Blog Dokter Sobri
Alergi obat pada Anak
Pendahuluan
Reaksi terhadap obat mencakupi semua rekasi tubuh terhadap obat, tanpa memperhitungkan mekanisme dasarnya. Hipersensitivitas terhadap obat diartikan sebagai respon imun terhadap obat pada orang yang sudah tersensitisasi sebelumnya. Sedangkan alergi obat adalah reaksi imunologis dengan gejala klinis akibat reaksi imun yang dimediasi oleh IgE. Reaksi terhadap obat dapat diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya mekanisme imunologik. Mayoritas reaksi obat disebabkan oleh mekanisme non imunologik yang dapat diprediksi yaitu berdasarkan efek samping yang sudah diketahui atau efek farmakologik dan farmakokinetik. Sisanya adalah reaksi obat akibat mekanisme imunologik yang kadang tidak dapat diprediksi. Berdasarkan reaksi hipersensitivitas tipe I hanya 5-10% dari seluruh reaksi akibat obat.
Manifestasi Klinis
Reaksi hipersensitivitas terhadap obat harus dipikirkan pada pasien yang datang dengan gejala alergi yang umum seperti anafilaksis, urtikaria, asma, serum sickness-like symptoms, ruang kulit, demam, infiltrat paru dengan eosinofilia, hepatitis, nefritis interstitial akut dan lupus-like syndromes.
Anamnesis
Tanyakan seluruh obat yang diresepkan maupun obat bebas yang diminum dalam 1 bulan terakhir, termasuk tanggal pemberian dan dosis karena hubungan waktu pemberian obat dan onset gejala klinis adalah enting. Onset gejala jarang yang kurang dari 1 minggu atau lebih dari 1 bulan kecuali bila pasien sudah tersensitisasi sebelumnya. Selain itu ditanyakan kepada pasien, obat yang pernah didapat selama ini dan reaksi terhadap pengobatan tersebut.
Pemeriksaan fisis
- Evaluasi tanda dan gejala reaksi tipe cepat, karena reaksi tipe cepat ini merupakan kondisi yang mengancam jiwa
- Tanda bahaya yang penting adalah ancaman syok kardiovaskular, termasuk urtikaria, edema jalan napas atau laring, suara napas mengi dan hipotensi.
- Tanda yang menunjukkan reaksi simpang yang hebat termasuk demam, lesi membran mukosa, limfadenopati, nyeri dan bengkak sendir atau pemeriksaan paru abnormal.
- Pemeriksaan kulit yang teliti diperlukan karena kulit adalah organ yang paling sering terkena efek simpang obat.
Faktor Risiko
Reaksi simpang obat timbul umumnya pada usia muda dan lanjut usia, lebih sering pada perempuan. Faktor genetik dan predisposisi familial telah dilaporkan, infeksi HIV, peran riwayat atopi kontroversial, ukuran makromolekular, rute pemberian, pemakaian obat beta bloker dan riwayat asma.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis hipersensitivitas obat didasarkan pada penilaian klinis karena uji spesifik obat konfirmasi sering sulit dilakukan. kriteria reaksi hipersensitivitas obat adalah
- Gejala pada pasien konsisten dengan reaksi imunologi obat
- Pasien mendapat obat yang diketahui dapat menimbulkan gejala tersebut
- Waktu antara pemberian obat dan munculnya gejala konsisten dengan reaksi terhadap obat
- Penyebab lain gambaran klinis ini sudah disingkarkan
- Data laboratorium menunjang mekanisme imunologik yang dapat menimbulkan reaksi obat
Pemeriksaan penunjang
Tujuan uji diagnostik adalah untuk memeriksa pertanda biokimiawi atau imunologik yang dapat memastikan aktivasi jalur imunopatologik tertentu sehingga dapat menjelaskan efek samping obat yang dicurigai. Uji laboratorium pemilihannya berdasarkan mekanisme patologik yang dicurigakan.
Tatalaksana
- Penghentian obat yang dicurigai
- Digunakan obat pengganti yang memiliki struktur kimia berbeda
- Terapi suportif dan simtomatik sesuai gejala yang timbul
- Kortikosteroid sistemik masih kontroversial tetapi pada kasus yang berat dapat membantu
- Sindrom stevens johnson dan toxic epiderma necrolysis : perawatan ruang intensif
Referensi
DeShaazo RD, Kemp SF. Allergic reactions to drug and biologic agents. JAMA 1997;278:1895-906
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih