Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Wednesday 12 June 2019

Fertilisasi

Blog Dokter Sobri

Fertilisasi

Fertilisasi dapat terjadi jika  terdapat pertemuan antara gamet dari wanita(ovum) serta pria (sperma). Pembentukan gamet itu sendiri terangkum dalam proses oogenesis sera spermatogenesis. Pada oogensis akan terjadi proses mitotik serta meiosis pertama yang akan menghasilkan oosit sekunder(haploid) serta badan polar. Selanjutnya, meiosis kedua akan terjadi ketika telah terjadi fertilisasi. Pada pria, spermatogenesis juga akan dimulai dengan mitosis hingga meiosis II yang mengasilkan 4 sperma (haploid). Secara umum kedua proses ini dapat dilihat dari gambar disamping ini.
Fertilisasi merupakan penyatuan antara gamet pada wanita (ovum) dan pria (sperma yang terjadi pada daerah ampulla yaitu 1/3 distal tuba uterina. Ovum dan sperma akan berjalan dari tempat produksinya ke daerah ampulla tersebut.
a. Fertilisasi
Pada wanita, oosit sekunder yang dilepaskan saat ovulasi akan ditangkap oleh fimbriae dan ditransport oleh sel silia (diaktivasi oleh esterogen) menuju ke ampula. Ketika ovum gagal di transportasikan kedalam tuba uterina maka ovum akan tetap berada dalam kavitas peritoneal dan ada kemungkinan terjadi pembuahan sehingga menyebabkan kehamilan ektopik abdomen. Kehamilan tipe ini dapat menyebabkan kematian akibat perdarahan karena vaskularisasi pada organ pencernaan tidak dipersiapkan untuk melakukan implantasi seperti pada endometrium.
Pada pria, sperma yang masuk kedalam vagina saat ejakulasi harus melewati kanalis servikalis, rahim hingga ke bagian distal dari tuba uterina untuk mencapai tempat ovum. Pada kanalis servikalis, sperma dibantu oleh kondisi mukus serviks yang lebih encer dan tingggi elastisitasnya, sehinga memudakan penetrasi dari sperma. Perubahan mukus serviks ini diakibatkan oleh kadar esterogen yang tinggi. Selanjutnya sperma berpindah ke kanalis servikalis dekat uterus dengan kekuatannya sendiri. Pada kanal uterus, sperma dibantu perpidahannya dengan gerakan miometrium yang membuat sperma tersebar di kavitas uterus. Kemudian sperma masuk kedalam tuba uterina dan menuju tempat fertilisasi dengan bantuan dari kontraksi otot polos tuba uterina. Kontraksi miometrium berserta tuba uterina ini diinduksi oleh kadar esterogen yang tinggi tepat sebelum terjadinya ovulasi.
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa terdapat kemoatraktan yang dikeluarkan oleh ovum, yaitu alurin. Kemotraktan tersebutlah yang dapat menyebabkan sperma bergerak menuju ovum. Selain itu, ditemukan pula reseptor sperma yang berhasil mendeteksi dan merespon kemoatraktan dari ovum, yaitu hOR17-4.
Ovum dapat bertahan hidup dari 12-24 jam sebelum difagosit. Oleh karenanya, fertilisasi harus terjadi dalam 24 jam setelah ovulasi. Namun, sperma dapat bertahan di dalam saluran reproduksi wanita selama 2-5 hari, tetapi waktu ini sangat bervariasi pada setiap individu.
Untuk dapat membuahi ovum, maka sperma harus melewati sawar protektif yang dibentuk oleh ovum, yaitu korona radiata dan zona pelusida. Berikut adalah tahapan dalam proses fertilisasi
1.      Sperma mampu berpenetrasi kedalam korona radiata yang merupakan sel-sel granulosa dengan menggunakan enzim hialuronidase dan enzim proteolitik pda tudung kepala sperma
2.      Sperma mampu berpenetrasi ke dalam zona pelusida setalah berikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan ovum. Pada membran sperma terdapat protein “fertilin” sedangkan pada permukaan luar zona pelusida terdapat glikoprotein “ZP3”. Pengikatan ini menyebabkan reaksi akrosom, yaitu membran akrosom rusak dan mengeluarkan enzim-enzim akrosomal
3.      Enzim akrosomal merusak zona pelusida sehingga mampu membuat jalan masuk kedalam membran plasma ovum.
4.      Sperma pertama yang mencapai ovum kemudian berfusi dengan membran plasma ovum dan kepala sperma masuk kedalam sitoplasma ovum
5.      Ekor plasma akan tertinggal dalam proses ini. Penyatuan antara sperma dan ovum akan memicu terjadinya perubahan kimiawi disekitar permukaan ovum yang membuat lapisannya tidak dapat ditembus lagi oleh sperma lain, fenomena ini sering disebut sebagai “penghambatan terhadap polispermia”.
Sperma diketahui mengeluarkan nitrat oksida yang mampu memicu pelepasan ion-ion kalisum yang berguna untuk memic pembelahan meitotik akhir oosit sekunder. Dalam satu jam terjadi penyatuan dari nukleus sperma dan ovum, dimana sperma menyumbang setengah kromosom pada ovum yang dibuahi, yang saat ini disebut dengan zigot. Selain itu, sperma menyebabkan pengaktifan dari enzim-enzim pada ovum yang penting untuk perkembangan awal embrionik.

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih