Lapisan plexiform bagian dalam sel ganglion (GCIPL) jauh lebih tipis pada mata rabun, sebuah penelitian baru di China menemukan. Penurunan GCIPL dapat menjadi indikator perkembangan miopia.

Penelitian ini melibatkan 348 mata dari 348 partisipan, yang ketebalan GCIPL diukur menggunakan spektral domain-optical coherence tomography (SD-OCT). Ketebalan koroidal subfoveal, panjang aksial, dan ekivalen bola juga diukur.

Sebanyak 312 peserta (usia rata-rata, 25,99 ± 1,73 tahun; 62,2 persen perempuan) adalah myopes, sedangkan sisanya 36 (usia rata-rata, 25,78 ± 2,27 tahun; 38,9 persen perempuan) tidak mengalami kelainan refraksi. Ketebalan GCIPL rata-rata secara signifikan lebih rendah di antara peserta rabun (82,65 ± 4,96 vs 87,89 ± 3,65 µm; p <0,001).

Demikian pula, ketebalan koroidal subfoveal sentral secara signifikan lebih besar di antara emmetropes vs myopes (330,57 ± 9,43 vs 265,98 ± 4,12 µm; p <0,001).

Analisis regresi linier yang disesuaikan multivariat selanjutnya menegaskan bahwa ketebalan GCIPL yang lebih rendah merupakan faktor risiko yang signifikan untuk miopia (rasio odds [OR], 0,863, interval kepercayaan 95 persen [CI], 0,785-0,949; p = 0,002). Peningkatan panjang aksial dan tekanan intraokular juga muncul sebagai faktor risiko.

Dari semua faktor yang dinilai, rata-rata ketebalan GCIPL adalah variabel terbaik kedua untuk prediksi miopia, dengan area di bawah kurva (AUC) 0,804 (p <0,001). Nilai sensitivitas dan spesifisitas masing-masing adalah 83,3 persen dan 66,7 persen. Panjang aksial memiliki nilai prediksi tertinggi (AUC, 0,830; p <0,001; sensitivitas: 84,9 persen; spesifisitas: 38,9 persen).