Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Monday 20 May 2019

Catatanku: Manifestasi dan diagnosis tuberkulosis

Blog Dokter Sobri

Catatanku: Manifestasi dan diagnosis tuberkulosis


Manifestasi dan klinis tuberkulosis
Gejala dan Tanda awal penyakit tuberculosis bersifat non-spesifik, antara lain demam sepanjang hari, berkeringat di malam hari walau tidak beraktivitas, penurunan berat badan, anorexia, malaise, dan lemas. Pada 90% kasus, disertai gejala batuk pada pagi hari dengan sputum yang bersifat purulent dan pada 20-30% kasus disertai dengan hemoptysis. Hemoptysis disebabkan oleh  rupturnya pembuluh darah di sekitar kavitas yang terbentuk  dari jaringan yang mengalami nekrosis. Rasa sakit di dada dapat disebabkan oleh lesi parenkim disekitar pleura. Pada pemeriksaan darah sering didapatkan adanya leukocytosis, trombositosis, anemia ringan , peningkatan laju endap darah dan C-reactive protein. Namun, tidak semua hal tersebut dapat terjadi pada infeksi TB. Secara umum manifestasi tuberkulosis dapat dibedakan menjadi manifestasi intrapulmoner dan manifestasi ekstrapulmoner.
Manifestasi Pulmoner
Tuberkulosis (TB) Paru dapat dikategorikan menjadi  TB primer dan TB post-primer.  TB paru primer muncul setelah infeksi bakteri tuberkulosis pertama kali. Gejala yang muncul dapat berupa asimptomatik atau demam dengan sakit di dada. Bagian paru yang sering terkena TB primer adalah bagian paru tengah dan bawah karena pada bagian inilah kebanyakan volume udara terdistribusi. Setelah infeksi, biasanya akan terbentuk kompleks Ghon pada daerah perifer disertai dengan pembesaran kelenjar limfe disekitar trakea dan hilus. Pada 2/3 kasus, efusi pleura dapat terjadi karena bakteri melakukan penetrasi kedalam ronggga pleura. Proses lebih lanjut menyebabkan cairan pleura masuk kedalam paru-paru dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan.
TB post-primer disebut juga TB reaktivasi atau TB sekunder timbul karena reaktivasi endogen pada infeksi laten TB. TB sekunder sering terjadi pada bagian apeks posterior dari lobus paru. Hal ini disebabkan karena tingginya tekanan oksigen pada pada bagian apeks paru sehingga banyak mycobacterium yang dapat hidup disana. Manifestasi klinis yang sering disebabkan bervariasi, mulai dari infiltrat kecil sampai terbentuknya kavitas yang besar. Kavitas  akan mengalami terbentuknya jaringan parut dan mengalami kalsifikasi. Terbentuknya kavitas akan menyebabkan semakin banyak jaringan paru yang mengalami nekrosis, hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan terjadinya pneumonia kaseosa.


Manifestasi Extrapulmoner
TB paru dapat bermanifestasi klinis pada bagian tubuh manusia lainnya. Tempat tersering yang dijangkiti oleh TB antara lain Kelenjar getah bening, pleura, saluran urogenital, tulang, dan sendi.

Tuberkulosis Kelenjar Getah Bening (Tuberculosis Lymphadenitis)
TB kelenjar getah bening adalah manifestasi extrapulmoner paling sering (>40% dari kasus TB di Amerika) dan prevalensinya lebih besar pada penderita HIV dan anak-anak. Penyebab terbanyak TB kelenjar getah bening adalah M. Tuberculosis. Tanda dari manifestasi ini berupa pembengkakan kelenjar getah bening dengan atau tanpa rasa sakit. Kelenjar getah bening yang paling sering terkena adalah di cervical posterior dan supraklavikula. Pembengkakan kelenjar getah bening disebabkan ole abses yang merupakan campuran antara sel-sel radang dan nekrosis kaseosa. Diagnosis dapat ditentukan dengan menggunakan biopsi jarum atau eksisi. Pada 70-80% kasus, didapatkan hasil kultur positif.

Tuberkulosis Pleura
TB pleura mencakup sekitar 20% dari manifestasi TB extrapulmoner di Amerika Serikat. Manifestasi TB yang berdampak pada pleura berupa efusi pleura, dan banyak ditemukan pada kasus TB sekunder. Gejala yang ditimbulkan berupa demam, sakit dada, dan dyspnea. Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan perkusi redup pada sela iga, dan hilangnya suara pernapasan pada auskultasi. Pada pemeriksaan foto polos dapat ditemukan adanya efusi pleura dan lesi parenkim paru.
Diagnosis dapat ditentukan dengan Thoracentesis untuk mengetahui komposisi cairan efusi. Dengan demikian, dapat dianalisa etiologi atau penyebab efusi pleura tersebut. Cairan efusi dikategorikan sebagai eksudat apabila berdasarkan analisis laboratorium didapatkan kadar protein > 50%, pH > 7.3, dan Leukocytosis. Neutrofil banyak ditemukan pada respon inflamasi cepat, sedangkan limfosit lebih banyak ditemukan pada respon inflamasi lambat. Sekitar 25-75% kultur M.Tuberculosis didapatkan hasil positif.
Pada infeksi TB kronis dapat terjadi Tuberculosis empyema. Pada kasus ini, kavitas yang berdekatan dengan pleura mengalami ruptur dan menyebabkan banyaknya M. Tuberculosis masuk kedalam cairan pleura. Komplikasi dari hal tersebut adalah terbentuknya fistula antara bronkus dengan pleura. Sehingga pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya udara didalam rongga pleura. Pada kasus ini, kultur cairan pleura selalu positif. 


Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih