Blog Dokter Sobri
Farmakodinamik CCB
Mekanisme kerja dari CCB berpusat pada kemampuannya untuk menghambat influks kalsium dari ekstrasel menuju intrasel yang berakibat pada turunnya kemampuan otot polos untuk melakukan depolarisasi. Efek ini juga berpengaruh pada otot jantung dan juga otot polos vaskular, dimana akan terjadi penurunan kecepatan nodus sinoatrial (SA) dan penurunan kecepatan konduksi atrioventrikular (AV). Efek CCB pada otot-otot polos lainnya berupa relaksasi pada otot saluran cerna, bronkiolus, dan juga uterus (Nifedipin menjadi salah satu obat yang sangat sering digunakan pada obstetri). Lebih lanjut, obat ini akan memberikan efek penurunan pada tekanan darah, resistensi vaskular, dan spasme pada arteri koroner.
Obat golongan CCB diklasifikasikan menjadi 2
jenis, yaitu dihidropiridin dan non-dihidropiridin. Obat golongan
dihidropiridin dapat dibedakan dengan non-hidropiridin dari kapasitasnya dalam
mempengaruhi kerja nodus SA/AV. Pada obat kategori dihidropiridin akan
ditemukan efek minimal pada nodus SA/AV, yang menyebabkan perubahan minimal
pada kontraktilitas, denyut jantung, dan juga konduksi atrioventrikular. Obat
kategori dihidropiridin dibagi lagi berdasarkan generasinya. Generasi 1
terdapat nifedipin, generasi 2 yaitu nikardipin dan isradipin, sedangkan pada
generasi 3 terdapat amlodipin. Sementara itu pada obat kategori
non-dihidropiridin terdapat diltiazem dan verapamil. Pada penanganan angina
vasospastik, CCB dihidropiridin lebih dipilih
Regards
Blog Dokter Sobri
No comments:
Post a Comment
# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.
# Terima Kasih