Blog Dokter Sobri
Analitik Urinalisis
Pemeriksaan makroskopik urin
a) Warna
Pemeriksaan warna urin dilakukan dengan cara mengisi tabung reaksi sampai ¾ penuh dan penilaian dilakukan pada kedudukan tabung dalam posisi serong.
Warna urin dipengaruhi :
1. Jumlah/besarnya diuresis
1. Jumlah/besarnya diuresis
2. kepekatan urin
3. obat yang dimakan
4. makanan dan minuman tertentu
Kuning Tua : Urin pekat, bilirubin, akriflavin.
Kuning-Hijau : Bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin.
Coklat Tua : Eritrosit teroksidasi menjadi methemoglobin, homogentisic acid, melanin
Merah keruh,merah atau merah coklat :Eritrosit,haemoglobin,myoglobin,porfirin,kontaminasi darah haid.
Seperti susu : Kristal fosfat,kristal urat,pus,khilus,lemak,bakteri,getah prostat
b) Kejernihan
Cara menilai kejernihan urin sama dengan cara dengan cara menilai warna urin. Kejernihan urin dinyatakan sebagai jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Kekeruhan urin dapat terjadi pada keadaan normal atau abnormal (patologis)
Penyebab kekeruhan pada urin normal.
- Urat amorf
Kekeruhan terjadi pada pH urin asam dan suhu dingin
Kekeruhan akan hilang bila urin dipanaskan
- Fosfat amorf dan karbonat
Kekeruhan terjadi bila pH urin alkalis
Kekeruhan akan hilang bila urin diberi asam asetat ancer. Pada pemeriksaan sedimen urin akan ditemukan banyak kristal fosfat atau karbonat
- Peningkatan jumlah sel epitel sel dalam sedimen urin
- Kontaminasi bakteri
Penyebab kekeruhan urin yang bersifat abnormal
- Leukosit
- Eritrosit
- Khilus
Urin keruh menyerupai susu encer. Bila urin ditambahkan eter dancampurkan diteteskan pada kertas saring akan tampak bercak lemak pada kertas saring.
- Bakteriuria
- Benda – benda koloid
c) Berat Jenis
BJ (berat jenis) adalah pengukur kepadatan air seni sehingga dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Nilai BJ urin 1,005- 1.035 masih dianggap normal pada urin sewaktu dengan fungsi gijal normal. Nilai rujukan untuk urin pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022 dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Nilai BJ yang tidak normal menandakan kerusakan tubulus dalam memekatkan urin. Nilai BJ urin yang rendah dan persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus (Strasinger dan Lorenzo, 2008). Pada urin yang disimpan dengan suhu ruangan dan suhu refrigerator tidak terdapat perbedaan yang signifikan .
Pemeriksaan BJ urin didasarkan pada perubahan pKa (konstanta disosiasi) dari polielektrolit pada medium yang bersuasana basa. Polielektrolit yang terdapat dalam reagen strip akan mengalami ionisasi sehingga menghasilkan ion hidrogen (H+). Jumlah ion hidrogen (H+) yang dihasilkan bergantung pada jumlah ion yang terdapat di urin. Jika ion hidrogen dalam urin sedikit maka berat jenis dari urin tersebut rendah sehingga pH urin akan cenderung bersifat basa . Menurut cara pengambilannya, sampel urin dibagi menjadi :
a. Urin kateter adalah urin steril yang diambil dengan bantuan kateter yang digunakan untuk kultur bakteri.
b. Urin pancaran tengah adalah pengambilan urin yang paling mudah dan aman. Sebelum pengambilan urin, gland penis atau labia harus dibersihkan terlebih dahulu. Urin pancaran tengah digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan kultur bakteri.
c. Urin aspirasi suprapubik untuk diagnosis infeksi pada saluran kemih, karena urin yang diambil dengan prosedur ini adalah urin steril
d) Bau
Bau urin yang normal disebabkan oleh asam – asam organik yang mudah menguap.
Beberapa jenis bau urin abnormal adalah:
Amoniak : Bila urin dibiarkan tanpa pengawet pada suhu kamar
Aseton : Dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus dengan penyulit ketoasidosis (KAD)
Bau busuk : Pada infeksi traktus urinarius oleh kuman E.Coli
Lain – lain : Dipengaruhi oleh obat atau makanan yang dimakan
e) pH (Keasaman)
Ginjal berperan penting dalam mengatur asam-basa sistemik setelah respirasi. Caranya dengan mensekresikan hidrogen dalam bentuk ion ammonium, hidrogen fosfat, dan asam lemah setelah itu akan diasamkan di tubulus ginjal dan saluran pengumpul. Urin pagi pada seseorang yang sehat akan menunjukkan pH 5-6 (lebih asam dari urin lainya) dan dapat menjadi lebih basa bergantung pada makanan yang dikonsumsi
Prinsip dari pengukuran pH pada uji dipstik ini adalah kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang terkandung pada strip memungkinkan perubahan warna strip dari jingga hingga kuning sesuai dengan pH urin . pH urin bersifat tidak stabil jika dibiarkan lebih dari dua jam baik pada suhu ruangan maupun suhu refrigerator. Ketidakstabilan ini ditandai dengan peningkatan kadar ammonium sehingga data mempengaruhi nilai pH urin. Pada penyimpanan urin yang sangat lama di suhu ruangan akan menyebabkan lebih basa karena pembusukan urea oleh bakteri.
Selain itu pH urin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih, terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, dan spesimen basi.
b. pH asam : ketosis seperti pada diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak; asidosis sistemik kecuali pada gangguan fungsi tubulus; asidosis respiratorik atau metabolik memicu pengasaman urin dan meningkatkan ekskresi NH4+ dan terapi pengasaman .
Pemeriksaan Mikroskopik Urin (Sedimen Urin)
Sedimen urin diperoleh melalui proses :
1. Masukkan 7-8 mL urinyang telahdicampur homogen kedalam tabung sentrifus
2. Tabung sentrifus yang telah berisi urin dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm – 2000 rpm
3. Supernatan urin (cairan bagian atas) dibuangdengan satu gerakan yang agak cepat; kemudian tabung sentrifus dibiarkan tegak kembali agar cairan yang masih melekat pada dinding tabung akan mengalir kembali kedasar tabung dan volume cairan sedimen menjadi ½ mL.
4. Kocok tabung sentrifus untuk meresuspensi sedimen
5. Teteskan sedimen urin di atas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup
6. Pemeriksaan sedimen urin dilakukan dengan mikroskop cahaya, kondensor diturunkan dan bukaan diafragman kecil
7. Pelaporan dilakukan dalam lapangan padang kecil (lpk) yaitu pembesaran 100 kali dan lapangan pandang besar (lpb) yaitu pembesaran 400 kali
Referensi
Cohenberger, E. F. dan Kimling, H. Compendium Urinalysis With Test Strips. Canada : Roche Diagnostics GmbH. 2004.
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih