Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Thursday 21 March 2019

Etiologi dan patogenesis appendisitis

Blog Dokter Sobri

Etiologi dan patogenesis appendisitis

Etiologi dan patogenesis pasti terjadinya apendisitis belum sepenuhnya diketahui. Obstruksi lumen apendiks karena fecalit atau hipertrofi jaringan limfe sekitar diperkirakan menjadi faktor etiologi utama terjadinya apendisitis. Frekuensi obstruksi meningkat seiring dengan meningkatnya keparahan proses inflamasi. Pembesaran kelenjar getah bening berhubungan dengan infeksi virus seperti campak, barium, cacing (cacing kremi, Ascaris, Taenia) dan tumor. Spesimen jaringan dari apendiks yang mengalami peradangan juga bisa mengandung bakteri E. coli dan Bacteroides pada kultur. Fusobacterium nucleatum/necrophorum yang biasanya tidak terdapat pada apendiks normal bisa ditemukan pada 62% kasus apendisitis.
Proses terjadi apendisitis melalui beberapa tahap sampai menjadi tahap yang lebih kompleks. Obstruksi lumen proksimal apendiks yang terutama oleh fecalit dan hiperplasia KGB sekitar menyebabkan sekresi mukus berlebih pada lumen apendiks. Produksi mukus yang cepat dan berlebihan dalam lumen yang tertutup ini menyebabkan apendiks mengalami distensi. Distensi apendiks menstimulasi ujung saraf nyeri pada visceral, menimbulkan sensasi nyeri yang tumpul, difuse di abdomen tengah atau regio epigastrium. Seiring dengan distensi yang semakin meningkat karena peningkatan produksi mukus dan multiplikasi bakteri residen di apendiks, menimbulkan refleks mual dan mual, dan nyeri visceral meningkat. Karena tekanan di organ ini meningkat, tekanan vena juga mengalami peningkatan. Kapiler dan venula tertutup namun aliran arterial masih bisa berlangsung, menyebabkan kongesti vaskular. Proses inflamasi ini dengan segera melibatkan serosa apendiks dan peritonium parietal yang menyebabkan sensasi nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah. Area dengan vaskularisasi paling jelek akan mengalami efek paling buruk. Seiring dengan distensi, invasi bakteri, gangguan aliran darah dan proses infark yang terus berjalan, maka apendiks akan semakin rentan terhadap terjadinya perforasi. Berbagai urutan proses ini tidak bisa dielakkan kecuali dilakukan tata laksana yang adekuat, namun beberapa kasus apendisitis bisa sembuh secara spontan.

Referensi:
Liang MK, Andersson RE, Jaffe BM, Berger DH. The appendix. In: Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE, editors. Schwartz’s principles of surgery 10th ed. 2015. New York: McGraw-Hill, p; 1241-59

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih