infeksi ini biasanya disebabkan oleh H. influenza, E coli, hinga Proteus
sp. Khas eksudat yang dihasilkan dari infeksi subakut adalah eksudat jernih
berair.
d.
Konjungtivitis bakterial kronik
Infeksi
ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami obstruksi duktus nasolakrimalis
dan dakrosistitis kronik. Infeksi ini seringkali terjadi unilateral. Pasien
yang berisiko terkena infeksi kronik adalah yang memiliki blefaritis bakteri
kronik atau disfungsi kalenjar meibom. Pasien dengan floppy lid syndrome dan ektropion juga berisiko terkena
konjungtivitis bakteri sekunder. Infeksi ini dapat berlangsung lebih dari 3
minggu dengan manifestasi klinis berupa konjungtiva hiperemis difus, disertai
papil atau folikel, sekret mukopurulen minimal, dengan penebalan konjungtiva.
Eritema pada kelopak mata, telangiktasis, hordoleum, dan ulkus juga dapat
ditemukan pada infeksi ini.
Selain berdasarkan waktu, konjungtivitis pada neonatus juga dapat
terjadi, yaitu infeksi konjungtivitis bakterial hiperakut dan trakoma.
Trakoma merupakan sebuah infeksi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri Klamidia. Penyakit ini dapat dicegah dengan kebersihan dan sanitasi
yang baik. Penularan penyakit ini umumnya dari mata ke mata, dengan sebagian
kasus memiliki vektor lalat. Pasien yang terinfeksi akan mengeluhkan terasa
mengganjal seperti terdapat benda asing dan berair, adanya sekret mukopurulen.
Pada pemeriksaan, didapatkan folikel pada konjungtiva tarsal superior. Dalam
keadaan akut, folikel dapat tidak tampak karena adanya hipertrofi papil yang
difus dan infiltrasi sel radang. Folikel yang membesar dapat menjadi nekrotik,
dan ketika membaik akan meninggalkan sekuele dan pembentukan sikatriks. Sisa
sikatriks dapat ditemukan pada tarsus superior berbentuk linear atau stelata,
yang dikenal dengan garis Arlt, atau depresi limbus akibat nekrosis dan
involusi folikel yang disebut Herbert
pits. Kelainan kornea yang menyertai dapat berupa keratitis epitel,
infiltrate stroma pada bagian sentral dan perifer, dan pannus. Jaringan parut
pada saluran kalenjar air mata dan konjungtiva dapat menyebabkan defisiensi air
mata, hambatan aliran air mata, trikiasis, dan entropion.
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan adanya minimal dua dari
kelainan berupa folikel pada konjungtiva tarsal superior, folikel di limbus
dengan sekuele terkait atau Herbert pits,
sikatriks pada konjungtiva tarsal, dan pannus pada limbus superior.
Pada
orang dewasa, infeksi klamidia dapat terjadi melalui autoinokulasi dari sekret
genital ke mata. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan berupa mata merah dengan
onset subakut, sekret serosa atau mukopurulen, folikel besar di forniks
inferior atau konjungtiva tarsal inferior, keratitis pungtata superfisial, pembesaran
kalenjar getah bening preaurikula dengan nyeri, dan sikatriks konjungtiva pada
keadaan kronik
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih