Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Sunday 10 March 2019

Klasifikasi hipoglikemia Neonatus

Blog Dokter Sobri

Klasifikasi Hipoglikemia Neonatus

Hipoglikemia neonatus diklasifikasi menjadi hipoglikemia transien dan hipoglikemia persisten. Hipoglikemia transien diklasifikasi lagi menjadi hipoglikemia transien adaptif (early transitional-adaptive hypoglycaemia), hipoglikemia sekunder, dan hipoglikemia transien klasik. Hipoglikemia transien adaptif diakibatkan oleh cadangan energi yang tidak cukup untuk mendukung glikogenolisis dan gluconeogenesis pada periode adaptasi. Hal ini umumnya terjadi pada bayi prematur, bayi kecil untuk masa kehamilan, neonatus dengan riwayat perkembangan janin terhambat, bayi dengan gangguan hati, dan bayi dengan hipoksia.
Hipoglikemia transien adaptif juga dapat disebabkan oleh pemakaian energi neonatus yang meningkat pada periode adaptasi, misalnya pada bayi dengan distress pernapasan, bayi dengan hipotermia, bayi besar untuk masa kehamilan, bayi dari ibu dengan diabetes melitus, bayi dengan polisitemia, dan bayi dengan hiperinsulinemia. Pada bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, umumnya bayi memiliki kadar insulin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi normal karena pasokan glukosa yang sangat tinggi di dalam kandungan. Saat bayi lahir, produksi insulin bayi tetap, sedangkan kadar glukosa yang tersedia berkurang sehingga terjadi hipoglikemia. 4
Hipoglikemia sekunder adalah hipoglikemia yang disebabkan oleh penyakit, seperti sepsis, gangguan system saraf, dan penyakit kongenital. Hipoglikemia  transien klasik umumnya terjadi pada neonatus kecil untuk masa kehamilan, dimana cadangan energi untuk periode adaptif lebih rendah dibanding dengan neonatus normal, serta proses gluconeogenesis yang belum matur pada populasi neonatus tersebut. Selain itu, pada populasi neonatus kecil untuk masa kehamilan, pemakaian glukosa oleh otak lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan produksi glukosa oleh hati. Oleh sebab itu, 80%  dari populasi ini akan memiliki persentasi hipoglikemia yang simtomatik.
Hipoglikemia persisten atau berulang adalah. Kegagalan mempertahankan kadar normal gula darah setelah mendapat infus dengan glukosa dengan glucose infusion rate (GIR) 12 mg/kg/min ataupun ketika stabilitas gula darah yang tidak tercapai setelah 7 hari pengobatan.Hipoglikemia persisten disebabkan oleh gangguan mobilisasi glukosa, seperti inborn errors of metabolism, defisiensi hormon endokrin, seperti growth hormone, kortisol, dan epinefrin, serta ibu yang menerima pengobatan propranolol. Pada bayi, propranolol dapat menghambat rangsangan saraf simpatik oleh hipotalamus sehingga menghambat sekresi epinefrin. Oleh tersebut, pada populasi bayi dengan hipoglikemia persisten, pengobatan dilakukan bukan hanya dengan menaikkan GIR menjadi >12 mg/kg/min, tetapi juga disertai dengan pemberian hidrokortison, diazoxide, dan glukagon. Hidrokortison berfungsi untuk menurunkan utilisasi glukosa perifer. Diazoxide berfungsi untuk  meningkatkan glikogenolisis dan gluconeogenesis. Akan tetapi, diazoxide dan glukagon tidak boleh digunakan untuk bayi kurang masa kehamilan.

Referensi:
Umbas R, Baziad A, Herkutanto, Widodo D, Isbagio H, Santoso B, et al. Hipoglikemia neonatus. In: Panduan Praktis Klinis RSCM tahun 2014-2019. Jakarta: 2015

Regards
Blog Dokter Sobri



No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih