Blog Dokter Sobri
Pemeriksaan Kimia Urin
Prosedur Pemeriksaaan
Analisa Urin dengan menggunakan carik celup dilakukan dengan menggunakan reagen-reagen dalam bentuk kering yang diletakkan pada penyanggang plastic berbentuk strip.
Metode Pemeriksaan :
1. Keluarkan strip sesuai dengan yang diperlukandari botol dan tutup botol kembali rapat-rapat.
2. Periksa strip tersebut, periksa apakah ada perubahan warna pada daerah reagen yang menandakan kerusakkan strip.
3. Celupkan strip dengan lengkap seluruhnya selama tidak lebih dari 1 detik ke dalamspesimen urin.
4. Keluarkan strip sambil meniriskan bagian tepinya pada mulut tabung
5. Peganglah strip pada posisi horizontal agar tangan pemeriksan tidak dikotori oleh tetesan urin
6. Baca hasil pemeriksaan setelah 30-60 detik dan tidak lebih dari 2 menit dengan cara membandingkan warna yang timbul pada strip dengan standar warna yang terdapat pada etiket botol.
Hal-hal yang dapat diperiksa dengan metode dipstick :
a. Protein
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu yang sehat karena perubahan fisiologis. Normalnya ekskresi protein urin tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Jika kadar protein lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria . Proteinuria dapat menjadi tanda awal kerusakan pada ginjal dan muncul sebelum gelaja klinis terlihat (Mundt dan Shanahan, 2011). Sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen . Pada 16 penyimpanan di refrigerator, protein urin dapat stabil selama tujuh hari sedangkan penyimpanan dalam suhu ruangan hanya dapat stabil selama satu hari. Nilai rujukan pada protein urin adalah <10 mg/dL
Prinsip uji dipstik ini yaitu mendeteksi protein dengan indikator warna bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein karena albumin menyerap ion hidrogen dari indikator . Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti darah), obat pencemaran urin oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), dan urin yang sangat basa (pH > 8). Sedangkan hasil negatif palsu dapat dipengaruhi oleh urin yang sangat encer atau urin sangat asam (pH < 3) .
b. Glukosa
Pemeriksaan glukosa pada urin penting dalam mendeteksi dan monitoring kadar glukosa pada penderita diabetes mellitus. Dalam keadaan normal hampir semua glukosa difiltrasi glomerulus dan diserap kembali oleh tubulus proksimal . Biasanya glukosa pada urin terdeteksi jika kadar glukosa darah sudah mencapai 160-180 mg/dL tetapi glukosa dalam urin juga dapat terdeteksi pada urin normal . Umumnya gluoksuria (kelebihan gula dalam urin) menandakan diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus . Kadar glukosa pada penyimpanan urin di refrigerator dapat stabil hingga delapan jam dan pada suhu ruangan hanya dapat stabil selama dua jam .
Terdapat dua jenis pemeriksaan glukosa yang biasa digunakan di laboratorium untuk menentukan kadar glukosa yaitu tes glukosa oksidase dan tes Copper reduksi. Namun prinsip kerja yang terdapat dalam carik celup adalah tes glukosa oksidase yang spesifik hanya terhadap glukosa sedangkan pada tes reduksi Copper dapat mengenali jenis gula lain seperti fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, dan laktosa sehingga mudah terjadinya positif palsu. Pada reagen strip untuk glukosa terdiri dari dua enzim yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi atau bisanya juga ada reagen yang menggunakan iodida yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi. GOD akan mempecepat reaksi antara glukosa dan udara untuk memproduksi asam glukonil dan 18 peroksidase, selanjutnya peroksidase akan mempercepat reaksi antara peroksidase dan kromogen sehingga terbentuk warna yang menunjukkan tingkat kadar glukosa urin .
c. Keton
Benda keton yang dapat dijumpai di urin adalah aseton, asam asetoasetat, dan beta-hidroksibutirat. Pada urin normal tidak ditemukan keton karena semua metabolisme lemak menjadi karbondiaoksida dan air. Badan keton diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan atau saat asupan karbohidrat kurang. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urin, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Biasanya ketonemia terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe 1, sehingga kadar keton dalam urin dapat digunakan untuk monitoring penyakit ini .Kadar keton pada urin yang disimpan di refrigerator akan stabil selama enam jam dan jika disimpan dalam suhu ruangan akan stabil selama dua jam . Prinsip dari pemeriksaan keton dalam urin adalah dengan prinsip tes Legal yaitu menggunakan sodium nitroprusid (nitroferrisianida) yang akan bereaksi dengan keton. Pada reaksi ini, asam asetoasetat pada suasana basa akan bereaksi dan menghasilkan warna ungu. Tes ini tidak dapat mengidentifikasi beta-hidoksibutirat dan sedikit sensitif terhadap aseton jika terdapat glisisin .
d. Darah pada Urin (Hematuria)
Darah dapat ditemukan dalam urin yang terdiri dari sel darah merah yang disebut hematuria atau produk dari sel darah merah yang hancur seperti hemoglogin yang disebut hemoglobinuria. Darah dalam urin dapat dilihat dengan tanpa alat bantu jika kadarnya tinggi, biasanya hematuria akan tampak seperti urin merah berawan dan hemoglobinuria tampak seperti merah jenih. Pemeriksaan urin dengan carik celup akan memberi hasil positif jika terjadi hematuria, hemoglobinuria, dan mioglobinuria . Kadar darah pada urin stabil selama satu hingga 4 jam dengan penyimpanan suhu ruangan maupun suhu refrigerator. Tetapi eritrosit pada urin mudah lisis jika berat jenis urin <1,010 dan pH basa . Pemeriksaan darah urin tidak efektif jika pemeriksaan dilakukan 4 jam setelah urin dikemihkan. Hematuria berhubungan dengan kerusakan pada ginjal atau organ genitourinari lainnya yang berdarah akibat trauma atau kerusakan organ lainnya. Hematuria dapat disebabkan penyakit glomerulus, tumor, trauma, pielonefritis, atau terapi antikoagulan. Hemoglobinuria terjadi karena lisisnya sel darah merah pada traktus urinarius, biasanya berasal dari hemolisis intravaskular. Myoglobinuria dinyatakan jika dalam urin terdapat myoglobin yang menyebabkan urin berwarna merah kecoklatan dan jernih. Myoglobinuria dapat dihubungkan dengan kerusakan otot seperti pada trauma, koma yang panjang, peminum alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan .
Prinsip pemeriksaan darah dalam urin adalah dengan menggunakan pseudoperoksidase dari hemoglobin untuk mempercepat reaksi antara hidrogen peroksidase dan kromogen tetramethylbenzidine untuk menghasilkan kromogen teroksidasi yang berwarna hijau kebiruan. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam samar-samar , +1, +2, dan +3 .
Hasil positif palsu pada pemeriksaan darah urin dipengaruhi oleh urin yang tercemar, terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase, urin yang terkontaminasi povidone iodine (betadine), dan urin dari wanita yang sedang menstruasi. Sedangkan hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi atau berat jenis sangat tinggi .
e. Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kuning yang terbentuk dari degradasi hemoglobin. Normalnya usia dari sel darah merah adalah 120 hari, tetapi jika terjadi pemendekan usia sel darah merah maka sel darah merah tersebut akan dihancurkan di limfa dan hepar dengan memfagosit. Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urin adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkim (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), dan penyakit hati kronis disertai ikterik . Kadar bilirubin akan menurun karena penyimpanan yang lama pada suhu ruangan dapat mengaktifkan photooxidasi dan hidrolisis .
Uji dipstik untuk bilirubin urin adalah dengan menggunakan reaksi diazo. Bilirubin akan bereaksi dengan garam diazonium (2,6-diklorobenzen-diazonium-tetrafluorobonate) pada suasana asam dan menghasilkan azodye yang akan memperlihatkan perubahan warna dari reagen strip dari warna merah muda sampai ungu .Hasil pemeriksaan bilirubin dapat dilaporkan sebagai negatif, +1, +2, atau +3 .
Bilirubin stabil pada urin yang sudah disimpan selama dua jam pada suhu ruangan. Pada uji bilirubin dengan reaksi Diazo, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan bilirubin yaitu :
1. Reaksi negatif palsu terjadi jika urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urin meningkat, asam urat tinggi, dan bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
2. Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urin menjadi berwarna merah .
f. Urobilinogen
Bilirubin terkonjugasi yang masuk kedalam saluran cerna akan berubah menjadi urobilogen dan sterkobilin dengan bantuan bakteri yang ada di saluran cerna. Sebagian besar urobilinogen akan berkurang di feses dan sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urin oleh ginjal (Strasinger dan Lorenzo, 2008). Nilai rujukan kadar urobilinogen kurang dari 1 mg/dl yang terdapat dalam urin masih terbilang normal. Peningkatan urobilinogen diatas 1 mg/dl memperlihatkan adanya penyakit hepar dan kelainan hemolitik. Nilai urobilinogen dapat menurun karena oksidasi pada penyimpanan suhu ruangan yang lebih dari dua jam .
Terdapat dua jenis reagen strip untuk pemeriksaan urobilinogen yaitu reagen Multistix dan Chemstrip. Multistix menggunakan reaksi Aldehid Ehrlich, dimana reagen Ehrlich (p-dimethyl aminobenzaldehyde) akan bereaksi dengan urobilinogen dan menghasilkan perubahan warna dari merah muda yang cerah sampai pekat. Hasilnya dinyatakan dalam Ehrlich Units (EU) yang setara dengan mg/dl. Kadar urobilinogen normal dalam urin adalah 0.2 sampai 1 EU. Tes Chemstrip mengunakan reagen 4-methoxybenzene-diazonium-tetrafluoroborate yang bereaksi dengan urobilinogen akan menghasilkan warna dari putih hingga merah 24 muda. Tes ini lebih spesifik untuk urobilinogen dibanding reaksi Ehrlich .
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan urobilinogen urin :
1. Reaksi positif palsu dapat disebabkan oleh pengaruh obat (fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin, asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin mandelat (Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, dan pemakaian pengawet formaldehid), makanan tinggi karbohidrat dan urin yang bersifat basa kuat. Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen, oleh karena itu pemeriksaan urobilinogen dianjurkan dilakukan 4 jam setelah makan. Urin yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar urobilinogen.
2. Reaksi negatif palsu dapat disebabkan oleh konsumsi antibiotik (ammonium klorida dan vitamin C), paparan sinar matahari langsung (oksidasi langsung), dan urin yang bersifat asam kuat. Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilinogen .
g. Nitrit
Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, nitrat dapat mengalami reduksi jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin .Contoh bakteri yang biasa terdapat dalam urin adalah Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, dan Proteus. Bakteri-bakteri tersebut megandung enzim reduktase sehingga mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urin pagi yang diperiksa dalam keadaan segar, karena penundaan pemeriksaan dapat mengakibatkan bakteri berkembangbiak di luar saluran kemih, sehingga nitrit yang dihasilkan lebih banyak dan mempengaruhi hasil pemeriksaan .
Dasar dari reagen strip adalah kemampuan bakteri dalam mereduksi nitrat menjadi nitrit yang keberadaannya dalam urin adalah tidak normal. Nitrit dideteksi oleh reaksi Greiss yang pada suasana asam akan bereaksi dengan amine aromatic (para-arsanilic acid or sulfanilamide) menjadi garam diazonium. Selanjutnya garam diazonium akan bereaksi dengan tetrahydrobenzoquinolin dan menghasilkan azodye berwarna merah muda . Derajat warna merah muda yang bagaimanapun tercipta diartikan sebagai adanya nitrit pada urin .Tes ini tidak mengukur jumlah bakteri yang ada dan warna merah muda yang terlihat tidak berkorelasi dengan banyaknya jumlah bakteri yang ada .
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan nitrit urin :
1. Hasil positif palsu dapat disebabkan metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urin merah oleh sebab apapun, dan pengaruh obat (fenazopiridin).
2. Hasil negatif palsu dapat disebabkan diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organisme penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urin tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urin tinggi.
h. Lekosit esterase
Leukosit normal jika dilihat dengan mikroskop adalah sebanyak 0-5 per lapangan pandang luas. Pada wanita jumlah leukosit bisa lebih tinggi dibanding laki-laki karena adanya kontaminasi dari vagina. Peningkatan temuan leukosit di urin mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih. Tes ini dapat mendeteksi esterase yang terdapat dalam sel darah putih granulosit (neutrofil, eosinophil, dan basofil) dan monosit . Sama dengan eritrosit, leukosit dalam urin menjadi cepat lisis jika urin memiliki berat jenis <1.010 dan bersifat basa .
Leukosit neutrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes leukosit esterase positif mengindikasikan adanya sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup. Prinsip pada pemeriksaan LE adalah asam karbonat ester yang berasal dari granulosit akan membentuk indoxyl. Indoxyl akan teroksidasi jika bereaksi dengan garam diazonium dan membentuk warna ungu .
Reaksi ini terjadi selama 2 menit, sehingga pembacaan hasil dilakukan setelah dua menit dari pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dinyatakan dengan samar, +1, +2, atau +3 .Penundaan pemeriksaan urin dapat menyebabkan hasil pemeriksaan negatif palsu, penundaan pemeriksaan dianjurkan tidak lebih satu jam dari proses mikturisi . Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan LE :
1. Negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urin tinggi (>500mg/dl), protein urin tinggi (>300mg/dl), berat jenis urin tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urin mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin.
2. Positif palsu dapat terjadi pada penggunaan pengawet formaldehid dan penyimpanan yang terlalu lama .
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih