Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Saturday 18 May 2019

Toksoplasma gondii ringkas

Blog Dokter Sobri

Toksoplasma gondii ringkas

TOKSOPLASMOSIS
            Hospes definitif  T. Gondii adalah kucing dan binatang sejenisya(felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainya dan burung. Parasit ini menyebabkan toksoplasmosis congenital dan toksoplasmosis akuista.
 A. Epidemiologi
            Di Indonesia prevalensi anti T. Gondii yang positif pada manusia berkisar 2-63%. Sedangkan di Amerika tengah dan El Salvador prevalensinya 90%. Prevalensi zat anti T. Gondii  pada binatang di Indonesia adalah sebagai berikut L pada kucing 35-73%, padababi 11-36%, pada kambing 11-61%, pada anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%. Di dataran tinggi prevalensi lebih rendahm sedangkan di daerah tropic prevalensi lebih tinggi. Pada umumnya tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
Keadaan toksoplasmosis di suatu daerah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kebiasaan makan daging kurang matang, adanya kucing sebagai binatang peliharan, adanya hospes-hospes perantara, adanya sejumlah vektor seperti lipas atau lalat yang dapat memindahkan ookista dari lapisan dalam ke permukaan tanah.
B. Morfologi dan daur hidup
            T. Gondii adalah suatu spesies dari coccidian yang mirip dengan Isospora . Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsing daur aseksual(skizogoni) dan daur seksual (gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista yang bentuknya lonjong dengan ukuran 12,5 mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4 sporozoit. Bila ookista ini tertelan mamalia lain atau burung(hospes perantara), maka pada berbagai jaringan hopes perantara ini dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yngmemeblah secara akfif dan disebut takizoit(tachyzoit=bentuk yang membelah cepat). Kecepatan takizoi T. Gondii membelah berkurang secra berangsur dan terbentuklah kista yang mengandung bradizoit(bentuk yang membelah perlahan), masa ini adalah infeksi klinis menahun yang nerupakan infeksi laten. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual, tetapi dibentuk stadium istirahat, yaitu kista jaringan.Bila kucing sebagai hospes definitive makan hospes perantara yang terinfeksi, maka terbentuk lagi berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus kecilnya. 
            Pada manusia, takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap sle yang berinti. Takizoit berkembangbiak di dalam sel secara endodiegoni. Bila sel penuh dengan takizoit, maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel-sel disekitarnya atau difagosit oleh makrfoag. Kista jaringan dibentuk bila takizoit yang memeblah telah membentuk dinding.
C. Patologi dan gejala klinik
            Setelah invasi yang biasanya terjadi di usus, maka parasit memasuki sel atau difagositosis. Sebagian parasit mati setelah difagositosis, sebagian lain berkembang biak di dalam sel, menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang sel lain. Dengan adanya parasit di dalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh badan mudah terjadi. Parasitemia berlangsung selama beberapa minggu.
            T. Gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes, kecuali sel darah merah(tidak berinti). Kista jaringan dibentuk bila sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan di berbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup. Lesi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan permanen, oleh karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan berregenerasi. Kelainan pada susunan saraf pusat berupa nekrosis yang disertai dengan kalsifikasi. Penyumbatan akuaduktus sylvii oleh karena ependimitis mengakibatkan hidrosefalus. Pada infeksi akut di retina ditemukan reaksi peradangan lokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan total dan pada proses penyembuhan menjadi parut.
D. Diagnosis
            diagnosis toksoplasmosis akut dapat dipastikan bila menemukan takizoit dalam biopsi otak atau sumsum tulang dan cairan serebrospinal. Isolasi parasit dari cairan badan menunjukan adanya infeksi akut, tetapi isolasi dari jaringan hanya menunjukan adanya kista dan tidak memastikan adanya infeksi akut. Tes serologi dapat dapat menunjang diagnosis toksoplasmosis, antara lain : tes warna Sabin Feldman (“Sabin-Feldman dye test”), tes hemaglutinasi tidak langsung (IHA), tes zat anti fluoresen tidak langsung(IFA)  dan ELISA untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM.
            utnuk menegakan diagnosis toksoplasmosis akuista tidak cukup hanya sekali menemukan titer zat anti IgG  T. Gondii yang tinggi, karena titer zat anti yang ditemukan dengan tes-tes tersebut dapat ditemukan bertahun-tahun dlam tubuh seseorang. Diagnosis toksoplasmosis akut dapat dibuat bila titer IgG meninggi secara bermakna pada pemeriksaan kedua kali dengan jangka waktu 3 minggu atau lebih. atau bila ada konversi dari negatif ke positif. diagnosis juga dapat dipastikan bila ditemukan zat anti IgM, disamping adanya titer tes warna atau tes IFA yang tinggi.
E. Pengobatan
            Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoit T. Gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya, sehingga obat-obat ini dapat membrantas infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi menahun, yang dapat menjadi aktif kembali. Pirimetamin dan sulfonamide bekerja secara sinergisitik, maka dipakai sebagai kombinasi selama 3 minggu atau sebulan. Pirimetamin menekan homopoiesis dan dapat menyebabkan trombositopenia dan leucopenia. Untuk mencegah efek samping ini, dapat ditambahkan asam folinik. Pirimetamin bersifat teratogenik, maka obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
            Spiramisin adalah antibiotoka makrolid yang tidak dapat menembus plasenta. Spiramisin diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama 30-45 hari. Obat ini dapat diberikan pada wanita hamil yang mendapat infeksi primer sebagai profilasis. Klindamisin efektif untuk pengobatan toksoplasmosis, tetapi dapat menyebabkan colitis ulserativa, maka tidak dianjurkan untuk pengobatan rutin pada bayi dan wanita hamil. Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan pada mata, tetapi tidak dapat diberikan sebagai obat tunggal. Obat makrolid lain yang efektif terhadap T. Gondii adalah klaritomisin dan azitromisin yang diberikan bersama pirimetamin pada penderita AIDS dengan ensefalitis toksoplasmik. Obat yang baru adalah hidroksinaftokuinon (atovaquone) yang bila dikombinasi dengan sulfadiazine atau obat lain yang aktif terhadap T. Gondii, dapat membunuh kista jaringan pada mencit, tetapi penelitan pada manusia masih belum. Toksoplasmosis akuista yang asimptomatik tidak perlu diobati. Penderita imunokompromais(AIDS, keganasan) yang terjangkit toksoplamsosis akut harus diberi pengobatan.

Referensi
1.Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. edisi ke-3. Jakarta : Gaya Baru. 1998. Hal : 144-149
2.Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. edisi ke-3. Jakarta : Gaya Baru. 1998. Hal : 153-161

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih