Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Tuesday 7 May 2019

Farmakokinetik kortikosteroid

Blog Dokter Sobri

Farmakokinetik Kortikosteroid

Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral dapat diabsorbsi cukup baik. Untuk menapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol dan derivat sintetiknya diberikan dengan cara IV.  Sementara untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan sintetiknya diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorbsi, mula kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas reseptor dan ikatan protein. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistemik antara lain supresi korteks adrenal. Pada keadaan normal, 90% kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma yaitu CBG (Corticosteroid Binding Globulin) dan albumin. Afinitas globulin tinggi tetapi kapasitas ikatannya rendah. Sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kapasitasnya tinggi. Maka, pada kondisi normal kortikosteroid berikatan dengan globulin. Kortisol memiliki afinitas tinggi terhadap globulin sedangkan aldosteron memiliki afinitas rendah.
Biotransformasi steroid terjadi di dalam dan di luar hati. Metabolitnya merupakan senyawa inaktif atau berpotensi rendah. Semua kortikosteroid yang aktif memiliki ikatan rangkap pada atom C-4,5 dan gugus keton pada C-3. Reduksi ikatan rangkap C-4,5 terjadi di dalam hati dan jaringan ekstrahepatik serta menghasilkan senyawa inaktif. Perubahan gugus keton menjadi hidroksil hanya terjadi di hati. Sebagian besar hasil reduksi gugus keton secara enzimatik bergabung dengan asam sulfat atau asam glukoronat membentuk ester mudah larut dan kemudian diekskresi. Reaksi ini terutama terjadi di hati dan sebagian kecil di ginjal.
Untuk aktivitas biologiknya kortikosteroid dengan gugus keton pada C-11 harus direduksi menjadi senyawa 11 hidroksil, sedangkan reduksi gugus keton pada C-20 hanya memberikan senyawa dengan aktivitas lemah. Kortikosteroid dengan gugus hidroksil pada atom C-17 akan dioksidasi menjadi 17-ketosteroid yang tidak memiliki aktivitas kortikosteroid tetapi bersifat androgenik. Adanya sekresi 17-ketosteroid dalam urin dapat dipakai sebagai ukuran aktivitas hormon kortikosteroid dalam tubuh.
Setelah penyuntikan IV steroid radioaktif sebagian besar dalam 72 jam diekskresi dalam urin, sedangkan di feses dan empedu hampir tidak ada. Paling sedikit sekitar 70% kortisol yang disekresi di urin mengalami metabolisme di hati. Masa paruh eliminasi kortisol sekitar 1,5 jam. Adanya ikatan rangkap dan atom C 1-2 atau subsitusi atom F dapat memperlambat proses metabolisme dan karenanya dapat memperpanjang masa paruh.

Referensi:
1.        Katzung, Betram G. Basic and Clinical Pharmacology. 8th ed. USA : McGraw Hill. 2004.
Suharti K dan Purwantyastuti A. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog sintetik, dan Antagonisnya dalam Farmakologi dan Terapi. Ed.5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal : 499-513.

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih