Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Thursday 7 March 2019

Tatalaksana Fraktur Ulna

Blog Dokter Sobri

Tatalaksana Fraktur Ulna

Tatalaksana Fraktur Radius Ulna
Prinsip penanganan fraktur adalah 4R yaitu Recognizing (diagnosis) , Reduction (reduksi / reposisi) , Retaining (fiksasi dan imobilisasi) , dan Rehabilitation (rehabilitasi). Reduction adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula. Sedangkan retaining adalah mempertahankan posisi tulang yang sudah direposisi selama proses penyembuhan berlangsung hingga tulang yang mengalami fraktur dapat menyatu kembali. Selain itu , retaining juga berfungsi untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi nyeri pada area fraktur. Fiksasi atau imobilisasi fraktur dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips. Namun , bidai atau gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, dapat dilakukan beberapa teknik fiksasi lain seperti pemasangan traksi continue , fiksasi internal , maupun fiksasi eksternal. Setelah dilakukan proses reposisi dan fiksasi atau imobilisasi , maka tahapan selanjutnya adalah melakukan rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan kekuatan otot ke keadaan sebelum terjadinya trauma. 1
Radius dan ulna merupakan tulang ekstremitas atas yang saling berkaitan satu sama lain , sehingga fraktur pada tulang – tulang tersebut mengakibatkan terjadinya cedera yang tidak stabil.Oleh sebab itu , stabilisasi pada fraktur tulang radius dan ulna merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Apabila tulang tidak distabilisasi atau dikembalikan kepada posisinya dengan baik , maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pergerakan dari pergelangan tangan dan siku. Pada orang dewasa , mayoritas fraktur radius ulna membutuhkan terapi pembedahan untuk memastikan bahwa tulang sudah mengalami reposisi dan stabilasi yang baik sehingga menghasilkan proses penyembuhan fraktur yang maksimal. Pada kasus fraktur terbuka , perlu diperhatikan resiko terjadinya infeksi baik infeksi umum maupun infeksi lokal pada area tulang yang bersangkutan. Hal-hal yang harus dilakukan untuk pencegahan terjadinya infeksi adalah pemberian antibiotik profilaksis , debridement pada area luka dan fraktur , stabilisasi fraktur , dan penutupan luka segera. 1,2
Pada anak-anak , reduksi tertutup pada fraktur radius – ulna dapat menghasilkan hasil yang maksimal dikarenakan adanya periosteum yang cenderung mengontrol terjadinya reduksi.1 Fragmen fraktur ditahan dengan menggunakan full length cast, dari aksila hingga metacarpal untuk mengontrol rotasi. Gips dipasang dengan kondisi siku fleksi 90O.3 Apabila fraktur berada proksimal dari pronator teres , maka lengan dikondisikan dalam posisi supinasi.3 Apabila fraktur berada di bagian distal dari pronator teres , maka lengan dikondisikan dalam posisi netral.3 Setelah satu minggu , maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan x-ray , apabila hasil memuaskan maka splint dipertahankan sekitar 6-8 minggu hingga fragmen tulang yang mengalami fraktur kembali menyatu.3 Selama dipasang gips , tangan dan bahu harus tetap dilatih untuk bergerak agar mencegah terjadinya kekakuan.

Pada anak-anak sering terjadi fraktur greenstick yang undisplaced dan terangulasi. Oleh sebab itu , perlu dilakukan reduksi untuk memperbaiki kondisi angulasi yang terjadi. Untuk dapat melakukan hal tersebut , anak harus berada dalam kondisi teranastesi umum. Cara melakukan reduksi pada kondisi tersebut adalah satu tangan melakukan traksin da gaya korektif , sementara tangan lainnya dari penolong berperan sebagai tumpuan , berada di bawah area yang mengalami fraktur. Apabila terjadi overkoreksi pada area fraktur , maka periosteum akan terasa patah sehingga membuat fraktur menjadi lebih mobile. Hal tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya late angulation namun membutuhkan perawatan yang lebih ekstra. Pada kondisi fraktur greenstick undisplaced tanpa rotasi , lengan harus berada dalam posisi stabil saat gips dipasang pada area fraktur. 1,4

Pada orang dewasa , fraktur pada area radius ulna lebih sulit untuk ditangani dikarenakan reduksi tertutup lebih sulit untuk dilakukan. Tatalaksana non operatif diindikasikan untuk fraktur undisplaced,displaced <50O , angulasi <15O dan fraktur tanpa melibatkan sendi radioulnar. Pada orang dewasa , reduksi terbuka dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal. Fragmen fraktur dapat diperbaiki dengan menggunakan plate and screw , dan apabila fraktur yang terjadi merupakan fraktur kominutif , maka dapat dilakukan bone grafting. Bone grafting merupakan suatu prosedur pembedahan berupa transplantasi jaringan tulang dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan tulang yang mengalami kerusakan. Bone grafting terbagi menjadi dua jenis yaitu allograft dan autograft. Allograft merupakan proses transplantasi tulang dengan menggunakan tulang dari donor atau cadaver yang sudah dibersihkan. Sedangkan , autograft merupakan proses transplantasi tulang yang berasal dari bagian tulang lain pada tubuh seperti tulang iga,pelvis,atau tulang panjang lainnya pada tubuh. 4

 

 Untuk reduksi tertutup , dapat digunakan functional fracture bracing setelah 3-5 minggu dengan gips dan tangan dalam posisi supinasi. Pemasangan gips pada fraktur radius ulna harus melingkupi sendi pergelangan tangan dan siku , dimana sendi siku diimobilasasi pada posisi fleksi 90O. Gips juga harus diberi cukup bantalan dan tidak boleh melebihi sendi MCP serta ibu jari tidak boleh ikut di gips. Kemudian gips dapat difiksasi dengan menggunakan broad arm sling. Foto polos dilakukan pada minggu ke 1 , 3 , dan 6 setelah pemasangan gips dengan tujuan untuk evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah terdapat gangguan pada aliran darah atau saraf pada area yang dipasang gips.  Selama dipasang gips , pergerakan jari-jari tangan harus tetap dilatih untuk menghindari terjadinya kekauan. 1,4



Penanganan Gawat Darurat
Pada kondisi gawat darurat , hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan reduksi atau reposisi terhadap area fraktur. Proses reduksi akan mengakibatkan timbulnya rasa nyeri , oleh sebab itu biasanya pasien akan diberikan obat penghilang nyeri atau anastesi selama prosedur ini dilakukan. Setelah proses reduksi selesai , dilakukan pemasangan splint dan sling untuk memfiksasi area yang sudah direduksi. Proses reduksi dan fiksasi fragmen fraktur sangat penting untuk dilakukan dikarenakan fragmen fraktur yang dibiarkan bergerak memiliki resiko untuk dapat merusak pembuluh darah , saraf , ataupun jaringan lunak yang berada di sekitar tulang. Penanganan lanjutan yang dapat dilakukan adalah mengaplikasikan es untuk mengurangi terjadinya pembengkakan dan konsumsi obat pereda rasa nyeri. 2

Prognosis Fraktur Radius – Ulna
Proses penyembuhan fraktur tulang dipengaruhi oleh lokasi fraktur dan usia pasien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk masa penyembuhan adalah 3-4 minggu pada anak-anak , 4-6 minggu pada usia dewasa , dan lebih dari delapan minggu untuk lansia. Fraktur memiliki prognosis yang baik apabila proses recognizing (diagnosis) , reduction (reduksi / reposisi) , retaining (fiksasi dan imobilisasi) , dan rehabilitation (rehabilitasi) dilakukan dengan tepat sehingga dapat menghasilkan proses penyembuhan yang maksimal. 6


Referensi:
1. Anwar R , Tuson K, Khan SA. Classification and diagnosis in orthopaedic trauma. United States of America: Cambride University Press; 2008 . p 88-97
2. Black SW , Becker JA. Common forearm fracture in adults. Am Fam Physician. 2009; 80(10): 1096-1102
3. Cast types and maintenance instructions [internet]. Stanford Childrens’s Health. [cited 21 Februari 2019]. Available from: https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=cast-types-and-maintenance-instructions-90-P02750
4. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. Britain : Butterworths Medical Publication ; 2010. p 767-768
5. Sokolowski A. What sling? [internet]. Belmont Hospital. 2016 [ cited 21 Februari 2019 ]. Available from: https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0011/332768/Slings_ED_Patient_Factsheet_Sept_2016.pdf 
6. Fractures ( Broken Bones ) [internet]. American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2012 [cited 21 Februari 2019]. Available from: https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/fractures-broken-bones/

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih