Blog yang berisikan informasi seputar kesehatan dan dunia kedokteran .

Breaking

Tuesday 26 February 2019

Patofisiologi Sesak

Blog Dokter Sobri

Patofisiologi Sesak


Sesak menurut American Thoracic Society adalah perasaan subjektif terhadap adanya ketidaknyamanan dalam bernapas, yang meliputi sensasi kualitatif distingtif dan memiliki intensitas beragam. Perasaan sesak ini meliputi berbagai interaksi faktor fisiologis, psikologis, sosial, dan lingkungan.
Sensasi respiratorik terasa akibat adanya interaksi antara motor neuron eferen, neuron sensori aferen, serta pemrosesan integratif terhadap informasi yang diterima di otak. Tidak seperti sensasi nyeri, yang dapat diatribusikan sebagai stimulasi pada satu ujung saraf, sesak memberi gambaran yang lebih holistik. Suatu penyakit dapat menyebabkan sesak dengan satu atau lebih mekanisme. 
Gangguan pada motor neuron eferen dapat ditemukan pada penyakit yang melibatkan pompa ventilatorik. Biasanya, peningkatan resistensi jalan napas atau penurunan compliance sistem respiratorik diasosiasikan dengan peningkatan work of breathing. Ketika otot lemah atau mengalami kelelahan, maka usaha napas yang lebih banyak diperlukan, meskipun sistem mekanik pernapasan masih dalam batas normal. Peningkatan output neural dari korteks motorik diterjemahkan melalui corollary discharge, suatu signal neural yang dikirim ke korteks sensori pada saat yang bersamaan dengan dikirimnya output motor ke otot ventilatorik. 
Adapun neuron aferen sensorik dapat berupa kemoreseptor pada karotis dan medulla yang diaktivasi dengan hipoksemia, hiperkapnia akut, dan asidemia. Stimulasi reseptor ini meningkatkan ventilasi dan memproduksi suatu sensasi “air hunger”. Adapun mekanoreseptor pada paru dapat distimulasi oleh bronkospasme, dan menyebabkan sensasi seperti nyeri dada. J-reseptor, yang sensitif terhadap edema interstitial dan tekanan vaskuler pulmonar, juga berkontribusi terhadap air hunger. 

Mismatch antara pesan aferen dan eferen dapat meningkatkan intensitas sesak. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi ketika adanya kelainan mekanik pada pompa ventilatorik, seperti pada pasien dengan asthma atau PPOK. Selain itu, sesak juga dapat disebabkan oleh keadaan emosional, sehingga terjadi perubahan interpretasi data sensori sehingga menyebabkan perubahan pola napas.

Referensi
Sharma A. Respiratory distress. In: Kliegman RM, et al. Nelson Pediatric Symptom-Based Diagnosis. Philadelphia: Elsevier; 2018. p39-60

Regards
Blog Dokter Sobri

No comments:

Post a Comment

# Silahkan berkomentar, bertanya dan kritik dengan sopan
# Disini anda boleh menyisipkan Link di kolom komentar
# Tetapi akan saya moderasi atau Review terlebih dahulu tiap komentar
# Jangan sampai komentar anda mengandung SPAM.

# Terima Kasih