Blog Dokter Sobri
Pemeriksaan Penunjang Sesak
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan radiologis. Namun, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada pasien dengan suspek pneumonia ringan dan dapat diobati dengan rawat jalan. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien rawat jalan dengan kecurigaan hipoksemia, distres respiratorik signifikan, atau yang tidak membaik dengan terapi antibiotik inisial. Adanya infiltrat pada foto toraks mendukung diagnosis pneumonia; selain itu dari hasil rontgen dapat pula dinilai komplikasi lain seperti efusi pleura atau empiema. Pneumonia viral biasanya memiliki karakteristik hiperinflasi dengan infiltrat interstitial bilateral dan cuffing peribronkial. Adanya konsolidasi lobaris konfluen biasanya terlihat pada pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus.
Rontgen dada harus dilakukan pada semua pasien yang dirawat untuk tata laksana CAP untuk melihat keberadaan, ukuran, dan karakteristik infiltrat parenkimal dan untuk mengidentifikasi komplikasi pneumonia. Pengulangan rontgen tidak diperlukan untuk pada pasien dengan perbaikan dengan pemberian antibiotik awal, namun harus dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan perbaikan klinis atau bahkan mengalami perburukanpada 48-72 jam setelah inisiasi terapi antibiotik.
Hitung jenis leukosit dapat berguna untuk membedakan bakteri akibat virus ataupun pneumonia. Pada pneumonia virus, leukosit dapat normal atau meningkat, namun tidak lebih dari 20,000/mm, dengan predominansi limfositik. Sedangkan pneumonia bakterial biasanya diasosiasikan dengan peningkatan leukosit, antara 15,000-40,000/mm dengan predominansi neutrofil. Adanya efusi pleura yang masif, konsolidasi lobaris, dan demam tinggi pada onset gejala lebih sugestif ke etiologi bakteri.
Apabila terdapat kecurigaan ke arah infeksi virus, pada anak usia di bawah 18 bulan dapat diperiksakan kultur virus menurut rekomendasi IDAI. Pertumbuhan virus respiratorik pada kultur virus konvensional biasanya memerlukan waktu 5-10 hari, meskipun kultur vial dapat mempercepat waktu menjadi 2-3 hari. Kultur ini memerlukan banyak sumber daya dan waktu, seringkali perbaikan gejala sudah diperoleh saat hasil kultur menunjukkan etiologinya sehingga kurang efektif. Adapun deteksi rapid dengan menggunakan antigen RSV, parainfluenza, influenza, dan adenovirus dapat dilakukan dan akurat.
Selain itu, menurut rekomendasi IDSA (Infectious Disease Society of America), kultur darah disarankan untuk dilakukan pada anak yang memerlukan perawatan akibat CAP bakterial berat hingga sangat berat, terutama pada pneumonia dengan komplikasi. Pada pasien rawat jalan, kultur darah hanya dilakukan pada anak yang tidak menunjukkan perbaikan gejala klinis dan pada anak yang memiliki gejala progresif atau bahkan deteriorasi klinis setelah inisiasi terapi antibiotik.
Referensi
Bradley JS, et al. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. IDSA. 2011
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih